Skip to main content

Posts

Showing posts from March, 2017

Sajak Berair

Saat jemari ini mulai menari dalam alunan kata, sesungguhnya jiwaku tengah berair, yang kemudian air itu menggenang begitu saja di kedua kelopak mataku. Aku bukan sedang meratapi kehidupan, tetapi nafas kebahagiaanku yang tak terbendung. Sayup lembut syair yang syahdu terhempas begitu saja ke udara. Jantung yang berdetak biasa pun berubah menjadi semakin syahdu, sebab syair-syair yang terlantun adalah syair yang memukau. Sejenak alam pikiranku terpekur. Menerjang waktu. Mengingatmu. Mengingat banyak hal. Mengantarkanku kepada perasaan bahagia, jika seandainya ada dirimu di tengah-tengah kami. Syair itu adalah syair tentang Rasulullah. Jiwaku berair. Mengingatnya. Pikiranku melanglang buana. Kau sungguh indah. Keindahanmu mengawet. Tak terhalang waktu. Ya Rasul, aku jadi terpikir, betapa indahnya syair-syair indah ini, jika kuperdengarkan kepada anakku! Betapa makin berair jiwaku, dapat mengenalkan secuplik keindahanmu kepada mereka! Betapa tiba-tiba aku menjadi seorang Ibu

Maaf, siapa?

Penulis Abad 21 (insyaAllah) Kalau bekerja menghadapi anak kecil, memang orang dewasa jadi ikutan bahagia, ya. Mereka masih suci, belum ada dosa, apa yang mereka perbuat, tuh selalu saja lucu. Hari demi hari saya lewati di tempat kerja. Gak sedikit asam garam kehidupan pun terketjup. Tapi, sungguh, semuanya gak ada apa-apanya, sebab kebersamaan saya bersama malaikat-malaikat kecil bak sebuah surga di dunia yang tak dapat dilukiskan dengan kata-kata #hiperbolamodeon. Kejadian-kejadian sepele yang sebenarnya mungkin di mata orang syuper biasa, tapi bagi saya mah selalu tidak biasa. Kejadian-kejadian yang terjadi terkadang membawa saya pada sebuah jawaban, bahwa anak adalah anugerah. Kejadian super sepele yang selalu terjadi sedemikian sering di kelas saya adalah saat anak-anak selalu salah nyebut saya dengan sebutan orang tua mereka di rumah. Ada yang tiba-tiba manggil, "Mi", "Bun". Bahkan ada pula yang manggil saya dengan sebutan, "Mbak". Dia mem

Say What?

Bocah tertawa (Taken by Google) Say what for today? Kalau ditanya itu, aku ingin dengan lantang berteriak, "Alhamdulilah for today !" Kenapa? Sebab hari ini adalah hari pertama masuk sekolah di Porto Empat! Bertemu dengan wajah-wajah salih dan salihah lagi, bercengkrama lagi, dan ketawa-ketawa lagi. Kami sehat! Alhamdulilah. Lucunya hari ini adalah ada kejadian yang sangat menggelitik hati dan jiwa. Apa itu? Yup. Lagi-lagi ada celetukan dari bocah bernama (inisial saja, ya!) T. Sebelum ada dia di sekolah ini (maklum dia anak baru), saya selalu melihat kompetensi 'panas' diantara anak-anak saya terhadap pelajaran Qiroati. Mereka selalu bertanya kepada saya, "Ibu, Qiroati berapa?" "Aku mau tes hari ini", "Ibu, aku naik ke 5A," "Ibu kalah sama aku", bla bla bla. Keren, deh kalau liat semangat mereka mengaji Qiroati mah . Tapi, jeng jeng jeng, bocah lucu ini malah bilang (dengan wajah super duper mega males), "Ibu

Description of The Prophet Muhammad (PBUH)

Senja (Taken by IG) Sebelum mulai, saya jadi ingat perkataan Ustaz di sekolah, kalau majelis yang dimulai tanpa salawat itu seburuk-buruk majelis *katanya. Maafkan kalau redaksinya salah, tapi intinya, sih begitu. Maka, yuk salawat dulu. Allahumma shalli ala muhammad wa ala ali muhhamad. Mudah-mudahan Allah menyampaikan salam untuk Rasulullah SAW, amin. Hal yang paling lucu adalah mengetahui fakta bahwa ini blog mendunia, ya. Walau lewat dunia maya hungkul # halah. Ternyata, pas ngecek pembacanya ada yang dari Malaysia, Jepang, dll. Nah, jadi agar makin beragam orang yang bacanya (siapa tau ini blog kebaca sama Kang Henry Cavill dkk-nya, amin mimpi di pagi yang dingin) saya posting versi English juga #nyobain. Sejatinya saya mah cuman mindahin ceramahnya Ustaz dari Saudi aja, kok. Heu. Selebihnya, ngindonesia. Ok, this is a lecture from Ustadh Wahaj Tarin. Lets check a look up! Bismillah before read 😊 He said that Prophet Muhammad PBUH is a man of striking appearance, has a

Jangan Ada Lagi Teror

Saat iseng buka-buka IG, saya mendapati sebuah postingan yang menyebutkan ada serangan teror di London, tepatnya di depan Gedung Perlemen Inggris. Padahal saya bukan lah siapa-siapa, punya keluarga, karib kerabat, atau teman di Inggris pun tidak, malah ikut sedih, kesal, geram, dan mengutuk kejadian teror tersebut. Kejadiannya pun lumayan ngeri. Seseorang menabrakan diri ke orang-orang yang tak berdosa. Orang-orang sedang asyik menikmati hari, tiba-tiba akibat perbuatan orang tak bertanggung jawab, nyawa mereka melayang sia-sia. Inggris bagi saya adalah negara impian. Negera yang saya cita-citakan untuk ditinggali. Negara yang sangat anggun di balik sejarah dan bagaimana sikapnya terhadap orang-orang Islam. Tau, gak? Inggris lah satu-satunya negara yang toleran kepada muslim. Dan tidak heran kalau pertumbuhan Islam di sini terus menerus tumbuh walau tidak banyak. Saya suka Inggris, apalagi membaca kabar muslim dari sana. Dan, keinginan saya tinggal di Inggris semakin menjadi-ja

Kok, Tiba-tiba Akrab?

Hari Rabu kemarin mungkin bisa disebut sebagai hari yang paling greget . Kok, bisa? Ya, soalnya kemarin itu sekolah tempatku bekerja mengadakan rihlah ke Bandung. Apa? Bandung? Siapa dia. Rasanya kenal #abaikan.  Perjalanan dimulai pada pukul enam pagi. Perjalanan Jakarta-Bandung cukup melelahkan sebab ditempuh dengan waktu empat jam. Walau lelah, pesona Bandung yang alus , seketika menghipnotis dan menyihirku. Kelelahan yang mendekap di wajah, musnah seketika saat aku disambut tulisan besar, "Welcome to Bdg". Kelelahan yang musnah berganti dengan perasaan sedih #lho! Ya, sedih, sebab aku mengunjungi kota ini hari ini hanya sekejap mata. Peurihhh! Perjalanan yang cukup panjang segera dihias dengan hiburan berupa pertunjukan Budaya Sunda di Saung Angklung Udjo. Cepot, angklung, tari topeng, tari perayaan untuk yang disunat (lupa namanya apa, xixi), alhamdulilah sedikitnya mengobati kepeurihan hatiku. Saat ada dua bocah cilik menari topeng, seketika wajah ceriaku

Si Sopir Bus

"Om telolet om!" Begitu teriakan anak-anak di sepanjang perjalanan pulang mudik kemarin. Anak-anak di jalanan berkumpul, setiap ada bus lewat mereka berteriak lantang, "Om telolet om!" #Indonesia Kepulangan kemarin memang tidak sedikit menyisakan kisah-kisah lucu yang membuat perut bergoyang-goyang #eh. Nah, salah satu kisah yang paling kocak (versiku) adalah tentang seorang sopir bus yang kutemui saat aku mau kembali ke Bintaro. Pagi itu aku naik bus Murni berwarna merah campur putih. Awalnya malas sekali naik mobil Murni, sebab sopirnya doyan sekali ugal-ugalan demi ngejar setoran. Ditambah kondekturnya suka semena-mena sama kaum ploletar #halah. Gak, maksudnya mereka suka semena-mena kalau nagih ongkos. Muahal! Aku lebih rela menunggu mobil bus Asli walau lama. Bus Asli lebih kalem dan tenang. Kondekturnya juga gak 'rusuh' kalau nagih ongkos. Pokokek uadem, Mas #lho. Tapi, Bapak melarangku memilih-milih bus. Menurutnya, kalau takdirnya celaka mungk

Temani Aku Hingga Akhir Usiaku

Taken by Google Menjalani masa senja dengan ditemani sang teman hidup adalah kebahagiaan yang paling hakiki. Kalau dalam bahasa beken nya mah itu, tuh The Marriage Goal, ya. Ya, bener, sih. Gak goal  gimana, coba! Pernikahan itu kan penuh cobaan. Bisa hidup sampai tua dengan pasangan -yang notabene bukan soal yang mudah- wah itu hebat banget. Siapa pun yang bisa bertahan membersamai pasangan sampai gigi hilang dan keriput (tua;red) adalah sebuah pencapaian yang sangat prestisius dari keduanya. Berarti mereka suskes melewati halang rintang yang Allah sediakan dalam perjalanan pernikahan mereka. Waaaah, masyaAllah, saloeeet bangetttt *tepuk salut! Saat mudik kemarin ke Pandeglang, saya menemukan sekelumit kisah yang mensponsori lahirnya tulisan ini. Amat menyentuh sehingga saya seketika berurai air mata dan berdoa, mudah-mudahan saya dapat seperti mereka. Ceritanya, siang itu saya masih di dalam bus jurusan X (kali) Deres-Labuan. Dan si bus baru sampai di Saketi, ke rumah saya

Kisah dari Gerbong Kereta Wanita

Taken by Google   Siang itu terik matahari di Jakarta sedang di ubun-ubun. Jangan heran, sebab memang tepat sekali pukul dua belas siang. Hmmm. B enar-benar manta b jiwa, G ais ! Rasanya ingin sekali menceburkan diri ke dalam kolam, atau –kebiasaan nakal saat jadi mahasiswa- nyari ATM buat ngadem, xixi. Di siang terik itu, aku sedang berjalan di antara orang-orang yang juga sama-sama kepanasan tapi tetep lanjut jalan sebab siang itu aku sedang ada di Tanah Abang. Walau panas terik menggolak an ubun-ubun, semua itu kalah sama semangat shopping kayaknya . Buktinya, Ibu-ibu, Emak-emak, Kakak-kakak, tetep continue shopping walau cuaca terik. Termasuk eikeu #hweee. Siang  itu aku mampir ke Tanah Abang untuk mencari daleman kerudung, sebab yang lama tertinggal di tempat perkemahan, gkgk. Akhirnya, karena fokus pada satu tujuan #cie aku bisa cepat ke luar dari jubelan para Emak-emak.Udah mah , ya terik menyengat, b ejubelan , plus bau kering et di mana-mana. Maka nikmat Tu