Skip to main content

Temani Aku Hingga Akhir Usiaku

Taken by Google
Menjalani masa senja dengan ditemani sang teman hidup adalah kebahagiaan yang paling hakiki. Kalau dalam bahasa bekennya mah itu, tuh The Marriage Goal, ya. Ya, bener, sih. Gak goal  gimana, coba! Pernikahan itu kan penuh cobaan. Bisa hidup sampai tua dengan pasangan -yang notabene bukan soal yang mudah- wah itu hebat banget. Siapa pun yang bisa bertahan membersamai pasangan sampai gigi hilang dan keriput (tua;red) adalah sebuah pencapaian yang sangat prestisius dari keduanya. Berarti mereka suskes melewati halang rintang yang Allah sediakan dalam perjalanan pernikahan mereka. Waaaah, masyaAllah, saloeeet bangetttt *tepuk salut!

Saat mudik kemarin ke Pandeglang, saya menemukan sekelumit kisah yang mensponsori lahirnya tulisan ini. Amat menyentuh sehingga saya seketika berurai air mata dan berdoa, mudah-mudahan saya dapat seperti mereka.

Ceritanya, siang itu saya masih di dalam bus jurusan X (kali) Deres-Labuan. Dan si bus baru sampai di Saketi, ke rumah saya sekitar tiga puluh menitan lagi. Sopir bus sepertinya berhenti sebab mau mengisi bensin terlebih dahulu, tapi entah kenapa tiba-tiba ada seorang ibu-ibu tua renta turun sambil membungkuk -sepertinya dia memang bungkuk badannya- dan berjalan turun sambil menyasar besi pegangan yang ada di dekat pintu. Saya kira memang dia mau turun, tapi seorang kakek di belakang berteriak memanggil-manggilnya.
"Heh! Heh! Naeun turun! Ncan! Heh! Rek kamana!"
(Heh! Heh! Kenapa turun! Jangan turun dulu! Mau ke mana?)
Si Kakek berteriak kencang sambil ikut mengejar si Ibu yang sudah ada di bawah menyentuh aspal. Si Ibu tidak terlalu menghiraukan teriakan suaminya itu. Si Kakek sempat mengeluh, "Duh, capek!"
Hmmm. Sepertinya si Ibu yang sudah lumayan tua itu terkontaminasi kepikunan alias mengalami Alzheimer. Si Ibu pikun,  sehingga dia turun padahal belum waktunya. Akhirnya si Bapak turun dan mengajak si Ibu kembali ke dalam bus. Si Ibu tetap dengan wajah polos dan -maaf- melongo. Dia duduk kembali tepat di jok dekat pintu ke luar bus. Dan, si Kakek segera menemaninya. Takut-takut dia turun lagi di jalan tanpa pengawasan darinya. Saya tidak tau mereka turun di mana. Sebab, saat saya turun dari bus, mereka masih belum juga menunjukan akan turun. Berarti benar, tujuan mereka masih sangat jauh. Mungkin mereka akan berhenti di halte paling akhir, di Labuan.

Melihat kejadian tadi, tanpa permisi, air mata saya bercucuran. Hati saya bertahmid memuji-Nya. Ya Allah, betapa indahnya melihat mereka, betapa hebatnya mereka. Si Kakek, yang masih mau menerima kekurangan si Ibu yang terkena Alzheimer. Si Ibu juga sabar dibentak-bentak begitu. Ditambah beliau mungkin sudah tidak ingat lagi siapa suaminya, kenangan indah masa pernikahannya dulu, dan macam-macam kenangan yang telah mereka lalui bersama. Huuuu. Si Kakek, walau dengan keluhan -fitrah laki-laki memang, ya, kurang bersabar kalau disuruh ngasuh, hehe, ampun,  Bro!- ia tetap menjalaninya dengan sabar. Saya yakin Kakek itu repotnya dua kali menemukan istrinya pikun, tapi dia tidak meninggalkannya dan tetap membersamainya.

Saya terharu dan masyaAllah, saya ingin sekali mendapatkan secuil takdir yang elok macam mereka. Dapat membersamai kawan hidup saya sampai usia senja. Tidak ada yang pergi atau meninggalkan. Saat ada masalah kami berlomba siapa yang paling bisa mengalah dan siapa yang paling mulia dengan meminta maaf duluan. Subhanallah, betapa itu merupakan mimpi tertinggi semua pasutri di dunia kayaknya, wkwk.

Tentunya The Marriage Goal ini saya yakin bukan dengan  mudah didapat. Kedua orang tua itu sungguh hebat. Sebenarnya mereka lah Maha Guru. Saya yakin pengalaman mereka sangat buanyak sekali dalam mengahdapi situasi paling sulit dalam pernikahan mereka. Sebaik-baik guru adalah pengalaman *noted.

Benar adanya kalau pernikahan itu sangat indah dan amat indah jika kita sudah punya ilmunya. Sejatinya ilmu terhebat adalah ilmu mengalah *katanya, sih gitu. Mungkin mereka punya ilmu mengalah tingkat dewa, he. Mudah-mudahan siapa pun yang membaca ini diberi kemampuan oleh Allah skill mengalah untuk kebaikan bukan untuk keburukan.

Dan mudah-mudahan mereka sakinah,mawadah, warahmah until jannah, biar makin 'dapet' The Marriage Goal-nya. Terimakasih, Cikgu! Sudah memberikan ilmunya. Sejatinya semua kejadian dan peristiwa mengandung ilmu dan hikmah yang perlu diolah dengan berpikir. Dan wajib diawetkan lewat tulisan, hehehe. Syudah dulu, ya. Bhay!

Comments

Popular posts from this blog

Housewife Vs Homemaker

Housewife vs Homemaker? Apa ini? Dalam Bahasa Inggris, profesi IRT alias Ibu Rumah Tangga biasa disebut housewife . Karena ilmu bahasa Inggris saya nihil, jadi saya gak tau kenapa orang Inggris menamakan IRT itu dengan sebutan housewife ? Sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata, "rumah" dan "istri". Kalau dibolehin untuk ngasih opini dari kelas sudra saya, mungkin maksudnya adalah seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah. Wah, keren. Lebih lengkapnya bisa mungkin cari di kamus EOD, Gais. Daripada penasaran, hehe. Gak salah memang kalau seorang IRT diartikan sebagai seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah, sebab memang begitu lah kenyataan yang sering terjadi di masyarakat. Namun, karena bahasa punya sifat inovatif, di mana dia bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, bisa jadi kosakata housewife  dapat digantikan perannya menjadi homemaker . Wah, apa itu? Istilah homemaker  tercetu

Belajar Bahasa Jepang Sehari-hari

Di Rumah Orang Jepang biasanya sesaat setelah mereka bangun pagi, akan langsung menyapa keluarganya. Dengan ucapan selamat pagi, "Ohayou" . Mereka akan saling mendahului untuk menyapa dengan ucapan ini. Mari kita mulai percakapannya! Sakura : "Ohayou" Okaasan : "Ohayou" Otousan : "Ohayou" Kenta (Imouto) : "Ohayou" Sakura : Hayaku okiru ne, Kenta ha." Okaasan : "Sou ne. Kyou otona ni nattakara ne." Kenta : "Nande sore. Kyou shiken ga attakara." Otousan : " Yoku ganbatte ne . Jaa, ikanakya. Ittekimasu . " Okaasan : "A, itterashai ." Kenta to Sakura : " Itterashai ." Terjemahan Sakura : "Pagi." Ibu : "Pagi." Ayah : "Pagi" Kenta (adik laki-laki) : "Pagi." Sakura : "Kenta bangunnya cepet ya." Ibu : "Iya ya. Karena sekarang ma udah gede." Kenta : "Apaan sih. Aku bangun cepet karena ada ujian hari in

Asmaul Husna*

Saat mendengarkan iklan di radio MQ FM, saya terkesan oleh salah satu lagu di dalamnya. Lagu itu menyanyikan 99 nama-nama Allah yang baik dan agung, yakni Asmaul Husna. Lalu sadar kalau laguitu sangat menyentuh hati saya, saya buru-buru merekamnya. Dan lalu saya menangis ketika mendengarkannya. Alhamdulilah. Sudah dua minggu semnejak saya mendapatkan lagu baik itu. Lalu saya ingin sekali mengikuti lagu tersebut. Namun saya terbatas karena belum hafal lirik lagunya. Dengan beberapa kali mendengarkan lagu itu, saya pun menulis liriknya yang semoga sesuai dengan lagu tersebut. Saya masih belum tahu siapa gerangan sang biduannya. Mungkinkah Sami Yusuf? Hemm. Siapapun dia, semoga Allah menjaganya dengan sebaik-baik perlindungan ^^ Bdw, ini lanngsung saja saya lampirkan liriknya. Siapa tahu kalian sudah  punya lagunya tapi belum tahu liriknya. Hehe. Mari kita sharing . Yang bisa nyanyiin lagunya, ayo nyanyikan! Ya Allah...4x Ya Allah...4x Allahu antal malikul quddus... Wal jabbarul