Skip to main content

Posts

Showing posts from November, 2018

Rumah Mertua Vs Mengontrak Sendiri

Teman-teman, siapa di sini yang sudah menyandang sebagai istri atau suami? Acungkan tangannya! Apakah kalian salah satu pasangan yang masih tinggal di rumah mertua? Atau sudah mandiri dengan mengontrak sendiri?  Teman, saya enam bulan di rumah mertua dan sudah dua bulan mengontrak sendiri. Ada banyak keseruan di antara keduanya. Saya kupas satu-satu ya kelebihan dan kekurangan tinggal di kedua tempat tersebut. Yuk, kita mulai! Tinggal di Rumah Mertua Tidak ada yang salah kalau sepasang suami istri yang baru saja menikah untuk tinggal di rumah mertua. Pernikahan butuh proses bukan? Karena di luar sana banyak lelaki yang  belum punya rumah sendiri memutuskan untuk menikah. Mereka yakin akan janji Allah SWT dalam Alquran bahwa siapapun yang menikah akan Allah mampukan. Tinggal di rumah mertua, apalagi mertua dan jajarannya sangat baik tentu adalah sebuah anugerah terindah. Rezeki tak kasat mata dari Allah. Walau itu anugerah kalau lama-lama bisa jadi malapetaka bagi pasangan jika tidak p

Apa yang Allah Suka?

Bismillah Setelah salat asar tadi, saya termenung beberapa saat. Merenungi salat saya yang rasanya sangat biasa saja tanpa ruh. Merenungi kemenangan teman saya lolos tes CPNS Jatim. Merenungi kesuksesan teman saya mampu menaklukan dunia perkuliahan. Merenungi kelahiran anak saya beberapa bulan ke depan. Merenungi kisah Qabil & Habil yang saya baca di buku cerita anak-anak. Kira-kira, apa yang Allah inginkan dan sukai dari hamba-Nya? Saya merenung untuk beberapa saat. Kemudian saya dapatkan jawabannya. Allah menerima qurban Habil karena dia mengurbankan dombanya yang paling baik, paling gemuk, yang belum digunakan membajak, dan dipekerjakan. Sedangkan Allah tidak menerima qurbannya Qabil karena dia mempersembahkan sayuran yang jelek, biasa saja, dan bukan yang terbaik. Teman saya - qodarullah- lolos passing grade ujian CPNS di Jatim karena sebelum tes dia rajin latihan soal. Dia juga mengikuti tes ini yang kedua kalinya. Kemudian dia juga mumpuni dalam penguasaan materi bahasa Jepa

Ini Tentang Ponsel Pintarmu Itu

Ini tentang ponsel pintarmu. Kau bisa melakukan apa saja dengan menggunakan ponsel itu. Membaca koran, menonton televisi, berbelanja, narsis, menghujat, mengkomentari, dll; sungguh kau bisa melakukan segalanya hanya lewat jemari lentikmu.  Ini tentang ponsel pintarmu. Bahkan bayi kecil dan anakmu yang masih belum banyak mengenal nama-nama benda di dunia ini, sudah kau kenalkan ponsel pintarmu. Dia tampak nyaman bermain dengan ponselmu. Tanpa tertawa, tanpa berkedip menatap layar ponsel yang menampilkan beragam warna dan suara menarik. Kau bahagia melihat dia diam dan asyik dengan ponselmu. Kau rasa salah satunya jalan tepat memang memberikannya ponsel pintarmu. Ini tentang ponsel pintarmu. Anak-anak merengek kepadamu meminta izin ingin meminjam ponsel untuk main instagram, untuk membuat video boomerang, untuk memotret diri dengan beragam fitur bingkai. Kau memberikannya. Dia pun terus menerus merengek setiap hari meminta izinmu karena kecanduan bermain medsos. Bisa melihat segalanya d

Sabtu

Kala itu, saya masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Rambut hitam saya terurai panjang sampai ke pantat. Kemeja putih dan rok merah yang saya kenakan siang itu benar-benar membuat saya bangga menjadi seorang anak dengan menyandang status "siswa" SD Alaswangi 03. Bu Amsah namanya. Beliau adalah guru Bahasa Indonesia yang memiliki sifat keibuan dan penuh kelembutan. Kami menghormati kewibaannya. Hari Kamis waktunya belajar bahasa! Semua anak diberikan tugas menulis nama-nama hari di kertas kemudian yang sudah selesai bisa langsung dipeunteun ke Ibu guru. Waktu mengerjakan habis. Semua anak berebut ingin diperiksa terlebih dahulu oleh si Ibu agar bisa istirahat dan jajan duluan. Hasilnya? Semua anak salah kecuali kertas nama-nama hari miliki seorang gadis kecil berambut hitam lebat yang terurai ke pantat itu.  Semua wajah keheranan dan bertanya-tanya.  "Apa yang salah dari hasil kerjaku, Bu? Rasanya betul semua. Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Saptu, Minggu. K

Money

Kala pagi sudah tersingkap, deru motor menyala, mesin mobil mengepul, gerobak-gerobak bergerak. Semua memulai penghidupan. Pagi telah tersingkap maka rezeki siap terjemput. Ya, begitu. Rutinitas yang kudengar setiap pagi. Orang-orang terbangun dan mulai bergerak menjemput rezekinya di hari yang baru. Ada yang menjemput sejak subuh ada pula yang memulainya di waktu siang bolong sampai malam yang buta. Perut yang kosong sudah terisi demi menjemput rezeki. Kantong uang yang sepi kelak jam demi jam akan terisi oleh gelundungan receh dan uang kertas yang kucel.  Badan yang sudah harum tersiram sabun kelak akan meleleh kemudian luruh tergantikan peluh keringat yang menyengat. Tak mengapa semua demi keberlangsungan hidup.  Jemari-jemari kekar, terbakar, legam, kadang-kadang kutemui menjulurkan uang recehan yang masih "hangat" itu untuk menebus pulsa yang kukirimkan.  Ya, serpihan-serpihan receh dan uang kertas lusuh yang dicari sedari subuh tadi nyatanya harus kembali ditukar denga