Taken by Google |
Entah bagaimana perasaan seorang istri yang mendedikasikan dirinya 24 jam mengurus rumah beserta isinya namun terkadang masih ada saja mulut yang kurang sopan mengatakan bahwa ibu rumah tangga tidak bekerja. Ini keterlaluan menurut saya.
Sudah dari 2018 lalu saya menikah, memang masih sebentar sih dibanding senior-senior di luar sana yang sudah belasan atau bahkan puluhan tahun berumah tangga dan masih bersama mengarungi masa tua bersama. So sweet.
Tiga tahun menikah Allah Subhana Wa Ta'ala karuniakan saya dua anak lelaki. Ketika anak masih satu rasanya memang banyak waktu bagi saya. Setelah mendapatkan titipan dua anak, saya baru sadar betapa nikmatnya menjadi seorang ibu rumah tannga yang 24 jam membersamai dua anak dan suami di rumah.
Kehidupan rumah tangga selama kurang lebih tiga tahun ini saya arungi dengan cukup naik turun. Saya baru benar-benar merasakan kesibukan yang luar biasa (sampai membuat kepala berasap) saat dihadapkan dengan dua anak kecil yang paut umurnya tidak jauh. Selain karena semua pekerjaan saya masih serba manual yaitu masih manual dalam mencuci baju dan piring, saya pun kepayahan dalam mengurus rumah tangga dan pengasuhan.
Terkadang saya malas beraktivitas saking badan saya pegal-pegal bekas menggendong anak. Tapi jika saya berleha-leha, siapa yang akan menyelesaikan semuanya? Hmmm.
Terkadang pula saya benar-benar lelah karena pekerjaan domestik ini tidak ada bantuan sama sekali dari suami. Mengepel, mencuci baju, mengganti popok atau baju anak yang basah misalnya. Tidak, semuanya saya lakukan sendiri.
Kala masuk ke kamar mandi saya kadang melenguh dalam batin. Melenguh kala melihat tumpukan pakaian dan piring kotor berserakan membuat lantai licin dan juga buram.
Tidak hanya itu, hal yang membuat saya melenguh, juga karena alasan lain yakni kondisi kamar mandi yang kurang nyaman. Lantai berkerak, licin, sering ada cacing muncul dari sela-sela keramik, kadang bayi lipan muncul. Argggh.
Badan masih pegal-pegal, hawa pagi yang dingin habis hujan, atau bahkan cuaca redup membuat semangat jadi turun tapi pekerjaan mencuci harus tetap dilaksanakan. Huft.
Tidak jarang pula saya harus mencuci rendaman baju yang sudah bau karena berhari-hari direndam. Duh, saya benar-benar tidak mau melakukan semua pekerjaan tersebut karena banyak sekali faktornya. Beratttt.
Makin ke sini makin menjadi.
Kaki dan tangan saya mulai berubah karena keseringan berhadapan dengan deterjen dan air. Kulit kaki menjadi kering, belah, dan menimbulkan rasa gatal.
Lain lagi dengan kulit tangan, malah makin tipis, tergores sedikit saja robek. Melihat itu kadang berlinang air mata saya. Dulu sangat lembut kini harus ikhlas, semuanya berubah.
Pernah di satu momen saya di posisi yang benar-benar tidak mampu mencuci dan melakukan aktivitas rumah tangga pada umumnya karena kondisi tangan robek, kulit kaki pecah-pecah, dan kaki gatal. Tapi lagi-lagi meski hidup di zaman teknologi saya masih harus melakukan semuanya serba manual. Mau tak mau kondisi sakit pun harus bekerja karena tidak ada pengganti.
Berat memang saat tidak ada mesin cuci di rumah dan tidak ada nanny. Semua serba manual dan sendiri. Payah sekali. Apalagi kini cucian dari empat kepala, sehari bisa dua ember mencuci. Mungkin jika ada mesin cuci saya bisa bernafas lega karena dapat melakukan aktivitas lain selama mencuci.
Ya, mengeluh, membatin, dan menangis dalam hati kadang mewarnai hari-hari saya. Namun, ingat lah bahwa Allah telah mengirimkan kisah epic tentang putri Rasulullah Sallallahu Alayhi Wassalam yang bernama Fatimah Az-Zahra. Kala itu Fatimah sudah tidak tinggal dengan Rasulullah setelah menikah dengan Ali bin Abi Thalib. Sebagai istri, Fatimah melakukan semua pekerjaan domestiknya sendiri sampai menggiling gandum pun sendiri hingga tangannya lecet. Fatimah pun mengadu kepada sang ayah dan meminta binatu untuk membantu pekerjaannya. Namun Baginda Nabi Muhammad memberikan saran agar Fatimah membaca tahmid, tasbih, dan takbir sebanyak 33x sebelum tidur.
Setiap kali saya kepayahan dalam mengurus urusan domestik, saya ingat kisah ini. Bahwa memang mengurus rumah tangga itu berat, bahkan wanita tersolehah di dunia pun membutuhkan binatu. Namun, Rasulullah menasihati Fatimah untuk membaca tahmid, tasbih, dan takbir 33x.. Tiap kali hendak mencuci tumpukan baju dan tumpukan piring kotor, saya coba praktikan nasihat Rasulullah kepada Fatimah ini. Tampak berat di awal namun harus saya akui semua pekerjaan tersebut cepat sekali selesai. Saya pun bingung. Tidak ada rasa berat seperti di awal. Tidak ada kepayahan setelah saya membacakan tasbih, tahmid, dan takbir meski tidak 33x.
Luar biasa bukan? Sabda Baginda begitu mulia. Dipraktikan menambah tenaga 💪
Ibu-ibu yang masih di fase saya, serba manual serba kepayahan, coba ingatlah kisah ini dan praktikanlah. Semoga Allah bantu kepayahan Ibu-ibu.
🙂
Comments
Post a Comment