Taken by Google |
Siang itu, ketika ada waktu untuk rebahan, ku coba melihat status Whatsapp teman-teman. Dari sekian banyak sttatus, aku cukup terpana dengan status teman yang konsisten setiap hari mengajak anak-anaknya bermain. Permainannya sih sederhana banget, cuman ya itu tadi dia konsisten sekali setiap hari selama setahun mengajak anaknya bermain. Cool!
Tentu sebagai ibu aku pun terpecut untuk melakukan hal tersebut, namun konsisten bagiku begitu berat. Aku tidak pernah bisa konsisten dalam mlakukan apa pun. Meski sudah kucoba berulang kali tetap saja buyar! Salah satunya mengajak bermain anak.
Dulu, aku sempat ikut program bermain dan belajar anak di salah satu media sosial. Kegiatan tersebut berisi tantangan ibu untuk mengajak anak bermain selama 30 hari berturut-turut. Ya, aku sukses melakukannya. Berhasil mengajak anakku 30 hari bermain. Meski kadang ada rasa mager melanda bermain tetap dilakukan karena merasa ada kewajiban. Namun kini kadang saja, jika terlecut saja baru terwujud. Belum ada judul besar yang terpampang di dalam otak oleh karenanya keseringan hiatus. Tampaknya harus berjamaah lagi agar bisa konsisten. Baiklah.
Mengajak bermain anak menurutku sangat menyenangkan. Jika anak distimulasi dengan banyak aktivitas sederhana setiap hari selama periode emasnya, wah, akan sangat berbeda dengan anak yang tidak distimulasi. Dia tentu lebih fokus, lebih bisa mencari kesibukan sendiri ketika bosan, dan jadi anak yang jauh lebih bahagia dibanding anak yang banyak menghabiskan dengan gawai.
Kini, Anandaku berusia 2,5 tahun. Usia emas. Namun baru beberapa hari ke bekalang aku mulai kembali melecut diri untuk konsisten mengajaknya bermain dan melakukan aktivitas untuk menstimulus semua sensorinya setelah sekian lama terjeda.
Betul adanya bahwa lebih baik berjamaah jika tidak bisa konsisten sendiri. Kenapa bagiku sulit sekali konsisten, ya? Apa karena tidak adanya judul besar di otakku? Atau karena 'ain karena sering membagikan kegiatan main di medsos? Biasanya jika membagikan sesuatu seperti rencana dan semacamnya di media sosial tanpa menuliskan, "masyaallah tabarakallah" rencana itu takan terjadi, istilahnya mandet. Hmmm, atau karena faktor lain? Seperti kondisi rumah, kesibukan ibu, kondisi ibu? Jika ditelisik, banyak juga faktornya , ya. Salut betul saya kepada ibu-ibu yang konsisten mengajak anaknya bermain setiap hari. Ajari saya dong, Bu!
Oh iya, ketika mengajak anak bermain, kadang saya random, kadang membuat tema dalam seminggu (biasanya saya sebut dengan Weekly Plan), dan kadang spontan saja.
Ketika melakukan aktivitas random, saya biasanya menekankan pada melatih motorik halus anak karena memang aktivitasnya banyak dan mudah.
Di usianya kini yang menginjak 2,5 tahun, anak memang diperbolehkan menonton dengan dibatasi waktu. Tapi, terkadang di kala orang tua sibuk dan butuh anak untuk diam dan "anteng" tak ayal memberikan tontonan pun menjadi sebuah pilihan yang dirasa tepat. Anak jadi anteng tidak mengganggu adiknya dan tidak menggagu pekerjaan ibu. Asal muasal kebiasaan ini lah yang menyebabkan anakku jadi sedikit kecanduan "menonton". Saat gawai atau televisinya diambil dan dimatikan, dia menangis. Tapi terkadang bisa kooperatif juga jika sudah dilakukan penghitungan waktu mundur.
Kebiasaan memberikan tontonan saat orang tua sibuk nyatanya membuat anak jadi kurang bisa fokus. Apa-apa ingin segera selesai, apa-apa langsung bilang tidak tahu, malas berfikir, malas tekun, dan sulit duduk manis melakukan aktivitas bermain sambil belajar dalam waktu 10 menit seperti laiknya menonton -yang bisa duduk manis berpuluh menit- Amat disayangkan. Oleh karenanya kini sekuat tenaga aku melecut diri untuk konsisten (meski berat) mengajaknya bermain karena kondisi anakku yang bagiku sangat mengkhawatirkan.
Nasihatku bagi ibu di luar sana, meski usia anak 2 tahun sudah diperbolehkan screen time namun jika bisa dan mampu alangkah lebih baiknya sibukan saja anak dengan aktivitas manis bermain sambil belajar. Karena meski durasi anak menonton itu kita batasi, candu YouTube -video yang menarik- sudah terbenam dalam otak anak di video pertamanya. Ini yang membuat mereka minta lagi dan lagi. Padahal dia belum paham apa yang ditonton.
Saya betul-betul merasa sedih melihat kondisi anak saya yang kini sekitar 1% kehilangan fokusnya gara-gara screen time. Belum sisanya hilang karena emosi yang kadang terlampiaskan kepadanya. Sungguh, maafkan Ibu, Nak!
Selain melecut diri untuk konsisten mengajak bermain si kecil, saya pun kini betul-betul tidak memberikannya tontonan baik melalui gawai atau pun media lainnya serta berjuang melatih emosi agar tidak terlampiaskan ke anak sehingga bisa melukai perasaannya.
Berbicara "bermain dengan anak", ini beberapa kegiatan dan aktivitas yang sudah dilakukan saya bersama Ananda beberapa hari ke belakang. Mengingat anak sudah mulai besar, saya mulai memberikan tema per minggunya. Tema minggu ini adalah "Mengenal Diri Sendiri". Dibuatkan tema agar lebih terarah saja.
Mungkin bisa jadi referensi bagi ibu yang bingung mau bermain apa, ini saya bagikan aktivitasnya. Media di tema yang saya ambil sangat mudah sekali ditemukan di rumah, nih. Meski aktivitasnya sederhana, anak saya happy selama aktivitas berlangsung.
Aktivitas: bernyanyi "Kepala, pundak, lutut, kaki", mencetak tangan lalu menggunting, mewarnai, dan menempelnya. |
Menempel anggota badan bagian wajah, mewarnainya, dan menempelnya |
Read Aloud "Ketika Aku Sakit" |
Ini yang random-nya.
Seru bangetttt! Selain menjalin ikatan bonding antar ibu dan anak, bermain sambil belajar bersama si kecil juga momen yang tidak akan terulang ya, Bu. Dapat manfaat combo dong kitaaaa.
Untuk ide bermain, biasanya saya searching di Pinterest, kadang dapat inspirasi juga di Instagram di akun-akun tentang anak dan montessori, kadang ide sendiri, dan kadang spontan saja.
Konsisten itu berat, butuh perjuangan besar jika ingin konsisten. Bisa sekonsisten jantung memompa darah atau seperti matahari yang setia setiap hari datang adalah impian. Kita harus punya tujuan besar terhujam di otak agar istilah mager jadi klengerrr.
Yuk bisa yuk kita belajar dan berusaha konsisten membersamai anak tumbuh dengan mengajaknya bermain sambil belajar!
Bismillah!
I've followed them, now your turn!
Comments
Post a Comment