Taken by Google |
Entah sudah berapa banyak lamaran yang aku kirimkan pada setiap lowongan mengajar di Bandung. Sejak anak keduaku lahir dan tumbuh, aku mulai gencar mencari lowongan agar bisa mengajar lagi. Entah memang aku sanggup, entah hanya iseng saja? Entahlah.
Kenapa aku berpikir iseng?
Setahun lamanya aku membersamai anak dan suami di rumah selama 24 jam non-stop. Tentu bukan hal mudah jika harus meninggalkan dan beradaptasi dengan kebiasaan baru. Kadang saat memasukan lamaran aku bertanya-tanya pada diri sendiri, "Kamu yakin?" "Enggak tahu. Iseng aja lah. Keterima bagus gak keterima gapapa."
Posisiku kini seperti tengah berada dalam jembatan. Maju takut tak mampu. Mundur aku ingin masa depan anakku lebih baik. Sungguh dilema sekali.
Dari sekian banyak lowongan, memang beberapa saja yang masuk dan diterima. Hanya saja semuanya tidak ada yang pas. Ditambah kondisi pandemik seperti sekarang semua terasa rumit.
Pada akhirnya, aku harus menelan pil pahit bahwa lowongan demi lowongan belum berpihak. Tampaknya Tuhan ingin aku fokus dulu membesarkan anak di rumah dengan baik, dengan cinta, dengan sayang.
Aku pun menerima nasibku. Namun aku tidak menerima dengan diam. Aku berusaha berdaya agar anak-anak yang kuhadapi setiap hari tumbuh dengan baik, dengan ilmu, dan sehat.
Juga, sebagai ibu rumah tangga aku jangan sampai menjadi ibu serba "kudet", "tak berpenghasilan", dan "gaptek" gara-gara menjadi ibu rumah tangga.
Pada akhirnya aku semakin mencari tahu, mencoba, dan berlatih hal-hal yang baru. Demi apa? Agar aku tetap bisa berdaya.
Aku ingin menghasilkan meski di rumah. Aku yakin kegagalan demi kegagalan yang aku terima dari melamar pekerjaan adalah kode bahwa aku harus intropeksi diri, dosaku banyak. Kode lain, bila boleh berhusnuzhan pada diri mungkin ini adalah kode dari Tuhan bahwa aku harus menggali dan menggali lebih dalam potensi yang kumiliki agar bisa dilabeli dan dihargai.
Oh Tuhan, atau mungkin kesuksesanku (finansial smooth) hanya tinggal menunggu waktu saja? Bersabarlah, Wahai Diriku! Semogaaa.
Kini aku memburu giveaway di instagram (beberapa kali menang. Rasanya ingin dapat giveaway ponsel namun belum pernah beruntung), memburu lomba-lomba seperti lomba menulis, lomba membuat artikel, lomba membuat kata-kata semangat, dan membuat konten. Ada aplikasi di mana pengguna dapat royalti berupa saldo jika sudah menonton selama 30 menit. Wah, sungguh aplikasi ini membawa semangat pada diri.
Selain mengikuti lomba, giveaway, dan menggunakan aplikasi yang memberi royalti kepada pengguna, aku pun coba berjualan. Menjual barang-barang bekas layak pakai (preloved) di marketplace, seperti kasur bayi, baju yang jarang dipakai, dsb. Namun, sekarang jualannya lagi macet karena bingung mau apa lagi yang dijual? Hahahaha.
Jujur, sangat seru!
Namun memang dapatnya sedikit dan tidak pasti. Beda dengan pendapatan dari gaji, lama-lama naik dan teratur hihi.
Kini pun saya masih terus mencari jalan rezeki yang Allah janjikan setelah menikah. Ada di manakah kamu, yang teratur dan lama-lama naik? Seperti uang gaji? Hihi.
Inti dari ibu yang ingin berdaya dan sukses adalah konsisten, ulet, dan rajin. Jangan malas-malasan. Pengingat untuk diri sendiri.
Melin
Bandung Barat, 23/Juni/2021
Comments
Post a Comment