Skip to main content

SEBUAH KISAH TENTANG PARE



Apa kau tahu sayuran yang bernama pare? 
Bentuknya tidak rata dan yang pahit itu? Betul, itu lah dia yang bernama pare. Makanan yang mungkin kaum milenial tidak sukai. Makanan yang hanya orang tua zaman dulu saja yang suka.
Teman, saya punya kisah haru biru dengan sayuran satu ini. Betapa mengharu biru sampai emosi saya sukses membuat saraf air mata hidup.
Sobat, kala itu saya masih berusia belasan tahun. Sekolah pun masih duduk di bangku SMA kelas satu (entah dua saya lupa). Kala itu, rumah hanya di huni oleh saya, emak, dan bapak (yang seminggu sekali pulang dari tempat kerjanya). Kakak-kakak saya sudah dewasa dan tiga tiganya berada di luar daerah. Anak pertama dan ketiga di Tangerang. Anak kedua di Jakarta. Tinggalah saya dan emak berdua saja hidup di rumah.
Pada waktu itu, pekerjaan bapak tidak begitu mulus. Walau berminggu-minggu kerja, kadang gaji bapak tertawan di kantor. Alhasil, anak istri di rumah harus mau tak mau bertahan dengan segala kondisi yang ada.
Sudah gaji ditawan, kondisi perusahaan juga carut marut. Hasilnya? Karyawan perusahaan bapak menganggur. Hampir setahun lebih. Bayangkan, Sob. Bapak saya adalah tulang punggung keluarga. Kalau bapak tidak bekerja, otomatis keuangan keluarga carut marut tak karuan. Apalagi ini menganggur selama satu tahun. Subhanallah, pasti bisa tergambar dalam benak kalian bagaimana kondisi rumah keluarga ini?
Tapi, masyaallah! Saya ingat ceramah gurunda Aa Gym kala saya 'mondok'  di pondoknya. Beliau mengatakan bahwa org kafir aja diurus sama Allah, kita yang begini (ibadah gak jelas) pasti akan diurus juga sama Allah. Tidak usah khawatir gimana gimana. Hidup kita sudah Allah urus.
Ya, betul. Kehidupan kita ini sudah diurus oleh Allah Tabaraka Wa Ta'ala. Sudah diurus, rinci, Sobat. Jadi, walau bapak saya menganggur setahun, saya dan emak tetap makan, hidup, sehat, sampai detik ini. Subhanallah!
Maka nikmat Tuhanmu yang mana lagikah yang akan kau dustakan? (QS. Arrahman)
Walau tulang punggung keluarga kami tidak bekerja, karena ada Allah yang urus, kami tetap menemukan beras untuk dimasak dan lauk untuk teman nasi.
Biasanya, untuk mendapatkan beras, emak berhutang ke tetangga. Sampai hutang itu menumpuk. Tapi ada Allah yang lembutkan hati pedagang itu sehingga selalu bersedia dihutangi emak.
Untuk lauk pauknya. Kadang emak dan bapak memancing ikan di sungai. Pergi pagi pulang siang. Selain untuk menghibur hati bapak agar selalu bahagia, juga untuk mencari ikan. Ada Allah yang menyuruh ikan ikan kecil menyangkut di kail bapak walau tidak banyak.
Juga, karena ada Allah yang mengurus kami, Allah memerintahkan pula biji pare tumbuh di belakang rumah dengan suburnya. Setiap hari buahnya tumbuh. Diambil kemudian tumbuh lagi. Diambil kemudian tumbuh lagi dan lagi. Sampai pada masa bapak ada panggilan kerja kemudian sedikit demi sedikit pare itu mati. Masyaallah! Sungguh, saya yakin, pare itu memang diutus Allah untuk menjadi santapan kami selama bapak menganggur. Dia tumbuh subur ketika bapak di rumah. Kemudian mati dengan sendirinya kala bapak sudah ada kerjaan. Mungkin tugasnya sudah berakhir. Maha Suci Allah! 
Pare, sayuran pahit yang tidak saya sukai. Tapi, setiap kali emak memasaknya, pahit pare itu hilang entah ke mana. Betapa emak pada waktu itu hebat sekali bisa meracik bumbu sampai si pare pahitnya hilang. Dan anak gadisnya bisa makan dengan lauk pauk tidak hanya dengan nasi.
Ya Allah. Pelajaran yang amat berharga sekali bagi saya. Bisa menjalani takdir seperti itu. Masa masa sulit. Masyaallah. Walau ibadah kami sekeluarga tidak sebagus hamba Allah lainnya yang soleh, tapi Allah sama sekali tidak pernah meninggalkan kami. Allah Tabaraka Wa Ta'ala selalu ada dan hadir mengurus kebutuhan kami. Mencukupi kebutuhan kami. Lewat banyak hal.
Kala mengingat masa itu, tak terasa air mata saya mengerjap-erjap. Hati menggebu. Bertalu-talu rasa syukur akan kebaikan Allah Azza wa Jalla terhadap kami. Betapa masa itu begitu sulit tapi Allah menghibur kami setiap hari. Ternyata tidak ada kehidupan yang sulit, kita yang hanya memandangnya sulit. Tidak ada kehidupan yang sulit, semua akan dipermudah oleh Allah asal kita terus bertawakal kepada Rabbul 'alamiin dan yakin bahwa kita tidak pernah lepas dari pengawasan-Nya.
Teman, takdir yang pernah saya lewati ini lah yang menjadikan saya kuat dan yakin akan kemaha pemurahan Allah. Tidak ada sama sekali tempat bergantung di dunia ini selain hanya kepada Allah Tabaraka wa Ta'ala. Tidak ada. Hanya lah Allah satu-satunya tempat meminta. Apa saja. Bahkan meminta untuk dimudahkan mengambil sisa makanan di gigi. Tidak ada tempat selain kepada Allah lah kita meminta. Sebab, Dia selalu hadir untuk mencukupi kita walau sesulit apa pun (versi kita) hidup yang dijalani.
Kisah pare ini memberikan pelajaran berharga kepada saya dan emak, yakni Allah sama sekali tidak pernah meninggalkan kita. Seburuk apa pun kita. Dia akan selalu hadir dalam hela nafas kita. Syukuri semua kesulitan sebab disebaliknya ada pelajaran yang tiada tara.

Comments

Popular posts from this blog

Housewife Vs Homemaker

Housewife vs Homemaker? Apa ini? Dalam Bahasa Inggris, profesi IRT alias Ibu Rumah Tangga biasa disebut housewife . Karena ilmu bahasa Inggris saya nihil, jadi saya gak tau kenapa orang Inggris menamakan IRT itu dengan sebutan housewife ? Sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata, "rumah" dan "istri". Kalau dibolehin untuk ngasih opini dari kelas sudra saya, mungkin maksudnya adalah seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah. Wah, keren. Lebih lengkapnya bisa mungkin cari di kamus EOD, Gais. Daripada penasaran, hehe. Gak salah memang kalau seorang IRT diartikan sebagai seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah, sebab memang begitu lah kenyataan yang sering terjadi di masyarakat. Namun, karena bahasa punya sifat inovatif, di mana dia bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, bisa jadi kosakata housewife  dapat digantikan perannya menjadi homemaker . Wah, apa itu? Istilah homemaker  tercetu

Belajar Bahasa Jepang Sehari-hari

Di Rumah Orang Jepang biasanya sesaat setelah mereka bangun pagi, akan langsung menyapa keluarganya. Dengan ucapan selamat pagi, "Ohayou" . Mereka akan saling mendahului untuk menyapa dengan ucapan ini. Mari kita mulai percakapannya! Sakura : "Ohayou" Okaasan : "Ohayou" Otousan : "Ohayou" Kenta (Imouto) : "Ohayou" Sakura : Hayaku okiru ne, Kenta ha." Okaasan : "Sou ne. Kyou otona ni nattakara ne." Kenta : "Nande sore. Kyou shiken ga attakara." Otousan : " Yoku ganbatte ne . Jaa, ikanakya. Ittekimasu . " Okaasan : "A, itterashai ." Kenta to Sakura : " Itterashai ." Terjemahan Sakura : "Pagi." Ibu : "Pagi." Ayah : "Pagi" Kenta (adik laki-laki) : "Pagi." Sakura : "Kenta bangunnya cepet ya." Ibu : "Iya ya. Karena sekarang ma udah gede." Kenta : "Apaan sih. Aku bangun cepet karena ada ujian hari in

Ingin Seperti Amoeba

Amoeba. Pertama kali mendengar nama makhluk ini yakni ketika duduk di bangku SMA dalam pelajaran Biologi, ah entah SMP, ya, saya lupa, hehe. Guru Bilogi saya berkata bahwa amoeba adalah makhluk kecil yang berkembang biak dengan cara membelah diri. Wow. Menarik. Satu dari sekian makhluk ciptaan Allah SWT yang dahsyat! Taken by Google Saya suka pelajaran biologi, jadi jangan heran kalau masih agak ingat tentang pelajarannya (ah sombong), ups, tentunya ini berkat pertolongan Allah 'Azza wa Jalla. S aya bukan ahli biologi dan tidak akan membahas secara panjang lebar terkait makhluk kecil yang dahsyat ini. Saya ingin memetik hikmah indah dari apa yang sudah Allah SWT limpahkan kepada makhluk kecil tersebut. Sungguh benar bahwa dalam setiap penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi hamba yang mau berfikir dan semua ciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia (cek Surat Al Imran ayat 190-191). Membelah diri adalah kemampuan yang dianugerahkan Allah SWT untuk