Tubuh membutuhkan asupan energi untuk mengaktifkan organ-organ di dalamnya. Tanpa energi, tubuh akan lemah dan tidak berdaya. Kekuatan untuk menyangga tubuh tidak ada dan tentu ini akan berpengaruh pada aktivitas keseharian seseorang.
Jika asupan energi sudah cukup, maka tubuh akan bergerak dan beroperasi dengan baik. Tentu dengan begitu beraktivitas pun menjadi nyaman.
Tidak hanya tubuh yang butuh energi agar bisa bergerak, Guys! Kemampuan menulis kita pun butuh asupan energi agar mampu bekerja dengan baik. Wah, gimana maksudnya, sih?
Jadi gini.
Sebenarnya semua orang bisa menulis. Tapi banyak yang mengaku bahwa dia tidak pandai menulis. Wah, kok, bisa, ya? Iya, mungkin dia belum pede dengan dirinya sendiri.
Semua orang bisa menulis, asal dia mau. Mau menulis, mau berlatih, mau capek.
Lho, kok, capek? Maksudnya apa dah?
Ya, siapa pun bisa menulis kalau dia mau capek baca.
Bentar.
Kenapa harus capek membaca, deh?
Kenapa harus capek membaca, deh?
Wah, ini pertanyaan bagus, nih.
Guys, did you know? Bahwa Indonesia termasuk negara yang miskin literasi? Ya, Indonesia masuk golongan itu tersebab sedikit sekali yang mau baca. Minat baca rakyat Indonesia ini sedikit sekali. Minat beda, ya, sama baca biasa. Jadi, kalau minat, dia emang gandrung banget sama baca. Segala macam tulisan, mau panjang mau pendek, dia baca. Mau berbahasa Zimbabwe atau Inggris, dia juga lahap aja. Baca udah jadi jiwanya. Kalau sekedar baca, mungkin kita dan netijen di Indonesia ini, beuh, ahlinya Bacain status orang misalnya, ehem!
Melihat kenyataan miris kayak begitu (klen miris gak siii? Kalau aku sih miris, ya, jujur aku juga masih belum dikategorikan sebagai orang yang minat bacanya bagus, hehe, masih sekedar mau jadi orang yang minat bacanya bagus), aku jadi prihatin juga.
Negara di luar itu minat bacanya luar biasa dan biasa di luar banget! Di kampung-kampung terpencil aja tersedia buku di pinggir jalan untuk siapa saja yang mau baca. Ya ampun, gak gila gimana tuh! Beda banget sama di sini, ya. Yang banyak berjejer di pinggiran itu malah anak anak nongkrong atau bapak ojek online yang nunggu konsumen. Aiiiih. Sotoy bat daaah!
Jadi jangan heran kalau di luar sana, literasi mereka bagus. Jurnal-jurnal penelitian banyak. Tiap hari selalu ada penelitian baru. Novel setiap minggu muncul. Itu lah mengapa mereka jadi negara maju dan jadi kiblat keilmuan dunia, sebab mereka doyan baca. Baca dan baca setiap waktu. Di mana saja dan kapan saja.
Ya ampun. Pernah lihatkan para penumpang kereta bawah tanah di luar negeri? Para lelaki tampan yang berpenampilan mulai dari anak gunung sampai pria metroseksual pada pegang buku selama perjalanan. Wah, wah, wah. Budaya ini yang tidak ada di kita. Kebanyakan pada nunduk main hp. Mungkin di situ mereka juga sedang membaca, ya. Membaca kepsyen artis atau stalking akun mantan, aiiih.
Guys, sebagaimana yang sudah aku jelaskan di atas, bahwa Indonesia termasuk ke dalam negara yang minim literasi, maka gak mau dong anak cucu kita kebingungan nyari referensi kelak? Tentu, itu jadi pe er buat kita untuk ngegas menjadi seorang penulis.
Terserah kamu mau jadi penulis apa, genre apa, yang penting kamu menulis. Memberi sumbangsih untuk negeri dan untuk anak cucu kita nanti. Heu. Dalem, ya.
Pasti sebagain dari kalian langsung down disuruh jadi penulis? Hayo, ada gak yang gitu? Hahaha. Sebab merasa kalo kalian gak jago dalam masalah beginian. Gak pede. Takut salah. Dan takut dihujat.
Well, Guys. Sebenernya apa sih bagusnya menulis? Sampai kita harus banget menulis?
Kalau berdasarkan pengalaman aku selama ini sebagai seorang manusia introvert yang banyak masalah, menulis selalu aku jadikan tempat berbagi setelah Allah tentunya. Menulis bagiku sebagai healing atau penyembuh dari segala macam beban pikiran yang mendera. Menulis bagiku adalah sebuah terapi untuk melatih konsentrasiku yang tergolong tercecer-cecer. Menulis bagiku adalah sebuah cara untuk mengingatkan diri sendiri dan menyemangati diri sendiri. Kadang aku menulis lalu sadar akan satu hal dan beberapa hal. Tak jarang juga menulis menbuat semangat dan spiritku bertambah.
Jadi, Guys. Menulis selain bagus buat diri kamu sendiri, juga bisa bermanfaat bagi orang banyak jika apa yang kita tulis berfaedah.
Agar kita pede sama kemampuan menulis kita, maka tentu kita harus menguatkan diri dengan niat yang benar. Kemudian, berlatih tiada henti. Selanjutnya adalah beri asupan makanan agar kemampuan itu ada dan muncul.
Maksudnya?
Yaaa, menulis juga butuh asupan energi. Seperti tubuh yang harus diisi makanan agar organ bisa aktif bekerja, maka menulis pun butuh asupan energi. Tentu bukan dalam bentuk nasi atau roti Tapi berupa bacaan!
Nah, lo. Jadi, kalau mau menulis, ya, kita harus rajin baca. Mhehehehe. Kalau mau menulis tapi gak mau baca, tentu ini seperti mimpi di siang bolong!
Wah, segitunya?
Iya, betul. Karena output dari membaca adalah menulis. Orang yang biasa membaca, jemarinya akan mudah merangkai kata. Karena dia sudah terbiasa melihatnya dalam buku yang ia baca.
Orang yang biasa membaca, tulisannya kelak akan mudah dicerna dan enak dibaca. Tidak menjelimet.
Orang yang biasa membaca, membuat kalimatnya pun tertata. Dan fokusnya tidak terpecah belah. Jadi, pembaca enak dan mudah paham dengan tulisannya.
Orang yang biasa membaca, membuat kalimatnya pun tertata. Dan fokusnya tidak terpecah belah. Jadi, pembaca enak dan mudah paham dengan tulisannya.
Well, Teman. Miris kan kita jadi negara dengan minim literasi? Sudah saatnya kita, milenial ini, menyingsingkan lengan baju, menjadi pionir garda terdepan untuk membuat peradaban lewat dunia literasi. Telah banyak contoh negara yang maju karena budaya membaca dan budaya literasinya. Kita tentu ingin sekali jadi salah satunya, bukan?
Maka, mulai lah sekarang menjadi orang yang punya tekad menjadi si kutu buku. Berniat menjadi orang yang punya minat baca bagus. Sehingga dengan begitu kita bisa punya 'oli' untuk menulis.
Menulis lah agar Allah menolong kita. Bukan untuk royalti dan berbau dunia.
Menulis lah agar Allah mau melihat kita. Bukan karena gaya -nasihat untuk diri.
Menulis lah agar Allah mau melihat kita. Bukan karena gaya -nasihat untuk diri.
Sekian siulan tak seberapa ini. Semoga ada manfaatnya untuk klen. Kupamit dan sampai jumpa di lain kesempatan. Barakallahufiik.
Comments
Post a Comment