Skip to main content

Kado Terbaik untuk Sebuah Perpisahan


Sudah hampir satu tahun saya berpisah dengan teman, sahabat, keluarga besar Sekolah Alam Bintaro. Sebuah tempat bersejarah dalam hidup saya. Di situ, qodarullah, saya menemukan makna hidup, mengajar, mendidik, dan bekerja. Pokoknya, SABin landasan saya menjadi seperti saat ini (memang sekarang seperti apa, ya? Hehe).
Setiap pertemuan pasti akan ada perpisahan. Begitu pun apa yang saya alami di SABin. Pertemuan dengan orang-orang hebat di sana ada pula waktunya berpisah.
Dua tahun saya "mondok" di SABin. Di sana saya menemukan sahabat, keluarga, dan teman yang berjenis rupanya. Hehe. Ada yang masih berkomunikasi, ada pula yang sudah lost contact.
Satu teman yang sudah saya anggap keluarga sendiri salah satunya yang masih sering menjalin komunikasi dengan saya. Bertanya kabar, mengabarkan kabar bahagia dari teman-teman di sana, dll.
Selama bekerja di sana pun, kami sering meluangkan waktu berdua hanya untuk sekedar mengobrol, saling curhat-curhatan, dan berbagi beban. Biasanya sepulang kerja, jika keduanya tidak sibuk, kami duduk di bangku panjang sampai menjelang magrib. Berdua saja. Mengobrolkan segala hal. Dan itu lah yang menjadi kenangan terindah bersama sahabat yang satu itu. Memori yang paling dirindukan. Hihi.
Sebagai seorang sahabat, rupa-rupanya sobat saya ini sering sekali mengamati saya. Tentu dia pengamat sejati. Bukan hanya saya saja sih yang dia amati. Segala hal dia amati. Termasuk saya yang dirasa punya kebiasaan unik dan berbeda dari temannya yang lain.
Memang saya punya kebiasaan apa, sih?
Selama dua tahun berkarya di sana, saya tidak sadar kalau sobat saya ini mengamati tingkah saya. Saya melakukan semua aktivitas di sana karena itu adalah kebiasaan saya sehari-hari. Sudah melekat dalam diri. Saya baru tahu kalau dia mengamati setiap gerak gerik saya setelah setahun kami berpisah. Dia mengungkapkan hal tersebut di Whatsapp. Dia mengatakan bahwa dia selalu mengamati saya ketika salat. Di mata dia, saya ini rajin karena selalu melakukan sesuatu. Tidak pernah meninggalkan suatu kebiasaan tersebut walau kondisi saat itu genting atau apalah. Selama dua tahun itu dia mengamati saya. Setelah saya menetap di Bandung, dia merindukan pengamatannya kepada saya. Kerinduan itu pada akhirnya mengantarkan dia untuk menerapkan kebiasaan saya selama di sana. MasyaAllah.
Mendengar pengakuannya, saya terkejut dan tidak menyangka sama sekali. Di sisi lain saya bersyukur dia mau mengikuti kebiasaan tersebut. Di sisi lain saya jadi sadar bahwa di dunia ini banyak sekali mata-mata yang memperhatikan meski kita tidak sadar. Sekekal-kekalnya mata pengamat adalah pengamatan Allah, Dia lah pengamat tingkah laku kita yang paling setia dua puluh empat jam non-stop tanpa henti. Tapi, kadang memang kita tidak sadar keberadaan pengamat tersebut. Sehingga bebas saja dalam melakukan sesuatu. Untung sekali jika apa yang kita lakukan itu adalah hal baik-baik, sehingga orang yang mengamati pun merasa tertarik. Coba bagaimana jika kebiasaan kita itu buruk? Sang pengamat pasti muak melihatnya. Boro-boro tertarik ikut melakukan kebiasaan yang sama mungkin malah murka dan merasa jijik.
Sesungguhnya, hadiah perpisahan paling indah adalah sebuah kebaikan, ya, Guys! Kenang-kenangan yang paling bagus untuk sebuah perpisahan adalah kebaikan. Wah! Betapa indahnya. Mudah-mudahan kita menjadi orang yang selalu berbuat baik dalam kondisi apa pun. Agar, para pengamat kita di dunia ini dapat merasa bangga. Dan tentunya agar kita terus dalam ruang lingkup kebaikan. Mudah-mudahan dengan begitu, ketika Izrail datang menjemput ruh, kita dalam keadaan baik, kondisinya baik, diambil dengan cara yang baik pula.
Teman-teman, pesan saya, dawwamkan lah satu amalan atau ibadah. Jadikan amalan kecil itu sebagai jembatan pertolongan Allah untuk kita. Penolong saat di akhirat nanti. Tak perlu amalan yang sulit, yang mudah saja. Misalkan istiqomah salat dhuha, istiqomah menjaga wudu, istiqomah berdzikir. Dengan amalan kecil yang didawwamkan, semoga banyak pengamat yang mau mengikuti kebiasaan kita tersebut. Sunnah everywhere. 😊
Kembali ke bahasan utama. Ya, sahabat saya pun merasakan kerinduan yang sama. Dia rindu mengobrol berdua dengan saya. Rindu liqo, dll. Namun, kerinduan itu hanya sebatas kerinduan, sebab jarak dan kesibukan yang memisahkan. Bintaro-Bandung jarak yang amat jauh. Apatah dia bekerja sampai sore. Kami jarang komunikasi. Maka, dia mengobati kerinduannya itu dengan cara melaksanakan kebiasaan saya di sana. Subhanallah. Padahal, bagi saya pribadi, apa yang biasa saya lakukan itu adalah hal biasa bagi saya, karena sudah menjadi kebiasaan. Kalau ditinggalkan serasa ada yang hilang. Namun, di mata orang berbeda, ya, Guys! Setiap mata selalu punya cara pandang masing-masing. Tentu, karena setiap pupil mata dicipta Allah berbeda-beda pada setiap orang. Ada orang yang matanya sipit, belo, biasa. Maka dari perbedaan itu kita bisa ambil hikmahnya bahwa setiap mata juga punya sudut pandang yang berbeda dalam melihat sesuatu.
Akhir kata, saya salut pada sobat saya ini. Dia tidak "adigung" untuk menerima ilmu baru. Dia terbuka untuk hal-hal baru bagi dirinya. Walau itu datang dari sahabatnya sendiri yang masih dhuafa dari berbagai sisi. Saya berdoa mudah-mudahan dia terus dijaga dan dibimbing oleh Allah SWT. Menjadi pribadi yang terus berbenah demi diridhoi Allah 'aja wa zalla. Aamiin.

Comments

Popular posts from this blog

Housewife Vs Homemaker

Housewife vs Homemaker? Apa ini? Dalam Bahasa Inggris, profesi IRT alias Ibu Rumah Tangga biasa disebut housewife . Karena ilmu bahasa Inggris saya nihil, jadi saya gak tau kenapa orang Inggris menamakan IRT itu dengan sebutan housewife ? Sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata, "rumah" dan "istri". Kalau dibolehin untuk ngasih opini dari kelas sudra saya, mungkin maksudnya adalah seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah. Wah, keren. Lebih lengkapnya bisa mungkin cari di kamus EOD, Gais. Daripada penasaran, hehe. Gak salah memang kalau seorang IRT diartikan sebagai seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah, sebab memang begitu lah kenyataan yang sering terjadi di masyarakat. Namun, karena bahasa punya sifat inovatif, di mana dia bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, bisa jadi kosakata housewife  dapat digantikan perannya menjadi homemaker . Wah, apa itu? Istilah homemaker  tercetu...

Belajar Bahasa Jepang Sehari-hari

Di Rumah Orang Jepang biasanya sesaat setelah mereka bangun pagi, akan langsung menyapa keluarganya. Dengan ucapan selamat pagi, "Ohayou" . Mereka akan saling mendahului untuk menyapa dengan ucapan ini. Mari kita mulai percakapannya! Sakura : "Ohayou" Okaasan : "Ohayou" Otousan : "Ohayou" Kenta (Imouto) : "Ohayou" Sakura : Hayaku okiru ne, Kenta ha." Okaasan : "Sou ne. Kyou otona ni nattakara ne." Kenta : "Nande sore. Kyou shiken ga attakara." Otousan : " Yoku ganbatte ne . Jaa, ikanakya. Ittekimasu . " Okaasan : "A, itterashai ." Kenta to Sakura : " Itterashai ." Terjemahan Sakura : "Pagi." Ibu : "Pagi." Ayah : "Pagi" Kenta (adik laki-laki) : "Pagi." Sakura : "Kenta bangunnya cepet ya." Ibu : "Iya ya. Karena sekarang ma udah gede." Kenta : "Apaan sih. Aku bangun cepet karena ada ujian hari in...

Asmaul Husna*

Saat mendengarkan iklan di radio MQ FM, saya terkesan oleh salah satu lagu di dalamnya. Lagu itu menyanyikan 99 nama-nama Allah yang baik dan agung, yakni Asmaul Husna. Lalu sadar kalau laguitu sangat menyentuh hati saya, saya buru-buru merekamnya. Dan lalu saya menangis ketika mendengarkannya. Alhamdulilah. Sudah dua minggu semnejak saya mendapatkan lagu baik itu. Lalu saya ingin sekali mengikuti lagu tersebut. Namun saya terbatas karena belum hafal lirik lagunya. Dengan beberapa kali mendengarkan lagu itu, saya pun menulis liriknya yang semoga sesuai dengan lagu tersebut. Saya masih belum tahu siapa gerangan sang biduannya. Mungkinkah Sami Yusuf? Hemm. Siapapun dia, semoga Allah menjaganya dengan sebaik-baik perlindungan ^^ Bdw, ini lanngsung saja saya lampirkan liriknya. Siapa tahu kalian sudah  punya lagunya tapi belum tahu liriknya. Hehe. Mari kita sharing . Yang bisa nyanyiin lagunya, ayo nyanyikan! Ya Allah...4x Ya Allah...4x Allahu antal malikul quddus... Wal jabb...