Bismillah
Setelah salat asar tadi, saya termenung beberapa saat. Merenungi salat saya yang rasanya sangat biasa saja tanpa ruh. Merenungi kemenangan teman saya lolos tes CPNS Jatim. Merenungi kesuksesan teman saya mampu menaklukan dunia perkuliahan. Merenungi kelahiran anak saya beberapa bulan ke depan. Merenungi kisah Qabil & Habil yang saya baca di buku cerita anak-anak. Kira-kira, apa yang Allah inginkan dan sukai dari hamba-Nya?
Saya merenung untuk beberapa saat. Kemudian saya dapatkan jawabannya.
Allah menerima qurban Habil karena dia mengurbankan dombanya yang paling baik, paling gemuk, yang belum digunakan membajak, dan dipekerjakan. Sedangkan Allah tidak menerima qurbannya Qabil karena dia mempersembahkan sayuran yang jelek, biasa saja, dan bukan yang terbaik.
Teman saya -qodarullah- lolos passing grade ujian CPNS di Jatim karena sebelum tes dia rajin latihan soal. Dia juga mengikuti tes ini yang kedua kalinya. Kemudian dia juga mumpuni dalam penguasaan materi bahasa Jepang.
Teman saya sukses menaklukan dunia pendidikan yang tidak mudah, karena dia punya tekad yang teguh, selalu bersungguh-sungguh, dan yakin akan pertolongan Allah.
Dan tiga bulan nanti -insyaAllah- saya akan melahirkan. Saya berharap melahirkan normal. Tapi, jika memetik hikmah dari kejadian-kejadian di atas yang sudah disebutkan, suatu harapan atau impian itu takan tercapai jika usaha dari diri kita sendiri belum maksimal. Allah cenderung lebih suka suatu proses yang kontinu, terus menerus, konsisten, walau kita melakukan hal kecil. Contohnya teman saya, dia kontinu terus menerus berlatih soal sebelum diadakannya tes. Teman saya satu lagi, kontinu dan terus menerus bersungguh-sungguh dan membulatkan selalu tekadnya. Habil terus menerus kontinu merawat hewannya dengan baik sehingga dipilih hewan terbaik untuk Rabb-Nya. Dan saya berharap lahiran normal tapi hal kontinu dan terus menerus tidak ada yang saya lakukan, apakah ini bisa diloloskan oleh Allah SWT? Tentu jika ditilik secara logika itu tidak mungkin sebab tadi itu, Allah suka mengabulkan keinginan seseorang yang telah mengalami proses yang terus menerus dalam menggapai impian kecilnya itu. Jika saya berharap lahiran normal tentu hal yang harus saya lakukan adalah merutinkan melakukan sesuatu agar proses tersebut benar-benar bisa saya peroleh.
Segar di telinga kita apabila orang berkata, "Oh, wajar dia lulus sebab dia rajin latihan soal."
Atau, "Dia sudah mendapatkan gelarnya sebab dia selalu bersungguh-sungguh dan punya tekad yang kuat dalam menjalaninya."
Lalu, "Tentu Allah menerima qurbannya Habil sebab apa yang dia qurbankan sangat bagus."
Kemudian selain memikirkan lahiran nanti saya pun membandingkan salat-salat saya dan semua ibadah yang saya lakukan selama ini dengan para salafus soleh (mantul sekali). Ya Allah betapa betapa betapa jauuuuuhnyaaaa sampai saya terpelanting saking kejauhan.
Para salafus soleh saat menghadap Allah SWT senantiasa berbadan bersih baik dari hadas besar maupun kecil, dari kebencian maupun kedengkian, dari kemalasan maupun kekosongan. ماشاءاالله
Para salafus soleh saat menghadap Allah SWT di sepertiga malam senantiasa memakai baju barunya. Harum, rapi, bersih, mewangi. Sungguh, siapa pun akan betah melaksanakan ibadah berlama-lama jika kita sendiri mendesain suasana beribadah dengan begitu nyaman dan aman.
Beribadah menjadi nikmat, berbobot, berruh, dan penuh peresapan. Berbeda dengan diri ini yang dari pagi saja belum mandi dikarenakan kondisi udara yang dingin, baju masih menggunakan baju bekas tidur, celanan legging yang dipakai salat adalah celana yang dipakai berhari-hari entah masih bersih entah sudah terciprati najis -astagfirullah- mukena pakai yang sudah lama tidak dicuci. Ya Allah, ya Allah, apakah 'amalan' macam ini yang hanya bisa kupersembahkan pada Rabb pemberi segala? Tak ubahnya amalan yang kulakukan (salatku) bak qurban Qabiel, Allah sama sekali tak melihatnya. Ya Allah, ya Allah. Apakah ibadah semacam ini yang menjadi andalanku meminta kemudahan kepada Allah saat kelahiran anak pertama nanti? Apakah dengan amalan macam ini aku berharap Allah mengabulkan semua, memudahkan semua, dan mewujudkan semua keinginan dan harapanku? Apakah dengan amalan begini???
Astagfirullah
Rasanya aku ingin sekali menangis. Ku telah menghilangkan momen indah kebersamaan dengan Rabb-ku selama ini.
Sungguh aku tak mau berlarut-larut dalam keadaan seperti ini. Aku harus mulai berbenah dan belajar jadi lebih baik. Tak lagi menghabiskan waktu dengan bermain gadget. Tak lagi menghabiskan waktu dengan diam dengan kedunguan.
Astagfirullah
Kucampakan waktu dalam kelalaian. Kucampakan waktu dalam kesia-siaan. Aku tak mau merana di dunia apalagi di akhirat. Aku harus memulai merubah diriku sendiri.
Izinkan aku merubah diri dan kebiasaanku, Rabb!!!
امين
Comments
Post a Comment