Skip to main content

Apa yang Mereka Lihat Terhadap Diri Kita?

Taken by Google

Sebagai seorang manusia, saya sering mengalami banyak hal dalam kehidupan. Dibenci, dibanggakan, dihargai, tidak dihargai, dsb. 

Wajar, sebab manusia banyak di dunia, dengan beragam corak pola pikir dan kondisi hati. Maka, jangan terlalu diambil pusing jika dihadapkan pada kondisi yang enak mau pun tidak enak. Itu cara Allah untuk menempa kita menjadi pribadi yang tangguh.

Semuanya layak untuk disyukuri. Ujian pahit atau manis semuanya nikmat. Dengan syarat, kita berbaik sangka kepada Sang Pemilik Kehidupan.

Saya pernah menimba ilmu selama kurang lebih empat setengah tahun di salah satu universitas negeri yang ada di Bandung, sebagai anak pendidikan jurusan bahasa Jepang.

Saya memandang hal itu biasa saja, sebab di sini, di Bandung, masih banyak universitas-universitas yang tidak kalah bagus dari universitas tempat saya menimba ilmu.

Ditambah, di dalam kampus juga saya bukan mahasiswa unggulan yang bisa pergi ke Jepang atau jadi mahasiswa dengan lulusan terbaik (cumlaude), tidak, tidak. Saya mahasiswa biasa. Anak organisasi yang kadang datang rapat kadang juga tidak. Hobinya main laptop di gedung PKM sambil nebeng hostpot-nya. Hahaha, ketauan deh. Tapi, prestasi sedikit, bukan berarti dia tidak ada sama sekali,bukan? Alhamdulilah ada sedikit prestasi yang diraih dalam bidang kepenulisan. Tidak banyak memang, tapi cukup untuk pemanis kenangan, hehehe.

Saya memandang diri saya sebagai mahasiswa level sudra selama di kampus. Ya, soalnya prestasi tidak menonjol-menonjol banget, anak hang out juga bukan, anak sosialita juga bukan, anak aktivis apalagi. Ih, pokoknya emang biasa saja. 

Tapi, apa kalian memikirkan apa yang dipandang orang terhadap kehidupan kita? 

Saya baru menyadari, bahwa apa yang saya rasa biasa, itu tidak biasa di mata orang lain.

Saya menyadari itu saat saya memiliki "sparing partner". "Sparing Partner"? Maksudnya? Istilah ini saya dapatkan dari Gurunda Aa Gym. Coba cari dua kata ini di google translate, di sana akan diterjemahkan "rekan latihan". Ya, sparing partner orang yang bisa melihat kita dari sisi yang berbeda.

Saya tipe orang yang memandang "lemah" diri saya. Saya merasa bahwa saya biasa saja kuliah di sini apalagi jadi mahasiswa di dalamnya -yang minim prestasi-. Ternyata, sparing partner saya memandang berbeda. Dia memandang begitu beruntungnya saya bisa berkuliah di kota besar, di universitas yang bagus, bisa berorganisasi, punya teman banyak, kajian banyak, kenalan banyak, dsb. Pokoknya di matanya, saya sungguh gorjes jes jessss.

Saya hanya bisa melongo alias cengo mendengar pernyataan tersebut. Sebab selama ini saya merasa sangat biasa saja walau kadang memang saya mensyukurinya. FYI, di kota ini saya menemukan "tauhid" yang merubah total kehidupan saya. Poin itu yang menjadi titik kesyukuran saya bisa tinggal cukup lama di kota tempat saya menimba ilmu tsb.

Ya, ternyata sparing partner sangat kita perlukan. Bukan untuk memuji atau menjatuhkan. Tapi, sparing partner untuk menjadi "mata" penglihat titik hitam yang ada pada diri kita. Dia bisa melihat kita dari sisi yang tidak disangka. Sisi yang tidak terfikirkan oleh kita. 

Mungkin, dia mengamati kehidupan saya di facebook world, ya, wajar karena dulu saya aktif sekali di fesbuk sebelum ada media sosial yang lebih variatif seperti sekarang. Pada zaman awal fesbuk berdiri, rasanya semua orang berbondong-bondong ingin berlama-lama bermain fesbuk, menceritakan banyak hal di sana, tidak terkecuali saya, hahaha.

Setiap peristiwa, kejadian, saya bagikan di fesbuk. Di mata sparing partner tersebut, mungkin saya begitu beruntung dibandingkan dengan dirinya. 

Saya sungguh berterimakasih atas penilaian dia yang tidak diminta tersebut, yang sampai membuat saya beberapa detik melongo dan cengo. Untung saya segera sadar bahwa, ya, wajar dia menilai seperti penilaiannya, karena dia berada di pihak luar yang tidak mengalami apa yang saya alami.
Saya terima penilaiannya karena untuk beberapa poin memang saya sangat beruntung, alhamdulilah. Thanks!

Menurut Gurunda, kita harus punya "kawan" yang bisa melihat blind spot kita. Orang yang bisa melihat blind spot kita biasanya adalah orang yang mau mengoreksi kita, seperti -maaf- musuh. Atau sahabat yang peduli dan mau mengoreksi kesalahan dan selalu melihat titik hitamnya kita. Maka, saat ada teman yang bisa memperlihatkan titik hitam tersebut, berterimakasih lah! Dengan begitu kita tidak terbuai oleh kebaikan atau kesedihan yang ada dalam diri kita.

Jangan pernah melihat apa yang diperoleh orang lain. Jangan pernah membandingkan nikmat yang diperoleh oleh orang lain. Jangan pernah, karena banyak sekali nikmat yang diberikan Allah kepada kita yang tidak diberikan kepada orang lain. Jika kita sibuk memikirkan kenikmatan yang diberikan Allah kepada orang lain, nikmat yang ada pada diri kita akan luput untuk disyukuri. Sehingga kita  jadi kufur nikmat, iri, dengki, hasad. Jika sudah berkubang pada sifat-sifat tersebut, tunggulah kehancuran diri. Kita tidak dapat berkembang dan tidak mampu melejitkan potensi dalam diri.

Syukuri apa yang ada dalam dirimu, alhamdulilah-i apa yang kau miliki sekarang, maka dengan begitu Allah akan menambah nikmat yang ada pada dirimu. Melejit lah dengan memperbanyak syukur dan berbaik sangka kepada Allah SWT. 

Siap berkarya?
Siap melejit?
Siap bermanfaat?

Siap! Siap! Siap!
Yes, you can!


Sekian

Comments

Popular posts from this blog

Housewife Vs Homemaker

Housewife vs Homemaker? Apa ini? Dalam Bahasa Inggris, profesi IRT alias Ibu Rumah Tangga biasa disebut housewife . Karena ilmu bahasa Inggris saya nihil, jadi saya gak tau kenapa orang Inggris menamakan IRT itu dengan sebutan housewife ? Sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata, "rumah" dan "istri". Kalau dibolehin untuk ngasih opini dari kelas sudra saya, mungkin maksudnya adalah seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah. Wah, keren. Lebih lengkapnya bisa mungkin cari di kamus EOD, Gais. Daripada penasaran, hehe. Gak salah memang kalau seorang IRT diartikan sebagai seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah, sebab memang begitu lah kenyataan yang sering terjadi di masyarakat. Namun, karena bahasa punya sifat inovatif, di mana dia bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, bisa jadi kosakata housewife  dapat digantikan perannya menjadi homemaker . Wah, apa itu? Istilah homemaker  tercetu

Belajar Bahasa Jepang Sehari-hari

Di Rumah Orang Jepang biasanya sesaat setelah mereka bangun pagi, akan langsung menyapa keluarganya. Dengan ucapan selamat pagi, "Ohayou" . Mereka akan saling mendahului untuk menyapa dengan ucapan ini. Mari kita mulai percakapannya! Sakura : "Ohayou" Okaasan : "Ohayou" Otousan : "Ohayou" Kenta (Imouto) : "Ohayou" Sakura : Hayaku okiru ne, Kenta ha." Okaasan : "Sou ne. Kyou otona ni nattakara ne." Kenta : "Nande sore. Kyou shiken ga attakara." Otousan : " Yoku ganbatte ne . Jaa, ikanakya. Ittekimasu . " Okaasan : "A, itterashai ." Kenta to Sakura : " Itterashai ." Terjemahan Sakura : "Pagi." Ibu : "Pagi." Ayah : "Pagi" Kenta (adik laki-laki) : "Pagi." Sakura : "Kenta bangunnya cepet ya." Ibu : "Iya ya. Karena sekarang ma udah gede." Kenta : "Apaan sih. Aku bangun cepet karena ada ujian hari in

Ingin Seperti Amoeba

Amoeba. Pertama kali mendengar nama makhluk ini yakni ketika duduk di bangku SMA dalam pelajaran Biologi, ah entah SMP, ya, saya lupa, hehe. Guru Bilogi saya berkata bahwa amoeba adalah makhluk kecil yang berkembang biak dengan cara membelah diri. Wow. Menarik. Satu dari sekian makhluk ciptaan Allah SWT yang dahsyat! Taken by Google Saya suka pelajaran biologi, jadi jangan heran kalau masih agak ingat tentang pelajarannya (ah sombong), ups, tentunya ini berkat pertolongan Allah 'Azza wa Jalla. S aya bukan ahli biologi dan tidak akan membahas secara panjang lebar terkait makhluk kecil yang dahsyat ini. Saya ingin memetik hikmah indah dari apa yang sudah Allah SWT limpahkan kepada makhluk kecil tersebut. Sungguh benar bahwa dalam setiap penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi hamba yang mau berfikir dan semua ciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia (cek Surat Al Imran ayat 190-191). Membelah diri adalah kemampuan yang dianugerahkan Allah SWT untuk