Taken by Google |
Keteleran ini entah kapan akan berakhir. Kepala melintir pening tujuh keliling, lambung menggedor-gedor ingin memuntahkan apa-apa yang dimasukan, dan tenggorokan serta mulut sudah ancang-ancang ingin mengeluarkan apa yang ada di lambung. Badan lemas sebab tidak ada pasokan makanan di perut (tampaknya sudah sedikit). Badan meriang, hangat, dan bibir pecah-pecah. Amazing moment! What a wonderful moment!
Pagiku selalu diawali dengan muntah. Muntah selalu mewarnai hariku yang indah. Baik muntah yang sebentar mau pun lama. Ada yang tanpa isi ada pula yang dengan isi perut.
Muntahku bisa datang kapan saja jika aku melihat sesuatu yang aku tidak suka. Dan sesuatu yang tidak kusuka saat hamil, banyaaaak sekali. Sehingga muntahku bisa setiap waktu. Keren, bukan?
Muntahku bisa datang kapan saja jika aku melihat sesuatu yang aku tidak suka. Dan sesuatu yang tidak kusuka saat hamil, banyaaaak sekali. Sehingga muntahku bisa setiap waktu. Keren, bukan?
Saat melihat nasi, aku mual lalu muntah. Saat mencium bebauan masakan dari dapur, aku mual lalu muntah. Saat melihat piring kotor dan berminyak aku gareugeuy, mual lalu muntah. Saat mencium bau teh, bau sabun cuci di spons, aku mual lalu muntah. Saat melihat makanan dengan bumbu tajam, aku mual lalu muntah. Padahal cuman lihat di foto atau membayangkan. Saat mencium parfum suami, aku mual lalu pusing untung tidak sampai muntah.
Taken by Google |
Sungguh, tiada hariku tanpa mual dan muntah. Aku suka aku suka. Walau ini berat akan tetap kujalani dengan ceria, sebab ini semua proses dan tentu akan terlewati dengan sangat manis seiring berjalannya waktu dan seiring dengan berjalannya usiaku menjadi tua (kehamilanku yang tua).
Walau dulu saat single alias lajang perutku tak mampu bertahan jika tak ditopang nasi alias beras yang sudah dimasak, kini aku sudah mulai terbiasa menjalani pagi dan hariku tanpa nasi yang selama ini menjadi pondasi di perut. Semuanya karena kebiasaanku yang berubah semenjak telur di ovumku dibuahi sperma.
Setiap meihat nasi saja aku mual lalu muntah, bagaimana memakannya? Kini aku menggantikan posisinya dengan sereal gandum, karbohidrat pengganti yang jauh lebih masuk ke dalam lambung di masa pregnant-ku dibandingkan nasi. Walau lemas tak bertenaga, lunglai bak ayam tulang lunak, aku tetap bisa berdiri (sempoyongan), ku harap masa ini segera terlewati sehingga aku bisa kembali menghantam nasi dengan suka cita. Yeee! Kapan masa itu akan kembali?
Aku berharap ketidak sanggupan memakan nasi di masa kehamilanku ini tidak menghambat pertumbuhan janin dalam perutku. Walau pusing tidak makan nasi, aku akan tetap bertahan dengan kekuatan di hati dan dukungan suami.
Susu hamil, suplemen makanan, obat mual, sudah tidak aku minum sebab perutku tidak diberi makan yang berat-berat. Lagi pula aku benci pada susu hamil gara-gara pernah dimuntahkan setelah aku meminumnya. Dan masih terbayang rasanya gimana. Ditambah aku melihat bentuk susu tersebut setelah dua hari didiamkan, ikhhh, jijik hoeks!
Sungguh besar kebesaran Allah. Aku hanya bisa memohon kepada-Nyakebaikan ada dalam setiap hariku yang dipenuhi dengan mabok. Jujur, aku tak mampu. Tapi, aku pasti bisa melewatinya. Sungguh, ini perjalanan hidup yang tidak mudah bagi aku sebagai seorang wanita, tapi di dunia ini banyak wanita yang punya banyak anak dan mereka baik-baik saja. Mereka mengisnpirasiku di tengah kondisiku yang sungguh menyedihkan ini. Mereka kekuatan bagiku, mau melahirkan banyak anak walau tidak mudah melewati masa-masa sulit kehamilan, mereka tetap ikhlas menjalani harinya dengan senyum dan tawakal kepada Allah.
Siapa pun yang sekarang sedang hamil, kudoakan semoga kita bisa jadi ibu dari anak-anak yang tangguh, pembela Islam, dan anak-anak kita cinta pada kebenaran. Aamiin.
Kusudahi cerita tentang mabokku. Kuharap, esok dunia bisa lebih indah dengan adanya nafsu makan dan enyah lah mabokku sesegera mungkin #astagfirullah. Akan kunikmati semuanya, aku hanya berharap disehatkan saja walau kondisiku seperti ini. Aamiin.
Comments
Post a Comment