Kemarin, aku menghadiri sebuah acara di sebuah masjid. Masjid tersebut masih merayakan Idul Adha yang berlangsung sejak hari Rabu minggu lalu. Nama acaranya, "Bandung Adha Festival".
Aku menemukan brosurnya dari beranda fesbuk di akun milik masjid tersebut. Untung hari Ahad kemarin suamiku tidak memiliki agenda yang berarti sehingga bisa mengantar aku ke acara tersebut.
Dalam benakku, acara tersebut akan ramai, pecah, dan penuh hiruk pikuk sebab ini festival se-Bandung gitu lho, lihat nama acaranya. Namun, ekspektasiku sepertinya terlalu tinggi.
Awal kami memasuki area masjid, suasana tampak lengang. Sisi-sisi jalanan dipenuhi mobil dan motor yang tampaknya itu bukan milik pengunjung.
Sesampainya di lokasi, benar. Suasana Bandung Adha Festival tersebut tidak seramai yang dibayangkan. Lucu. Kami sempat bingung mau ke mana sebab stan-stan-nya kecil dan sudah dikerubuti pengunjung. Hmmm. Rata-rata oleh anak kecil. Jadi saja kami memutuskan untuk ke masjid lagi pula suami ingin ke toilet.
Di pelataran masjid sendiri ada yang menjual manset, ciput, dan kaos kaki. Suamiku semangat sekali mendorong aku untuk membeli salah satunya. Hmmm. Memang dia sangat menganjurkan aku memakai manset tangan yang menutupi punggung tangan, menurut dia lebih bagus begitu agar auratnya terlindungi dengan baik.
Di rumah pun aku sudah memiliki beberapa biji manset tangan yang menutupi punggung tangan, tapi jarang aku pakai dengan alasan ribet, hehehe. Uh, suamiku jadi sedikit kesal mendengar alasan tidak ilmiahku.
Akhirnya, sejak dua hari kemarin aku mulai mengikuti keinginan suami dengan menggunakan manset tangan yang menutupi pungguh. Hmmm. Ada sesuatu yang berbeda yang aku rasakan. Seperti ditarik untuk melakukan banyak kebaikan gitu lho.
Semakin aku menutupi auratku, maka aku semakin merasa lebih baik.
The more I cover up (my aurat), the more I feel better.
Hari itu entah kenapa aku ingin sekali mengaji. Tentu aku ikuti keinginan hati kecil tersebut. Dan amazing, aku merasa nyaman dan tentram sehingga aku melahap berlembar-lembar halaman. Suamiku pun merasa heran tampaknya, wkwkwk. Apakah ini kekuatan di balik menuruti perintah suami? Hmmm. Bisa jadi.
Melihat kondisi seperti itu, aku memutuskan untuk memakai manset tersebut sesering mungkin. Bahkan aku kemarin menambah koleksinya dengan membeli satu di acara festival tersebut. Walau harganya cukup mahal menurutku, dia memberikan kehangatan *eh ke tangan. Alhamdulilah memang harga tidak menipu, ya, hehehehe.
Kemudian, "perasaan" itu ada lagi. Ya, benar. Setelah aku memaki manset baru, aku seperti ditarik untuk melakukan kebaikan! Kali ini aku lebih khusyuk salat dan berdzikir. Juga ditambah ingin terus mengaji dan mengaji. Aku tak paham. Mungkin lagi-lagi ini efek dari mentaati perintah baik suami, ya. Dan mungkin itu juga jadi jalan Allah ridha kepadaku sehingga ada daya magis yang menarik-narik diriku, apa janin dalam perutku?
Di saat aku "spaneng" juga di waktu magrib sebab aku tidak makan nasi seharian, aku hanya bisa tenang dengan membaca Alquran. Mau tak mau aku membaca sambil berbaring di tempat tidur. Alhamdulilah aku lahap berlembar-lembar halaman lagi.
Lanjut saat isya, kondisi tubuhku semakin rapuh *ea. Suamiku menawariku banyak hal, mulai menawariku makan, minum, buah, dll. Tapi hanya satu yang kumau, yaitu aku ingin mengaji sambil tiduran! Weleh. Aku amat heran dan tidak habis pikir. Namun satu sisi aku bersyukur sebab tidak hal yang aneh-aneh yang diinginkan anakku.
Aku menebak bahwa ini semua berawal dari menuruti perintah suami memakai manset. Semuanya bermula dari sana, hehehehe. Dan tentunya bawaan janin di perut yang hanya akan merasa nyaman dan tentram kalau aku membaca atau mendengarkan Alquran.
OK baik, itu lah sekelumit kisah rumitku yang amat sulit *halah. Aku harap ada hal yang bisa pembaca ambil, apa saja. Asal jangan hal yang buruknya terutama mengambil manset tangan aku, jangan,ya! Beli lah! Wkwkwk.
Sekian.
Comments
Post a Comment