Skip to main content

Keheranan Ini

Taken by Google

Terkadang saya heran pada beberapa hal yang terjadi dalam hidup saya. Ini dari sudut pandang saya, ya. Sangat mungkin tidak sesuai dengan sudut pandang Anda. Mohon dilihat dulu bagaimana saya memandang sesuatu tersebut dari sudut pandang saya. Jika tidak sesuai, silahkan diberi masukan.



Saya kurang "pandai" bergaul dalam sebuah komunitas dalam sebuah kelompok. Saya cenderung banyak diam dan nrimo saja apa yang ada. "Banyak diam" ini nyatanya banyak ditafsirkan macam-macam oleh orang yang terlibat langsung berelasi dengan saya. Lama atau pun sebentar.

Sebut saja ketika saya ngekos zaman kuliah dulu. Saya tipe orang yang punya dunia sendiri. Jadi lebih suka menyendiri di kamar. Tidak, tidak, saya tidak melamun di sana. Saya kerjakan apa saja yang disuka seperti menulis, menggambar, menghafal, dan lain sebagainya. Saya juga tidak mengerti kenapa saya begitu asyik dengan diri saya sendiri. Apa ini yang disebut dengan introvert? Entah lah.

Alhasil, saya tidak terlalu akrab dengan teman kos. Suka menyapa, sih, tapi sekedar menyapa saja tidak sampai mengobrol berjam-jam atau mendekam di kamar teman kos terlalu lama, curhat masalah pribadi berepisode-episode. Uhhh. Tidak nyaman! Saya lebih suka menyendiri kalau pun punya masalah saya meleburkannya ke dalam tulisan atau saat sujud (kayak solehah banget gitu ya, wkwk).

Saat teman-teman hang out, mereka tidak mengajak saya. Ya, karena tidak akrab dan kemungkinan mereka "segan" mengajak. Saya sendiri bingung mendapati kenyataan tersebut. Padahal saya sendiri tidak sadar dengan kondisi saya akan memberikan efek seperti "diasingkan" karena terlalu asyik dengan dunia sendiri.

Jika bertanya ke diri sendiri,"Kenapa, kok tidak bergabung? Apa karena kurang percaya diri?"

Hmmm. Mungkin ada benarnya. Memang, sih, ketika berbicara saya masih pabeulit, mungkin karena jarang bicara, kosakata saya minim. Orang tidak paham. Daripada kena "serangan yang tidak mengenakan" saya pikir, lebih nyaman sendiri.

Namun, tak dinyana keputusan itu menimbulkan efek yang cukup dalam pada kepribadian saya. Fyuh.

Teman kuliah saya nyeletuk, "Keluar atuh, Meeel. Jangan di kamar teruuus." Saya hanya menimpali dengan senyuman, "Hehehehe"

Kedua, saat KKN. Saya bersyukur kepada Allah karena dikelompokan  dengan orang-orang cerdas. Nah, karena cerdasnya ini saya jadi keliatan tidak cerdasnya karena jarang berbicara. Xixi. Teman-teman saya sangat suka mengobrol. Mereka bisa mengobrol berjam-jam, tertawa, dsb, karena saya suka menyendiri, maka sangat berbanding terbalik dengan mereka. Oleh karenanya saya menarik diri dari "lingkunga" tersebut. Teman saya bahkan di tahun 2017 menyebut kalau saya "memarginalkan diri", karena kebiasaan saya mencari zona nyaman untuk diri saya sendiri, buseeet.

Kebiasaan teman-teman KKN waktu itu adalah begadang, sedangkan saya biasa tidur jam delapan. Oleh karena itu, selama KKN tersebut, saya selalu jadi orang yang paling awal tidurnya dan paling awal bangun. Mereka menafsirkan bahwa saya menarik diri. Padahal nyatanya hanya perbedaan kebiasaan saja.

Saya bertanya ke teman, "Memang menurut kamu kalau aku banyak diam kenapa?" Dia menjawab, "Saat melihat orang yang banyak diam itu, saya pikir dia sedang marah atau ngambek."

Owalah.

Jleb.

Jadi begitu kalian mentafsirkannya. Padahal ... orangnya sendiri tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya ditafsirkan seperti itu.

Ketiga, saat ngekos  juga di sebuah pinggiran kota besar. Saya memariginalkan diri dari kawan saya. Untung lah mereka paham dan tidak menyinyiri saya. Namun, ya memang kurang akrab jadinya. Sungguh mengerikan!

Keempat, di tempat kerja. Kebiasaan diam dan tidak aktif bertanya ini membuat saya benar-benar berada dalam situasi yang buruk. Kebiasaan asyik dengan dunia sendiri membuat saya "kurang bergaul" dengan guru-guru yang lain. Itu kata mantan partner saya dulu. Saya "kurang bergaul".

Pada kenyataannya apakah begitu, Mel? Saya rasa tidak. Saya bergaul dengan guru-guru yang lain. Tapi, jika saat jam istirahat, saya lebih asyik berteman dengan anak didik saya, lebih menantang! Dibanding mengobrol dengan teman sebaya. Saya tak paham!

Saat itu saya ber-partner dengan seorang laki-laki. Jelas, saya canggung jika berhadapan dengan laki-laki. Entah dia berstatus bujang atau beristri. Saya akan selalu canggung, sebab selama hidup, tidak pernah berinteraksi dengan laki-laki. Sekali pun berinteraksi saya panas dingin dan gugup tidak bisa bicara. Saya hanya bisa berinteraksi jika laki-laki itu dewasa, baik, tua, dan lembut.
"Lha memang partner-mu galak?"Enggak, juga sih. Dia baik. Tapi, aku gak biasa berinteraksi  dan bicara sama laki-laki, jadi bingung mau  bertanya apa." 
Apa kamu punya inner child? Sampai kamu jadi begini? Ah, saya berat mengakuinya, mungkin iya.


Sebab hal itu lah, saya jarang melakukan komunikasi seara verbal kepada partner selama satu tahun bekerja sama. Alhasil teman saya merasa bahwa saya ini partner yang aneh! Untungnya dia baik dan paham terhadap saya. Kawan awal saya di sana sungguh memesona!

Kembali ke topik!

Tidak bebas intinya melakukan banyak hal sebab dia laki-laki. Entah lah kenapa bisa begitu sampai detik itu. Benar-benar menyedihkan! 

Kemudian pengalaman yang tidak mengenakan itu oleh partner saya ditestimonikan kepada kawannya yang lain, sehingga "tercaplah" saya sebagai makhluk "kurang bergaul" di mata kawannya. Ini lah awal mula segalanya. Awal mula kenapa ada wajah yang cemberut ke saya (ha ha ha) yang tak lain adalah kawannya kawan partner saya. Walau pun saya tidak boleh berburuk sangka. Mungkin dia hanya sakit perut ketika melihat saya. Ha ha ha.

Saya masih bertanya-tannya tentang diri saya kepada diri saya sendiri. Jika memang iya saya kurang aktif (pendiam), kenapa saat ikut pesantren tiga bulan di sebuah instansi, saya jadi peserta terbaik sebab aktif bertanya kepada guru? WHY? 

Kemudian, jika ya saya kurang bergaul, kenapa bisa sampai ada yang menjuluki saya sebagai orang yang paling supel dan orang yang paling cepat bisa belajar satu hal. WHY?


Jika ya saya kurang bergaul, kenapa banyak teman saya (perempuan)  yang sampai #ekhem berat saat saya tinggal?

Lalu. Di mana salahnya? Saya masih terheran-heran oleh diri saya sendiri. 

Lanjut.

Setelah mendapat cap sebagai makhluk astral #eh maksudnya makhluk "kurang bergaul" saya mendapat banyak kejadian. Salah satunya menurut sudut pandang saya adalah dirisaknya saya pada satu masa sesaat sebelum saya ke luar dari tempat tersebut. Dirisak di grup juga di forum. Sangat disayangkan.

Entah karena merasa tergurui atau merasa saya ini makhluk tidak berpengaruh sedikit pun di dunia, dia melakukan risak. Memang saya tidak punya hati? Bahkan yang melakukan risak itu adalah orang yang paham parenting, petinggi, dan rasanya paham bagaimana cara memperlakukan manusia. Untung jiwa saya dikuatkan oleh Allah (selama di forum), jika saja Allah melemahkan dinding pertahanan saya saat mereka melakukan risak kepada makhluk (cocok disebut makhluk astral, nih) astral ini mungkin peristiwanya lain cerita. Sungguh, Allah masih memuliakan saya di depan mereka dengan memberikan benteng pertahanan yang kuat.

Selama mereka melakukan risak, tatapan tajam ini saya arahkan kepada perisak, nyatanya dia tidak "berani" menatap balik. Saya heran. Biasanya orang yang seperti itu di dalam hatinya memendam api kemarahan yang berkobar seperti obor Asian Games 2018 yang kemarin menyala.

Kenapa harus marah, Bos? Itu pertanyaan sederhana yang ingin saya ajukan kepada beliau. Why are u so angry? Dia bahkan mengatakan kalau saya menegur tapi tidak paham dengan yang ditegurkan. Waduh! Saya memang awalnya masih semrawut dengan apa yang saya tegurkan, tapi apa harus sedramatik itu melakukan drama di forum dengan mempermalukan orang? Laa hawlaa walaa kuwwata illa billah.

Sangat disayangkan. Sebuah tempat yang men-zero-kan perisakan malah orang dewasanya sendiri merisak satu sama lain. Jika memang mereka kurang suka dengan teguran tersebut maka jangan diambil. Kenapa harus marah dan melukan perisakan terhadap makhluk astral lemah ini? Heran bangeeeet.

Ditambah, seseorang di sisi perisak itu "membantu" dengan kealayan yang amat perlu dikembangkan kembali. Satu sisi mungkin dia juga memiliki sedikit kekesalan kepada makhluk astral ini sebab berpengalaman berinterkasi dengannya selama satu tahun kurang memuaskan dan banyak hal yang mengecewakan. Harus seperti itu?

Saya tidak marah atau dendam pada perlakuan orang-orang hebat di atas. Sama sekali tidak marah. Saya pun heran. Lagi lagi heran. Kenapa saya tidak marah?

Saya hanya menyayangkan sikap yang diambil untuk merespon teguran saya terhadap seseorang itu kok terkesan berlebihan? sampai ada perisakan di grup mau pun di forum. Saya rasa, itu tidak pantas dilakukan, sama sekali tidak pantas. Sangat disayangkan hal itu terjadi. Sebab itu, semua jadi tau watak aslinya seperti apa.

Saya benar-benar menyayangkan dan tidak berharap apa yang menimpa saya terjadi pula kepada teman-teman yang lain. Perisakan adalah sesuatu yang harus dihindari. Sebab efeknya sangat menyeramkan. Dia bisa mencederai jiwa dan mental. Penyembuhannya tidak sebentar. Perlu waktu dan penanganan yang tepat dari orang yang memahami psikologis.

Saya berharap hal tersebut tidak akan pernah terjadi lagi. Terlebih mereka adalah sosok rijal, laki-laki, pemimpin,  dan dewasa. Kurang patut merespon sesuatu dengan drama yang merisak orang.

Saya tidak benci kepada orang-orang yang memperlakukan kepribadian saya dengan kurang bijak tersebut. Saya maklumi, sebab mereka tidak paham siapa saya. Mereka tidak paham dan saya pun tidak sudi dipahami wkwk. Mereka tidak paham karakter, kepribadian, dan masa lalu saya kenapa saya bisa menjadi makhluk astral begini? Mereka hanya bertemu saya beberapa lama saja. Tidak peduli pula untuk memahami satu sama lain. Jadi, timbul lah respon sikap seperti itu. That's not a big deal. Kita hidup dengan hasil kita di masa lalu. Kita tidak bisa menyalahkan orang di sekitar kita sekarang. Kita hanya perlu bersabar atas perlakuan yang kita dapat dan berusaha terus menerus memperbaiki diri menjadi pribadi yang disukai Allah, bukan makhluk

Ya, itu lah keheranan saya terhadap diri saya sendiri dengan dibumbui drama efek dari kepribadian saya. Saya harus mulai dari mana untuk memperbaikinya, ya? Saya tidak ingin ini terus menerus terjadi. Ya, benar jika memang saya mengalami innerchild dan mungkin kesalahan di masa lalu. Saya tidak mungkin menyalahkan semua yang sudah terjadi. Saya hanya bisa berdoa untuk dibimbing terus agar saya tidak salah dalam mengambil keputusan.

Intinya, semua orang berkribadian unik karena ada sebabnya. Tugas kita bukan meninggalkan atau membencinya tapi mengajaknya, membimbingnya, agar dia tahu bahwa dia tidak sendirian.

Dan satu lagi, berbicaralah jika kamu harus berbicara. Dan diam lah jika kamu tidak harus berbicara. Berbicaralah yang baik atau diam. Bersosialisasi lah dengan sesama, asal tidak sampai menggunjinhkan orang. Bersosialisasi lah dengan dilandasi niat yang baik, semoga Allah membimbing menuju jalan baik pula.

Untuk menutup thread ini, saya ingin mengajak pembaca semua untuk sama-sama membaca istigfar dan doa kifaratul majelis masing-masing. Khawatir selama membaca ini kita menorehkan dosa (sepertinya iya), apa ini ghibah? Hmmm.Semoga bukan. Maka dari itu mari kita membaca apa yang saya perintahkan di atas.

Astagfirullah haladziim 3x. Subhanakallahumma wa bihamdika asyhadu alla ilaa ha illa anta astagfiruka wa atubu ilaih.

Sekian.

Comments

Popular posts from this blog

Housewife Vs Homemaker

Housewife vs Homemaker? Apa ini? Dalam Bahasa Inggris, profesi IRT alias Ibu Rumah Tangga biasa disebut housewife . Karena ilmu bahasa Inggris saya nihil, jadi saya gak tau kenapa orang Inggris menamakan IRT itu dengan sebutan housewife ? Sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata, "rumah" dan "istri". Kalau dibolehin untuk ngasih opini dari kelas sudra saya, mungkin maksudnya adalah seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah. Wah, keren. Lebih lengkapnya bisa mungkin cari di kamus EOD, Gais. Daripada penasaran, hehe. Gak salah memang kalau seorang IRT diartikan sebagai seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah, sebab memang begitu lah kenyataan yang sering terjadi di masyarakat. Namun, karena bahasa punya sifat inovatif, di mana dia bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, bisa jadi kosakata housewife  dapat digantikan perannya menjadi homemaker . Wah, apa itu? Istilah homemaker  tercetu

Belajar Bahasa Jepang Sehari-hari

Di Rumah Orang Jepang biasanya sesaat setelah mereka bangun pagi, akan langsung menyapa keluarganya. Dengan ucapan selamat pagi, "Ohayou" . Mereka akan saling mendahului untuk menyapa dengan ucapan ini. Mari kita mulai percakapannya! Sakura : "Ohayou" Okaasan : "Ohayou" Otousan : "Ohayou" Kenta (Imouto) : "Ohayou" Sakura : Hayaku okiru ne, Kenta ha." Okaasan : "Sou ne. Kyou otona ni nattakara ne." Kenta : "Nande sore. Kyou shiken ga attakara." Otousan : " Yoku ganbatte ne . Jaa, ikanakya. Ittekimasu . " Okaasan : "A, itterashai ." Kenta to Sakura : " Itterashai ." Terjemahan Sakura : "Pagi." Ibu : "Pagi." Ayah : "Pagi" Kenta (adik laki-laki) : "Pagi." Sakura : "Kenta bangunnya cepet ya." Ibu : "Iya ya. Karena sekarang ma udah gede." Kenta : "Apaan sih. Aku bangun cepet karena ada ujian hari in

Asmaul Husna*

Saat mendengarkan iklan di radio MQ FM, saya terkesan oleh salah satu lagu di dalamnya. Lagu itu menyanyikan 99 nama-nama Allah yang baik dan agung, yakni Asmaul Husna. Lalu sadar kalau laguitu sangat menyentuh hati saya, saya buru-buru merekamnya. Dan lalu saya menangis ketika mendengarkannya. Alhamdulilah. Sudah dua minggu semnejak saya mendapatkan lagu baik itu. Lalu saya ingin sekali mengikuti lagu tersebut. Namun saya terbatas karena belum hafal lirik lagunya. Dengan beberapa kali mendengarkan lagu itu, saya pun menulis liriknya yang semoga sesuai dengan lagu tersebut. Saya masih belum tahu siapa gerangan sang biduannya. Mungkinkah Sami Yusuf? Hemm. Siapapun dia, semoga Allah menjaganya dengan sebaik-baik perlindungan ^^ Bdw, ini lanngsung saja saya lampirkan liriknya. Siapa tahu kalian sudah  punya lagunya tapi belum tahu liriknya. Hehe. Mari kita sharing . Yang bisa nyanyiin lagunya, ayo nyanyikan! Ya Allah...4x Ya Allah...4x Allahu antal malikul quddus... Wal jabbarul