Hutan? Aku suka hutan!
Hijau? Aku suka warna hijau!
Semenjak berkarya di Bintaro selama dua tahun, hutan, pohon, sungai, tampaknya tidak asing lagi bagiku. Kegiatan sekolah yang banyak dilakukan di hutan, gunung, sungai, dan sejenisnya semakin membuatku akrab dengan mereka.
Hidup di alam memang nikmat, kadang-kadang, he he. Bisa merasakan nikmatnya angin sepoi menerpa wajah, bisa memandang hamparan pepohonan yang membentang, bisa mengagumi ciptaan Tuhan. Dan sebaik-baik tempat belajar adalah belajar bersama alam. Dengan alam kita bisa mengenal siapa pencipta kita. Selain itu bisa belajar tentang sains, sosial, dan berbagai macam ilmu lainnya.
Seorang anak yang ditempa belajar di alam akan punya karakter yang tangguh dan kuat. Dia mampu bertahan (Survive) manakala dalam keadaan sulit. Dia juga akan punya tubuh yang kuat karena tubuhnya dibiasakan bersama udara liar di alam. Instingnya juga akan semakin peka terhadap lingkungan sekitar.
Pokoknya, segudang manfaat akan diperoleh jika kita mendidik anak dengan cara "diamprokin" ke alam.
Alam, mengajarkan ketenangan. Berkecimpung di alam pun harus punya skill khusus yang tidak bisa dibilang ecek-ecek. Misal, saat kita menanam kacang di kebun, maka ilmu perkebunan harus kita kuasai, agar dapat menghasilkan kacang yang bagus. Salah mengambil waktu menanam atau teknik menanamnya salah (misal salah membuat lubangnya), akan membuat gagal kacang untuk panen. Dan semuanya perlu ilmu yang mumpuni. MasyaAllah!
Saat kita merawat tanaman di rumah, jika kita tidak tau jenis tanamannya bagaimana, mungkin tanaman itu akan cepat matinya. Misal kita punya tanaman pucuk merah dan sejenis tanaman teh. Kemudian kita lupa menyiram tanaman tersebut sampai berhari-hari, maka jangan heran jika salah satu dari mereka akan merangas mati. Sebab ada tanaman yang kuat tak diberi suplay air ada juga tanaman yang jika sekali tidak disiram dia akan merangas (kondisinya tanaman tersebut di tanam di pot, ya).
Alam benar-benar menuntut kita belajar lebih banyak tentangnya. Jika tidak punya ilmu tentangnya, mungkin akan banyak kesempatan yang kita buang dalam memanfaatkan tanaman di sekitar kita.
OK, by the way dari tadi bahasnya tentang alam, ya. Awalnya, sih, bukan. He he.
Jadi, karena cukup lama juga berhubungan dengan alam dalam keseharian, pada akhirnya saat diri ini meninggalkan semua hal tersebut ada kerinduan tersendiri untuk menginjakan kaki di hutan. Bahasa gaulnya mungkin hutan-hutan sedang memanggil-manggilku, "Meliiiin, Meliiiin, come to Papa, come to Papa" xi xi xi
Iya, rindu sekali dengan suasana hutan, sungai, dan jalan menajak. Seru. Menantang. Dan membuat mata ini segar sebab disuguhi hijau dedaunan yang dicipta Tuhan.
Tempo lalu, saking rindunya aku memohon di ajak ke Hutan Kota di Tamansari, Bandung kepada suami. Tapi, sampai saat ini belum ada kesempatannya.
Dan tampaknya aku sangat pusing, mual, dan ingin muntah. Aku sudahi, ya! Allahu akbar!
Comments
Post a Comment