Assalaamualaykum! Wah, Gengs, sudah lama ya saya tidak bersua di sini. Saya minta maaf, ya. Selama ini dirundung kesibukan lain. Saya mau coba mulai lagi, nih. He he.
Hari ini, Sabtu, 31 Maret 2018. Jam analog di ponselku menunjukan pukul 05:45, alhamdulilah masih pagi. Di luar juga masih ramai oleh cuitan burung dan petokan ayam yang mulai mencari makan. Matahari juga masih otw untuk menampakan sinarnya ke bumi Bintaro.
Sabtu ini jika saya menghitung mundur (sekarang lagi zamannya menghitung mundur hari untuk acara besar), tersisa tujuh hari lagi menuju hari besarku, yakni pernikahan. MasyaAllah, sungguh jantung ini serasa mau ke luar saja saking tidak sabar dan saking campur aduknya perasaan. Bahagia, gugup, senang, gemes, dll jadi satu padu. Membuat wajahku memerah.
Juga, di lain sisi, jika kita menghitung mundur, tersisa empat puluh enam hari lagi menuju Ramadhan! MasyaAllah. Berdoa lah, mudah-mudahan acara pernikahannya lancar dengan begitu Ramadhan kali ini bisa menggenap dengan kondisi baik segala rupanya. Amin.
Bicara pernikahan, jujur testimoni saya yg masih menjabat sebagai caten, adalah betapa perniakhan ini begitu agung sekali. MasyaAllah. Betapa Maha Agungnya Allah yang telah menciptakan satu ibadah yang bernama menikah.
Kenapa bisa agung?
Ada yang tau?
Jika kita menelisik ibadah yg bernama pernikahan secara kasar saja, kita akan menemukan suatu fakta bahwa sungguh menikah adalah ibadah yang sangat agung (seperti ucapan saya di atas) sebab dalam ibadah ini kita menyatukan dua keluarga, nanti akan dapat keturunan, kemudian diterima oleh masyarakat dengan baik karena sudah sah sesuai agama dan banyak lagi.
Ditambah, ketika akad disaksikan ribuan malaikat. Satu hal yg menjadikannya agung adalah karena menikah itu perjanjian berat. Perjanjian antara laki-laki dengan Allah. Menikah biasa disebut dengan mistakan ghaliza, perjanjian yg berat. Ini yg buat pernikahan menjadi agung, sebab menikah adalah perjanjian yg berat. Ya Allah.
Saya selalu meminta kepada Allah ingin menikah dgn orang yg baik, dengan cara yg baik, dalam situasi yg baik, dan semuanya baikkk. Alhamdulilah berkat doa dr semua, doa itu akhirnya di ACC Allah.
Setelahnya saya ingin jadi ibu yg baik, istri yg baik, anak yg baik, menantu yg baik, semuanya baik. Sebab kebaikan adalah hal yg disukai oleh Allah.
Saya tidak tahan untuk menangis saat membayangkan momen akad nanti. Saat tangan seorang lelaki menjabat tangan Bapak saya untuk mengalih tugaskan tanggung jawab kehidupan saya. Ya Allah, saya sungguh tak tahan untuk menangis karena kelak lelaki itu lah yg akan menggantikan tanggung jawab mendidik, menafkahi, dan melindungi saya. Dan Bapak saya, alhamdulilah tugasnya sebagai Bapak dr perempuan ini sudah selesai.
Gusti, ku sungguh sedih dan terharu. Hari itu ku capai juga. Aku cukup bahagia dengan semua yang telah terjadi hingga membawaku pada titik ini, titik yg membuatku semakin sadar bahwa aku kini sudah dihadapkan dua kali pada kehidupan yg sebenarnya.
Dulu, saat aku baru ke lulus kuliah dan mulai mencari pekerjaan, aku sadar aku tengah dihadapkan pada kehidupan yg sebenarnya. Lalu, setelah dua tahun aku bekerja dan mendapati diri mau menikah, aku juga sadar bahwa aku tengah dihadapkan pada kehidupan kedua yang sebenarnya, dunia berumah tangga.
Dan aku semakin sadar, kelak aku akan dihadapkan pada satu kenyataan lagi bahwa aku akan menemukan juga dunia kematian. Kehidupan yang sebenar-benarnya.
Ya Allah, bantu aku dan suamiku kelak untuk menyiapkan bekal kehidupan di akhiratku, di alam barzakhku. Alam kehidupan yang keniscayaannya akan ku hadapi.
Ya Allah, aku berlindung dari kehidupan yang sia-sia, jauh dr-Mu, dan dari kemiskinan iman serta akhlak. Jadikan lah aku dan suamiku juga anak-anakku kelak sebagai hamba-Mu yg cerdas karena menyiapkan akhiratnya selama di dunia yg fana ini.
Amin.
Hari ini, Sabtu, 31 Maret 2018. Jam analog di ponselku menunjukan pukul 05:45, alhamdulilah masih pagi. Di luar juga masih ramai oleh cuitan burung dan petokan ayam yang mulai mencari makan. Matahari juga masih otw untuk menampakan sinarnya ke bumi Bintaro.
Sabtu ini jika saya menghitung mundur (sekarang lagi zamannya menghitung mundur hari untuk acara besar), tersisa tujuh hari lagi menuju hari besarku, yakni pernikahan. MasyaAllah, sungguh jantung ini serasa mau ke luar saja saking tidak sabar dan saking campur aduknya perasaan. Bahagia, gugup, senang, gemes, dll jadi satu padu. Membuat wajahku memerah.
Juga, di lain sisi, jika kita menghitung mundur, tersisa empat puluh enam hari lagi menuju Ramadhan! MasyaAllah. Berdoa lah, mudah-mudahan acara pernikahannya lancar dengan begitu Ramadhan kali ini bisa menggenap dengan kondisi baik segala rupanya. Amin.
Bicara pernikahan, jujur testimoni saya yg masih menjabat sebagai caten, adalah betapa perniakhan ini begitu agung sekali. MasyaAllah. Betapa Maha Agungnya Allah yang telah menciptakan satu ibadah yang bernama menikah.
Kenapa bisa agung?
Ada yang tau?
Jika kita menelisik ibadah yg bernama pernikahan secara kasar saja, kita akan menemukan suatu fakta bahwa sungguh menikah adalah ibadah yang sangat agung (seperti ucapan saya di atas) sebab dalam ibadah ini kita menyatukan dua keluarga, nanti akan dapat keturunan, kemudian diterima oleh masyarakat dengan baik karena sudah sah sesuai agama dan banyak lagi.
Ditambah, ketika akad disaksikan ribuan malaikat. Satu hal yg menjadikannya agung adalah karena menikah itu perjanjian berat. Perjanjian antara laki-laki dengan Allah. Menikah biasa disebut dengan mistakan ghaliza, perjanjian yg berat. Ini yg buat pernikahan menjadi agung, sebab menikah adalah perjanjian yg berat. Ya Allah.
Saya selalu meminta kepada Allah ingin menikah dgn orang yg baik, dengan cara yg baik, dalam situasi yg baik, dan semuanya baikkk. Alhamdulilah berkat doa dr semua, doa itu akhirnya di ACC Allah.
Setelahnya saya ingin jadi ibu yg baik, istri yg baik, anak yg baik, menantu yg baik, semuanya baik. Sebab kebaikan adalah hal yg disukai oleh Allah.
Saya tidak tahan untuk menangis saat membayangkan momen akad nanti. Saat tangan seorang lelaki menjabat tangan Bapak saya untuk mengalih tugaskan tanggung jawab kehidupan saya. Ya Allah, saya sungguh tak tahan untuk menangis karena kelak lelaki itu lah yg akan menggantikan tanggung jawab mendidik, menafkahi, dan melindungi saya. Dan Bapak saya, alhamdulilah tugasnya sebagai Bapak dr perempuan ini sudah selesai.
Gusti, ku sungguh sedih dan terharu. Hari itu ku capai juga. Aku cukup bahagia dengan semua yang telah terjadi hingga membawaku pada titik ini, titik yg membuatku semakin sadar bahwa aku kini sudah dihadapkan dua kali pada kehidupan yg sebenarnya.
Dulu, saat aku baru ke lulus kuliah dan mulai mencari pekerjaan, aku sadar aku tengah dihadapkan pada kehidupan yg sebenarnya. Lalu, setelah dua tahun aku bekerja dan mendapati diri mau menikah, aku juga sadar bahwa aku tengah dihadapkan pada kehidupan kedua yang sebenarnya, dunia berumah tangga.
Dan aku semakin sadar, kelak aku akan dihadapkan pada satu kenyataan lagi bahwa aku akan menemukan juga dunia kematian. Kehidupan yang sebenar-benarnya.
Ya Allah, bantu aku dan suamiku kelak untuk menyiapkan bekal kehidupan di akhiratku, di alam barzakhku. Alam kehidupan yang keniscayaannya akan ku hadapi.
Ya Allah, aku berlindung dari kehidupan yang sia-sia, jauh dr-Mu, dan dari kemiskinan iman serta akhlak. Jadikan lah aku dan suamiku juga anak-anakku kelak sebagai hamba-Mu yg cerdas karena menyiapkan akhiratnya selama di dunia yg fana ini.
Amin.
Comments
Post a Comment