Pagi ini, aku sedang tidur-tiduran di kasur yang berseprei pink. Kondisi tubuhku agak sedikit kurang baik, karena punggung sedang mengalami salah urat.
Senin sore, aku ke Kebayoran, maaf lebih tepatnya ke Cipaku untuk menghadiri kajian yang diselenggarakan di Masjid DT Jakarta. Perjalanan sore itu dilaksanakan setelah pulang kerja. Saat keberangkatan, aku duduk sebab kursi banyak yang kosong. Penumpang keretanya pun tidak terlalu penuh.
Setelah duduk nyaman, aku habiskan perjalanan dengan membaca buku "Wonderful Journey" karangan Bapak Ustadz Cahyadi Takariawan. Selang beberapa menit, pemberi informasi mengatakan bahwa kereta sebentar lagi akan tiba di Stasiun Kebayoran.
Aku tutup buku berwarna biru tersebut dan memasukannya lagi ke dalam tas. Bersiap menuju pintu kereta yang akan segera dibuka.
Tiba di Stasiun Kebayoran, adzan sudah ramai bergema di seantero langit Kebayoran. Aku memutuskan untuk salat di Cipaku saja sebab aku sudah memesan Grab (tolong jangan ditiru, he he).
Sampai juga akhirnya di Cipaku. Salat magrib baru usai. Aku segera salat dan tak lama dari itu acara kajian dimulai. Dipandu oleh pembawa acara yang tenang, kajian pun dimulai.
Ust. Miftahudin menjelaskan tentang Kitab Bhulugul Maram Bab Salat Jumat hadits 479. Menerangkan tentang khutbah ketika salat Jumat. Isi kajiannya boleh Teman-teman lihat di tulisan berikutnya, ya (kalau ada, he he)
Singkat cerita, kajian pun usai, aku segera memesan Grab lagi. Kali ini Bapak Ojeknya masih bertanya tentang jalan menuju stasiun. PR sekali untukku saat ditanya jalan. Tidak pernah hafal! Huft.
Walau begitu sampai juga ke lokasi. Kereta belum datang saat aku naik tangga. Setelah masuk dengan tiket di tangan, baru lah dia datang.
Aku cukup tenang kalau ditinggal kereta. Tak masalah, pikirku. Silahkan. Aku akan menunggu sambil melanjutkan membaca.
Aku berjalan santai. Tapi, kereta belum juga berjalan meninggalkanku. Ya sudah, aku ikut yang ada saja. Lantas aku bergerak cepat saat menuruni tangga. Hi hi.
Aku masuk ke gerbong campuran yang lebih depan, sebab aku lihat jumlah perempuannya lebih banyak dan agak kosong. Walau berdiri aku tetap sibuk membaca artikel di ponsel. Satu tanganku berpegangan ke atas dan satu tanganku memegang ponsel, sedang membaca sesuatu di Google.
Kalian tau apa yang aku baca? Yup. Tentang Pakubuwono. Salah satu nama apartemen mewah yg sering aku lewati saat menuju Cipaku atau Al Azhar. Aku penasaran, siapa Pakubuwono itu? Apartemennya bagus sekali kalau malam. Bentuknya zadul namun berkelas, cantik sekali. Aku bahkan membayangkan, ini masih di dunia, lo! Bagaimana dengan gedung-gedung dan istana-isatana yg ada di surga, ya? Wuih. Pasti kerennya 1000 kali dibanding apartemen Pakubuwono di malam hari.
Selama naik ojek tadi memang tatapanku tak beralih dari apartemen tersebut. Pancaran cahaya lampu dari gedung berlantai dua puluh empat itu membuat aku terkagum-kagum. Gemes. Rasanya ingin sekali masuk dan tinggal di apartemen mewah semacam itu, wakakaka. Semoga kapan-kapan bisa masuk. Amin.
Kembali ke topik utama.
Karena kedua tanganku sibuk dan selama perjalanan tertarik-tarik oleh kekuatan kereta, akhirnya membuat urat di punggungku tertarik-tarik juga. Apa yg kulakukan unk mempertahankan diri agar tidak oleng oleh satu tangan ternyata berdampak tidak baik untuk urat punggungku.
Tertarik kuat, ujung-ujungnya, salah urat <(-︿-)>Alhasil, paginya punggung ini terasa kaku tidak bisa digerakan. Sekalinya digerakan, ouch! sakit ヽ(`⌒´)ノ
Karena tidak tahan dengan sakitnya, aku coba memijat sedikit di area yang bisa kugapai. Masih tetap sakit namun alhamdulilah tidak sekaku sebelumnya.
Keahlian memijit ini aku dapat dari Emak di rumah. Dia selalu berpesan kalau kita wajib bisa memijit. Bukan untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri dan keluarga. Alhamdulilah, sering dipetuahi ilmu perpjiitan, sedikit-sedikit aku bisa mempraktikannya ketika kakiku terkilir, ke anak, ke teman. Tapi, masih belum terpikir untuk membuka panti pijat syar'i atau pelatihan pijat #Eaaa.
Balik lagi ke topik utama!
Jadi, sepertinya aku memang harus memijat lagi area yang kaku tsb agar tidak mengganggu aktivitas.
Kesimpulannya adalah tidak perlu memaksakan diri, jangan mempersulit diri. Apa tidak bisa ditunda membacanya esok hari? Jangan mengorbankan diri sendiri.
Koreksi dirimu, Melin!
♥
Senin sore, aku ke Kebayoran, maaf lebih tepatnya ke Cipaku untuk menghadiri kajian yang diselenggarakan di Masjid DT Jakarta. Perjalanan sore itu dilaksanakan setelah pulang kerja. Saat keberangkatan, aku duduk sebab kursi banyak yang kosong. Penumpang keretanya pun tidak terlalu penuh.
Setelah duduk nyaman, aku habiskan perjalanan dengan membaca buku "Wonderful Journey" karangan Bapak Ustadz Cahyadi Takariawan. Selang beberapa menit, pemberi informasi mengatakan bahwa kereta sebentar lagi akan tiba di Stasiun Kebayoran.
Aku tutup buku berwarna biru tersebut dan memasukannya lagi ke dalam tas. Bersiap menuju pintu kereta yang akan segera dibuka.
Tiba di Stasiun Kebayoran, adzan sudah ramai bergema di seantero langit Kebayoran. Aku memutuskan untuk salat di Cipaku saja sebab aku sudah memesan Grab (tolong jangan ditiru, he he).
Sampai juga akhirnya di Cipaku. Salat magrib baru usai. Aku segera salat dan tak lama dari itu acara kajian dimulai. Dipandu oleh pembawa acara yang tenang, kajian pun dimulai.
Ust. Miftahudin menjelaskan tentang Kitab Bhulugul Maram Bab Salat Jumat hadits 479. Menerangkan tentang khutbah ketika salat Jumat. Isi kajiannya boleh Teman-teman lihat di tulisan berikutnya, ya (kalau ada, he he)
Singkat cerita, kajian pun usai, aku segera memesan Grab lagi. Kali ini Bapak Ojeknya masih bertanya tentang jalan menuju stasiun. PR sekali untukku saat ditanya jalan. Tidak pernah hafal! Huft.
Walau begitu sampai juga ke lokasi. Kereta belum datang saat aku naik tangga. Setelah masuk dengan tiket di tangan, baru lah dia datang.
Aku cukup tenang kalau ditinggal kereta. Tak masalah, pikirku. Silahkan. Aku akan menunggu sambil melanjutkan membaca.
Aku berjalan santai. Tapi, kereta belum juga berjalan meninggalkanku. Ya sudah, aku ikut yang ada saja. Lantas aku bergerak cepat saat menuruni tangga. Hi hi.
Aku masuk ke gerbong campuran yang lebih depan, sebab aku lihat jumlah perempuannya lebih banyak dan agak kosong. Walau berdiri aku tetap sibuk membaca artikel di ponsel. Satu tanganku berpegangan ke atas dan satu tanganku memegang ponsel, sedang membaca sesuatu di Google.
Kalian tau apa yang aku baca? Yup. Tentang Pakubuwono. Salah satu nama apartemen mewah yg sering aku lewati saat menuju Cipaku atau Al Azhar. Aku penasaran, siapa Pakubuwono itu? Apartemennya bagus sekali kalau malam. Bentuknya zadul namun berkelas, cantik sekali. Aku bahkan membayangkan, ini masih di dunia, lo! Bagaimana dengan gedung-gedung dan istana-isatana yg ada di surga, ya? Wuih. Pasti kerennya 1000 kali dibanding apartemen Pakubuwono di malam hari.
Selama naik ojek tadi memang tatapanku tak beralih dari apartemen tersebut. Pancaran cahaya lampu dari gedung berlantai dua puluh empat itu membuat aku terkagum-kagum. Gemes. Rasanya ingin sekali masuk dan tinggal di apartemen mewah semacam itu, wakakaka. Semoga kapan-kapan bisa masuk. Amin.
Kembali ke topik utama.
Karena kedua tanganku sibuk dan selama perjalanan tertarik-tarik oleh kekuatan kereta, akhirnya membuat urat di punggungku tertarik-tarik juga. Apa yg kulakukan unk mempertahankan diri agar tidak oleng oleh satu tangan ternyata berdampak tidak baik untuk urat punggungku.
Tertarik kuat, ujung-ujungnya, salah urat <(-︿-)>Alhasil, paginya punggung ini terasa kaku tidak bisa digerakan. Sekalinya digerakan, ouch! sakit ヽ(`⌒´)ノ
Karena tidak tahan dengan sakitnya, aku coba memijat sedikit di area yang bisa kugapai. Masih tetap sakit namun alhamdulilah tidak sekaku sebelumnya.
Keahlian memijit ini aku dapat dari Emak di rumah. Dia selalu berpesan kalau kita wajib bisa memijit. Bukan untuk orang lain, tapi untuk diri sendiri dan keluarga. Alhamdulilah, sering dipetuahi ilmu perpjiitan, sedikit-sedikit aku bisa mempraktikannya ketika kakiku terkilir, ke anak, ke teman. Tapi, masih belum terpikir untuk membuka panti pijat syar'i atau pelatihan pijat #Eaaa.
Balik lagi ke topik utama!
Jadi, sepertinya aku memang harus memijat lagi area yang kaku tsb agar tidak mengganggu aktivitas.
Kesimpulannya adalah tidak perlu memaksakan diri, jangan mempersulit diri. Apa tidak bisa ditunda membacanya esok hari? Jangan mengorbankan diri sendiri.
Koreksi dirimu, Melin!
♥
Comments
Post a Comment