Setelah tadi pagi aku menulis di sini dan mengatakan bahwa aku kurang semangat masuk kerja dan rasanya ingin ke luar, keinginan tersebut tampaknya harus dipertimbangkan lagi olehku. Kenapa? Sepertinya aku berubah pikiran.
Hal ini terjadi saat aku bertemu lagi dengan anak-anak. Salah satunya dengan anakku yang kini kelas empat dan adiknya di kelasku.
Saat melihat F (kakaknya anakku), rasanya berat untuk pergi. Kini dia sudah besar. Dulu saat kelas tiga, masih kecil dan tampak masih bocahnya.
Kini, aku ingin sekali melihat dia tumbuh dan berkembang. Ada keseruan tertentu memang saat kita melihat pertumbuhan anak-anak. Yang tadinya kecil jadi besar, yang tadinya culun jadi keren. Aku amat penasaran. Dan ingin rasanya membersamai perubahan mereka.
Selain itu, anak-anakku yang tahun lalu ku ajar, begitu masih mencintaiku. Terharu. Mereka masih seperti dulu. Manja dan menyenangkan.
Ditumbuhkan dalam naungan kasih sayang selama setahun, luar biasa, perasaan itu membekas dalam jiwa mereka. Sungguh aku ingin sekali kembali ke masa tersebut. Walau hanya bisa mengenangnya dengan baluran air mata rindu.
Semakin menjadi berat untuk pergi. Aku bimbang. Aku hanya pasrah. Semoga diberikan jalan terbaik.
Rasanya memang berat meninggalkan apa yang sudah lama terlalui. Kenapa aku terpikir untuk ke luar? Karena aku ingin menikah. Rasanya akan tampak sulit untuk bertahan jika aku berjodoh dengan orang di luar sekolah. Aku hanya menangis terenyuh. Dan meminta yang terbaik pada Allah.
Rasanya juga ingin sekali seperti teman-teman yang menikah dgn sesama rekan kerja. Mereka tidak perlu memutuskan untuk ke luar. Mereka masih bisa bekerja bersama dengan pasangan mereka.
Hmmm. Atau jika tidak berjodoh dengan rekan kerja, aku bersyukur jika suamiku yang di luar tempat kerjaku memperkenankan aku tuk tetap bekerja. Tak mengapa dari luar, asala aku masih tetap bisa tinggal di sekitar Bintaro dan mengajar di sini, SABin.
Aku hanya bisa menghela nafas panjang. Biarkan lah tangan-Nya yg berkehendak. Aku hanya bisa berencana. Allah sebaik-baik perencana.
Anak-anakku, kau adalah permata bagiku, hiasan untuk jiwaku, dan penghibur di kala laraku. Kau adalah sebaik-baik ujian yang Allah berikan. Semoga aku bisa menjadi seorang perempuan salihah yang mampu mengarahkanmu kepada jalan yg benar.
Ku menyayangi anak-anakku yang dulu dan yang sekarang. Aku takan melupakan kalian. Aku sayang kalian. ♥
Hal ini terjadi saat aku bertemu lagi dengan anak-anak. Salah satunya dengan anakku yang kini kelas empat dan adiknya di kelasku.
Saat melihat F (kakaknya anakku), rasanya berat untuk pergi. Kini dia sudah besar. Dulu saat kelas tiga, masih kecil dan tampak masih bocahnya.
Kini, aku ingin sekali melihat dia tumbuh dan berkembang. Ada keseruan tertentu memang saat kita melihat pertumbuhan anak-anak. Yang tadinya kecil jadi besar, yang tadinya culun jadi keren. Aku amat penasaran. Dan ingin rasanya membersamai perubahan mereka.
Selain itu, anak-anakku yang tahun lalu ku ajar, begitu masih mencintaiku. Terharu. Mereka masih seperti dulu. Manja dan menyenangkan.
Ditumbuhkan dalam naungan kasih sayang selama setahun, luar biasa, perasaan itu membekas dalam jiwa mereka. Sungguh aku ingin sekali kembali ke masa tersebut. Walau hanya bisa mengenangnya dengan baluran air mata rindu.
Semakin menjadi berat untuk pergi. Aku bimbang. Aku hanya pasrah. Semoga diberikan jalan terbaik.
Rasanya memang berat meninggalkan apa yang sudah lama terlalui. Kenapa aku terpikir untuk ke luar? Karena aku ingin menikah. Rasanya akan tampak sulit untuk bertahan jika aku berjodoh dengan orang di luar sekolah. Aku hanya menangis terenyuh. Dan meminta yang terbaik pada Allah.
Rasanya juga ingin sekali seperti teman-teman yang menikah dgn sesama rekan kerja. Mereka tidak perlu memutuskan untuk ke luar. Mereka masih bisa bekerja bersama dengan pasangan mereka.
Hmmm. Atau jika tidak berjodoh dengan rekan kerja, aku bersyukur jika suamiku yang di luar tempat kerjaku memperkenankan aku tuk tetap bekerja. Tak mengapa dari luar, asala aku masih tetap bisa tinggal di sekitar Bintaro dan mengajar di sini, SABin.
Aku hanya bisa menghela nafas panjang. Biarkan lah tangan-Nya yg berkehendak. Aku hanya bisa berencana. Allah sebaik-baik perencana.
Anak-anakku, kau adalah permata bagiku, hiasan untuk jiwaku, dan penghibur di kala laraku. Kau adalah sebaik-baik ujian yang Allah berikan. Semoga aku bisa menjadi seorang perempuan salihah yang mampu mengarahkanmu kepada jalan yg benar.
Ku menyayangi anak-anakku yang dulu dan yang sekarang. Aku takan melupakan kalian. Aku sayang kalian. ♥
Comments
Post a Comment