Kalian pernah panik?
Aku, sih, pernah. Barusan.
Biasanya kalian panik karena apa? Kesiangan? Belum menyiapkan materi? Atau menjelang ujian? Hmmm.
Kalau aku, karena banyak teman yang mau nikah dan sudah menikah. Banyak. Aku panik.
Banyak yg bilang, menikah itu bukan masalah cepat, tapi keberkahannya. Anger we da abu mah, paur (tetap saja kalau aku, panik).
Kalimat penenang sepertinya sudah tidak mempan untukku. Butuh yang pasti #Eh.
Padahal seharusnya aku bisa mengontrol hati, santai, tidak usah risau apalagi panik sampai putus asa. Wah. Bahaya. Semua sudah ada waktunya. Tepatnya kapan? Tunggu saja dengan keridhaan.
Ya, benar. Salah satu cara melepaskan perasaan panik ini adalah dengan mengalirkannya melalui tulisan. Menulis laaah.
Berbicara soal menikah, aku sudah membuat janji dengan diri sendiri. Janjinya, target menikah akhir tahun ini. Tapi, sepertinya mustahil terlaksana, sebab di ujung bulan saja masih gelap. Hilal jodoh belum tampak. Pokoknya gelap, seperti gerhana bulan #LOL. Sepertinya tidak mungkin target itu tercapai. Walau, yaaaa, kalau Allah sudah berkehendak kita tidak akan tau. Who knows.
Tidak menikah di akhir tahun 2017 artinya adalah batas waktu untuk aku menimbang keputusan lain. Ya, salah satunya mungkin aku harus memangkas si dia. Bukan karena putus asa. Bukan. Tapi, karena banyak faktor. Sedang membicarakan apa, sih? Kok, bingung? He he. Ya, jadi, aku membuat perjanjian, kalau di tahun 2017 aku haram hukumnya mengotak-atik si dia. Kalau target menikah tidak tercapai di tahun tsb, aku sudah halal untuk mengeksekusi si dia di tahun depan. Siapa, sih "si dia"? Ulalaaa. Rahasia. Aku tidak bisa menceritakannya di sini. Maafkaaaan.
Nah, baik. Tidak masalah belum menikah di tahun 2017, toh masih ada awal taun. Masih ada secercah harapan untuk para lajang di muka bumi.
Semoga di awal tahun nanti, bisa segera melepas masa lajang dengan lelaki pilihan Allah. Lelaki yg jadi harapan di setiap sujud. Amin.
Jadi ingat kata-kata temen, "Pada akhirnya nanti, kita akan berlabuh di mana, ya Mel?" Waaah, ini pertanyaan berat. Ini pula yg bikin penasaran. Siapa, ya?
Aku hanya menjawab, "Pasti dengan seseorang yg jadi cerminan diri kita, karena perempuan yg baik untuk laki laki yg baik, begitu pun sebaliknya. Dan perempuan yg buruk untuk lelaki yg buruk, dan sebaliknya."
Menantikan hadirnya sang pujaan hati, memang ujian berat. Harus rajin-rajin berbaik sangka pada Allah. Di masa ini riskan sekali. Setan mudah masuk menghasut. Kalau kalah, bisa jadi kita mengambil jalan pintas. Hiiiy.
Di masa penantian ini kita harus mempertebal iman agar setan tidak masuk menghasut jiwa. Kalau tidak tebal, bisa-bisa kita (naudzubillah) berburuk sangka kepada Allah. Tidak sabar dengan ketentuan-Nya. Ujung-ujungnya (naudzubillah) putus asa pada rahmat Allah dan berpaling dr jalan-Nya.
Jangan sampai, Sobat. Tetap konsisten dalam kebaikan. Allah sama sekali tidak meninggalkanmu. Hanya Allah yang selalu bersamamu. Jodoh, dia pasti akan datang. Bersabar saja dulu. Allah sedang menyiapkan ikhwan terbaik untuk kita. Allah mau kita bersabar atas ujian ini. Kita hamba Allah yg spesial. Tidak usah panik, takut, atau gelisah. Allah sudah menyiapkan semuanya, kok.
Alhamdulilah. Tetap bersyukur dengan setiap kondisi, ya.
Dulu saya suka iseng berpikir, "Ya Allah, kok yang pacaran nikahnya cepat? Tampak mudah. Tapi, aku yg tidak pacaran, tampak susah? Ya Allah, sebenarnya lebih baik mana?"
Wow. Kenapa bisa berpikir seperti itu, ya? Setan ituuu. He he. Pasangan yang berpacaran disegerakan menikah sama Allah. Biarkan saja. Kok, protes? Itu bentuk kasih sayang Allah kepada mereka.
Apa yang aku dapatkan saat ini adalah yg terbaik. Kesendirian ini harusnya dikmati saja, karena takan terulang lagi. Besok-besok bisa jadi kita sudah ada yg menjagai, Allah lewat suami.
Cukup bersabar saja dan terus mencari ilmu untuk menambah bekal di hari esok saat kita berperan sebagai suami/istri. Kuatkan hati dgn iman. Pertebal sabar dengan dzikir. Bersama Allah semuanya mudah.
Siap?
Aku, sih, pernah. Barusan.
Biasanya kalian panik karena apa? Kesiangan? Belum menyiapkan materi? Atau menjelang ujian? Hmmm.
Kalau aku, karena banyak teman yang mau nikah dan sudah menikah. Banyak. Aku panik.
Banyak yg bilang, menikah itu bukan masalah cepat, tapi keberkahannya. Anger we da abu mah, paur (tetap saja kalau aku, panik).
Kalimat penenang sepertinya sudah tidak mempan untukku. Butuh yang pasti #Eh.
Padahal seharusnya aku bisa mengontrol hati, santai, tidak usah risau apalagi panik sampai putus asa. Wah. Bahaya. Semua sudah ada waktunya. Tepatnya kapan? Tunggu saja dengan keridhaan.
Ya, benar. Salah satu cara melepaskan perasaan panik ini adalah dengan mengalirkannya melalui tulisan. Menulis laaah.
Berbicara soal menikah, aku sudah membuat janji dengan diri sendiri. Janjinya, target menikah akhir tahun ini. Tapi, sepertinya mustahil terlaksana, sebab di ujung bulan saja masih gelap. Hilal jodoh belum tampak. Pokoknya gelap, seperti gerhana bulan #LOL. Sepertinya tidak mungkin target itu tercapai. Walau, yaaaa, kalau Allah sudah berkehendak kita tidak akan tau. Who knows.
Tidak menikah di akhir tahun 2017 artinya adalah batas waktu untuk aku menimbang keputusan lain. Ya, salah satunya mungkin aku harus memangkas si dia. Bukan karena putus asa. Bukan. Tapi, karena banyak faktor. Sedang membicarakan apa, sih? Kok, bingung? He he. Ya, jadi, aku membuat perjanjian, kalau di tahun 2017 aku haram hukumnya mengotak-atik si dia. Kalau target menikah tidak tercapai di tahun tsb, aku sudah halal untuk mengeksekusi si dia di tahun depan. Siapa, sih "si dia"? Ulalaaa. Rahasia. Aku tidak bisa menceritakannya di sini. Maafkaaaan.
Nah, baik. Tidak masalah belum menikah di tahun 2017, toh masih ada awal taun. Masih ada secercah harapan untuk para lajang di muka bumi.
Semoga di awal tahun nanti, bisa segera melepas masa lajang dengan lelaki pilihan Allah. Lelaki yg jadi harapan di setiap sujud. Amin.
Jadi ingat kata-kata temen, "Pada akhirnya nanti, kita akan berlabuh di mana, ya Mel?" Waaah, ini pertanyaan berat. Ini pula yg bikin penasaran. Siapa, ya?
Aku hanya menjawab, "Pasti dengan seseorang yg jadi cerminan diri kita, karena perempuan yg baik untuk laki laki yg baik, begitu pun sebaliknya. Dan perempuan yg buruk untuk lelaki yg buruk, dan sebaliknya."
Menantikan hadirnya sang pujaan hati, memang ujian berat. Harus rajin-rajin berbaik sangka pada Allah. Di masa ini riskan sekali. Setan mudah masuk menghasut. Kalau kalah, bisa jadi kita mengambil jalan pintas. Hiiiy.
Di masa penantian ini kita harus mempertebal iman agar setan tidak masuk menghasut jiwa. Kalau tidak tebal, bisa-bisa kita (naudzubillah) berburuk sangka kepada Allah. Tidak sabar dengan ketentuan-Nya. Ujung-ujungnya (naudzubillah) putus asa pada rahmat Allah dan berpaling dr jalan-Nya.
Jangan sampai, Sobat. Tetap konsisten dalam kebaikan. Allah sama sekali tidak meninggalkanmu. Hanya Allah yang selalu bersamamu. Jodoh, dia pasti akan datang. Bersabar saja dulu. Allah sedang menyiapkan ikhwan terbaik untuk kita. Allah mau kita bersabar atas ujian ini. Kita hamba Allah yg spesial. Tidak usah panik, takut, atau gelisah. Allah sudah menyiapkan semuanya, kok.
Alhamdulilah. Tetap bersyukur dengan setiap kondisi, ya.
Dulu saya suka iseng berpikir, "Ya Allah, kok yang pacaran nikahnya cepat? Tampak mudah. Tapi, aku yg tidak pacaran, tampak susah? Ya Allah, sebenarnya lebih baik mana?"
Wow. Kenapa bisa berpikir seperti itu, ya? Setan ituuu. He he. Pasangan yang berpacaran disegerakan menikah sama Allah. Biarkan saja. Kok, protes? Itu bentuk kasih sayang Allah kepada mereka.
Apa yang aku dapatkan saat ini adalah yg terbaik. Kesendirian ini harusnya dikmati saja, karena takan terulang lagi. Besok-besok bisa jadi kita sudah ada yg menjagai, Allah lewat suami.
Cukup bersabar saja dan terus mencari ilmu untuk menambah bekal di hari esok saat kita berperan sebagai suami/istri. Kuatkan hati dgn iman. Pertebal sabar dengan dzikir. Bersama Allah semuanya mudah.
Siap?
Comments
Post a Comment