Skip to main content

Be Nicely

Sering ikut kajian, tapi akhlak masih semrawut, mudah marah, tersinggung? Wah harus ditelisik, apakah benar mengikuti kajian atau sekedar jalan-jalan?

"Sesungguhnya diri ini akan baik jika hati baik. Akan buruk jika hati buruk."
Hati bisa baik karena terdidik dan terolah oleh ilmu dan iman.

Saat mengikuti kajian namun kita belum tau ilmu tentang niat dan adab menuntut ilmu, maka jangan heran kalau kajiannya tidak sampai ke hati. Misal, niat kita bukan untuk mencari ridha Allah, tapi sekedar ikut teman. Saat ikut seminar, bukan untuk mencari ilmu, tapi sekedar untuk dianggap kekinian.

Ya, jangan heran kalau ilmunya mental. Wajar saja kalau akhlaknya tidak berubah selepas kajian dan seminar, sebab hatinya tidak berubah. Naudzubillah!

Sesungguhnya perkara niat ini sangat penting, Sobat. Saat kita mengatur niat, maka dengan otomatis otak bagian depan kita yg disebut RAS akan aktif. RAS hanya akan aktif jika niat dan tujuan kita sudah jelas.

Jika RAS sudah aktif, maka sel-sel saraf yang lain dalam tubuh akan ikut aktif dengan sendirinya. Misal, saya berniat untuk saur sebelum tidur. Saat bangun sahur, saya kebablasan dan tidak jadi bangun sahur. Sebab RAS saya sudah aktif dari semalam, saya ingin puasa, maka seharian tanpa sahur saya pasti kuat karena sudah berniat semalam dan RAS saya sudah mengaktifkan sel-sel yang lain untuk puasa. Sebab otak merespon puasa. Dengan otomatis seluruh tubuh saya akan merespon puasa walau tanpa sahur. Saya jadi kuat tanpa sahur. Tidak lemas atau loyo di siang hari. Saya sudah membuktikannya.

Dengan niat dan tujuan yang jelas ketika mengikuti kajian, maka tubuh kita akan menjadi fokus untuk menerima ilmu. Sel-sel saraf dalam tubuh kita aktif dan mengosongkan tempat untuk ilmu, karena niat kita mencari ilmu, ingin mendapat ridha Allah, atau niat baik lainnya.

Ilmu yang disebarkan guru akan mudah masuk dan dicerna oleh tubuh kita karena tubuh sudah siap menerima. Bahkan bisa melekat dalam memori jangka panjang. Akan terserap oleh urat-urat saraf dan nadi selama-lamanya. Bisa jadi titik perubahan seseorang.

Saya pernah mengalaminya. Ketika ikut kajian, niat saya adalah untuk menuntut ilmu. Maka, tubuh saya aktif, tidak mengantuk sama sekali, tidak menguap, dan fokus sampai akhir padahal kajian dmulai sehabis isya, biasanya saya sudah "tewas" di kasur di jam-jam setelah isya. Itu rekor sekali untuk saya. Yeee. Parampam pam paaam. He he.

Selain itu, kita akan mudah hafal, mudah mengerti, mudah mencerna, dan tercerahkan dalam waktu yang panjang.

Niat saya selanjutnya setelah mendapat ilmu tadi, adalah ingin berbahagia di alam kubur. Semoga duduknya saya di majelis ilmu, bisa jadi pembela saya kelak di akhirat. Niat tersebut ternyata berefek luar biasa pada tubuh saya. Tanpa sadar tubuh saya menjadi hati-hati dalam bersikap, bertindak, berucap, dan sadar akan tujuan hidup saya mau di bawa ke mana.

Ada pun saat tubuh mulai kendur, futur, dan ur ur lainnya, maka itu artinya niat dan tujuan kita sudah agak dingin. Perlu dipanaskan lagi. Caranya? Biasanya Allah sendiri yang akan mengigatkan kita terkait niatan dengan banyak hal. Seperti, tiba-tiba kita menemukan kata mutiara yang pas sekali dengan apa yang sedang dirasakan. InsyaAllah. Dengan begitu, RAS dalam tubuh kita akan selalu aktif sehingga kita bisa kembali fokus di jalan Allah, di jalur Allah. Tubuh kita akan hati-hati, wara, dan lembut kembali. MasyaAllah. Kekuatan niat.

Sungguh, semakin sering kita kajian dan seminar seharusnya kita semakin dewasa dalam berpikir, semakin banyak merenung, dan akhlak kita semakin baik. Sebab, sebaik-baik dakwah adalah dengan akhlak kita.

Sesungguhnya kita tidak bisa merubah diri seseorang kecuali Allah. Maka jangan sampai kita marah ke orang lain hanya karena ulah teman kita yg menyebalkan. Hati harus dididik untuk menghadapi beragam karakter manusia dan berbagai masalah hidup. Harus terdidik lapang, sabar, dan tawakal.

Apabila masih belum mampu juga, tanyakan pada diri, "Apakah ikut kajian hanya untuk pamer? Atau hanya untuk dapat tempat mengambil foto agar terlihat lebih islami? Dan ilmu yang didengar, apakah hanya untuk membuat status atau judul di Instagram, blog? Tidak diaplikasikan dalam kehidupan dan diri kita masih begini-begini saja?"

Sungguh disayangkan. Harusnya, semakin tinggi ilmu kita maka semakin bagus akhlaknya. Cara bersikap dan berbicara pun harus beradab, karena kita tau ilmunya.

Perkara pengaplikasian ilmu yang didapat ini memang sangat penting. Jangan sampai hanya sebatas status saja. Tapi, juga praktiknya. Jika punya ilmu agama, maka harus diaplikasikan dalam kehidupan. Apabila ada yang perlu dihafal., maka hafalkan.

Sungguh, hal niat ini pelajaran berharga bagi saya. Saya sering ikut kajian, seminar, baca buku, dan sebagainya; tapi sikap saya masih minim ke sekitar, ke lingkungan. Mungkin benar adanya, ada yang salah. Ada sisi yang belum kuat dalam diri saya untuk aktif dan membaur di lingkungan. Mungkin juga karena niat dan tujuannya belum saya aktifkan.

Saya sangat pendiam, lebih banyak menerima. Padahal dengan banyak mengobrol kita menjadi banyak tau. Tentunya mengobrol yang baik. Salah satu bentuk silaturahmi yang sederhana adalah dengan mengobrol. Tapi, tentu harus sesuai aturan.

Sebenarnya saya tidak suka mengobrol kalau saya tidak paham apa yang diobrolkan atau saya belum benar-benar ahli dalam obrolan tsb. Kalau saya tau dan paham, saya bisa mengobrol bahkan akan seru #PD.

Kembali ke topik utama.

Menjadi ekstrovert adalah PR buat saya.

Saat belajar tentang hari akhir, saya sangat tersengat. Saya mulai menyulam niat ingin serius menyiapkan kematian. RAS saya aktif. Hati saya, sikap saya, gestur saya, otak saya, perlahan berubah.

Tapi, saat saya tidak memanaskannya, tubuh saya mulai kehilangan kontrol. Mudah dalam segala hal. Mudah galau, mudah menjadi orang menyebalkan, mudah tersinggung, dsb. Ujung-ujungnya orang banyak yang kesal pada saya.

Jadi, mari kita aktifkan RAS kita (otak depan kita) dengan niat dan tujuan hidup yg jelas. Harapannya agar hati kita berubah menjadi lebih baik, berhati-hati dalam bersikap, berkata, bertindak, dsb.

Selalu berniat dan membuat tujuan yg jelas dalam segala sendi kehidupan. Sehingga segala ilmu yg kita dengar di kajian, seminar, bisa masuk ke dalam otak kita dan memberi perubahan kepada diri.

Selain itu, agar selaras antara diri kita dan kebiasaan kita. Sering ikut kajian maka harus lebih dari teman-teman. Sering mendengar ilmu harus semakin bijak.

Jangan jadikan ilmu sebatas status. Tampilkan dalam diri dan kehidupan kita sehari-hari. Kalau masih suka marah padahal sering kajian, sering seminar, sering liqo, berarti niat dan tujuan kita dalam melaksanakan kegiatan tersebut belum paten dan permanen. Ayo, sekarang aktifkan RAS! Berniat dan buat lah tujuan yang jelas dalam setiap aktivitas!

Sekian dan semoga bermanfaat. Amin.

Comments

Popular posts from this blog

Housewife Vs Homemaker

Housewife vs Homemaker? Apa ini? Dalam Bahasa Inggris, profesi IRT alias Ibu Rumah Tangga biasa disebut housewife . Karena ilmu bahasa Inggris saya nihil, jadi saya gak tau kenapa orang Inggris menamakan IRT itu dengan sebutan housewife ? Sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata, "rumah" dan "istri". Kalau dibolehin untuk ngasih opini dari kelas sudra saya, mungkin maksudnya adalah seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah. Wah, keren. Lebih lengkapnya bisa mungkin cari di kamus EOD, Gais. Daripada penasaran, hehe. Gak salah memang kalau seorang IRT diartikan sebagai seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah, sebab memang begitu lah kenyataan yang sering terjadi di masyarakat. Namun, karena bahasa punya sifat inovatif, di mana dia bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, bisa jadi kosakata housewife  dapat digantikan perannya menjadi homemaker . Wah, apa itu? Istilah homemaker  tercetu

Belajar Bahasa Jepang Sehari-hari

Di Rumah Orang Jepang biasanya sesaat setelah mereka bangun pagi, akan langsung menyapa keluarganya. Dengan ucapan selamat pagi, "Ohayou" . Mereka akan saling mendahului untuk menyapa dengan ucapan ini. Mari kita mulai percakapannya! Sakura : "Ohayou" Okaasan : "Ohayou" Otousan : "Ohayou" Kenta (Imouto) : "Ohayou" Sakura : Hayaku okiru ne, Kenta ha." Okaasan : "Sou ne. Kyou otona ni nattakara ne." Kenta : "Nande sore. Kyou shiken ga attakara." Otousan : " Yoku ganbatte ne . Jaa, ikanakya. Ittekimasu . " Okaasan : "A, itterashai ." Kenta to Sakura : " Itterashai ." Terjemahan Sakura : "Pagi." Ibu : "Pagi." Ayah : "Pagi" Kenta (adik laki-laki) : "Pagi." Sakura : "Kenta bangunnya cepet ya." Ibu : "Iya ya. Karena sekarang ma udah gede." Kenta : "Apaan sih. Aku bangun cepet karena ada ujian hari in

Asmaul Husna*

Saat mendengarkan iklan di radio MQ FM, saya terkesan oleh salah satu lagu di dalamnya. Lagu itu menyanyikan 99 nama-nama Allah yang baik dan agung, yakni Asmaul Husna. Lalu sadar kalau laguitu sangat menyentuh hati saya, saya buru-buru merekamnya. Dan lalu saya menangis ketika mendengarkannya. Alhamdulilah. Sudah dua minggu semnejak saya mendapatkan lagu baik itu. Lalu saya ingin sekali mengikuti lagu tersebut. Namun saya terbatas karena belum hafal lirik lagunya. Dengan beberapa kali mendengarkan lagu itu, saya pun menulis liriknya yang semoga sesuai dengan lagu tersebut. Saya masih belum tahu siapa gerangan sang biduannya. Mungkinkah Sami Yusuf? Hemm. Siapapun dia, semoga Allah menjaganya dengan sebaik-baik perlindungan ^^ Bdw, ini lanngsung saja saya lampirkan liriknya. Siapa tahu kalian sudah  punya lagunya tapi belum tahu liriknya. Hehe. Mari kita sharing . Yang bisa nyanyiin lagunya, ayo nyanyikan! Ya Allah...4x Ya Allah...4x Allahu antal malikul quddus... Wal jabbarul