Alhamdulilah, hari ini aku dan teman-teman dari Bani STF 17 bersilaturahmi ke masjid Istiqlal. Memang agenda Ahad pagi itu diisi oleh Gurunda kami, Aa Gym dan Ust. Abdul Wahab -yg notabene asatidz DT Bandung.
Kami berangkat dari DT Serua pada pukul 06.00 WIB dan tiba di masjid terbesar di Asia itu pada pukul 07.30 *kalau tidak salah mengestimasi.
Kami diperintah ke Istiqlal oleh panitia selain untuk menghadiri kajian gurunda, juga dapat ilmu tentang dunia perkhidmatan.
Jadi, ada yang namanya Santri Khidmat DT. Santri yg siap siaga menjadi relawan saat ada acara Aa di Jakarta.
Saat pertama liat mereka, usia mereka tidak lagi muda. Ada beberapa yg seusia my mom. Tapi, gak sedikit juga yang muda. Awal aku melihat mereka, aku berfikir, "Kok, santrinya -maaf- 'gitu' semua?" baca: "gak ada yg menarik". Underestimate lah diri ini kepada mereka karena melihat cover mereka.
Santri Khidmat ini santri luar biasa. Santri yg tak digaji dan tulus berkhidmat dengan sukarela untuk menjadi pelayan ummat. Mereka ingin melayani jamaah pengajian Gurunda dgn seeeebaik baiknya. Agar jamaah nyaman, tentram, dan merasa asyik saat kajian. Dan itu lah pula bentuk rasa syukur mereka atas ilmu tauhid yang mereka terima lewat gurunda, Aa Gym.
Aku masih belum begitu tertarik untuk jadi Santri Khidmat. Aku masih belum dapet alasan kuat kenapa aku harus ikut. Kalau pas di DT Bandung, ada tuh santri khidmatnya cuantik banget. Tapi, kenapa aku malah ngeliatnya dia ... Padahal aku belum tau aja behind the scene mereka. Hati mereka amat mulia sekali, ya. Sampai rela berkhidmat untuk ummat. MasyaAllah.
Back to topic.
Ya, sekilas melihat para santrinya aku belum "dapet" feel-nya. Ternyata istilah, "Jangan menilai orang dari luarnya" itu gak gampang diaplikasiin dalam beberapa kondisi. Yakni saat kondisi iman lagi on off gak jelas.
Aku ngeliatnya kasian sama mereka. Lucu banget deh. Kok. Malah kasian, ya? Padahal jiwa mereka masyaAllah. Pasti punya kedudukan di sisi Allah.
Aku gak mau panjang lebar berkisah tentang mereka dari sudut pandang aku yang lagi eror. Aku saja yang belum dapet hidayah dari Allah untuk menyadari nikmatnya berkhidmat.
Rasanya tak adil kalau harus menilai orang dr cover. Tapi, menurutku cover sangat mewakili isi seseorang. Jadi, aku ingin sekali melihat santri khidmat itu yg rapi, bersih, cantik, indah dipandang lah pokoknya. Kayak santri Aa yg di Bandung. Cantik cantik, fashionable, dll; jadi kita tertarik untuk bergabung dan ingin keikutan begitu. Hmmm. Mungkin aku harus jadi salah satu dari yang kuharapkan itu. Ya, gak? Hihi.
OK, begitu lah cerita syahdu malam ini. Syahdu? Iya, syahdu karena diiringi rintik hujan. Hehe
Kami berangkat dari DT Serua pada pukul 06.00 WIB dan tiba di masjid terbesar di Asia itu pada pukul 07.30 *kalau tidak salah mengestimasi.
Kami diperintah ke Istiqlal oleh panitia selain untuk menghadiri kajian gurunda, juga dapat ilmu tentang dunia perkhidmatan.
Jadi, ada yang namanya Santri Khidmat DT. Santri yg siap siaga menjadi relawan saat ada acara Aa di Jakarta.
Saat pertama liat mereka, usia mereka tidak lagi muda. Ada beberapa yg seusia my mom. Tapi, gak sedikit juga yang muda. Awal aku melihat mereka, aku berfikir, "Kok, santrinya -maaf- 'gitu' semua?" baca: "gak ada yg menarik". Underestimate lah diri ini kepada mereka karena melihat cover mereka.
Santri Khidmat ini santri luar biasa. Santri yg tak digaji dan tulus berkhidmat dengan sukarela untuk menjadi pelayan ummat. Mereka ingin melayani jamaah pengajian Gurunda dgn seeeebaik baiknya. Agar jamaah nyaman, tentram, dan merasa asyik saat kajian. Dan itu lah pula bentuk rasa syukur mereka atas ilmu tauhid yang mereka terima lewat gurunda, Aa Gym.
Aku masih belum begitu tertarik untuk jadi Santri Khidmat. Aku masih belum dapet alasan kuat kenapa aku harus ikut. Kalau pas di DT Bandung, ada tuh santri khidmatnya cuantik banget. Tapi, kenapa aku malah ngeliatnya dia ... Padahal aku belum tau aja behind the scene mereka. Hati mereka amat mulia sekali, ya. Sampai rela berkhidmat untuk ummat. MasyaAllah.
Back to topic.
Ya, sekilas melihat para santrinya aku belum "dapet" feel-nya. Ternyata istilah, "Jangan menilai orang dari luarnya" itu gak gampang diaplikasiin dalam beberapa kondisi. Yakni saat kondisi iman lagi on off gak jelas.
Aku ngeliatnya kasian sama mereka. Lucu banget deh. Kok. Malah kasian, ya? Padahal jiwa mereka masyaAllah. Pasti punya kedudukan di sisi Allah.
Aku gak mau panjang lebar berkisah tentang mereka dari sudut pandang aku yang lagi eror. Aku saja yang belum dapet hidayah dari Allah untuk menyadari nikmatnya berkhidmat.
Rasanya tak adil kalau harus menilai orang dr cover. Tapi, menurutku cover sangat mewakili isi seseorang. Jadi, aku ingin sekali melihat santri khidmat itu yg rapi, bersih, cantik, indah dipandang lah pokoknya. Kayak santri Aa yg di Bandung. Cantik cantik, fashionable, dll; jadi kita tertarik untuk bergabung dan ingin keikutan begitu. Hmmm. Mungkin aku harus jadi salah satu dari yang kuharapkan itu. Ya, gak? Hihi.
OK, begitu lah cerita syahdu malam ini. Syahdu? Iya, syahdu karena diiringi rintik hujan. Hehe
Comments
Post a Comment