Ada banyak hal di dunia ini yang perlu kita pelajari. Semakin kita banyak belajar maka pengetahuan kita akan semakin luas. Luasnya pengetahuan semoga membawa kita pada satu tujuan yang paling utama tinggal di bumi, yakni mengenal Sang Pencipta kita.
Salah satu hal paling penting untuk dipelajar dan dikuasai adalah bahasa. Bahasa adalah salah satu cara kita bisa berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu bentuk berekspresi salah satunya dengan menggunakan bahasa. Saya gak akan bahas sejarahnya, di wikipedia banyak. Cari aja, ya.
Hal yang menarik yang ingin saya bahas adalah saat saya menonton beberapa video ceramah para ulama besar Arab. Saya tercengang dengan kefasihan lafal Inggris mereka. It was so fluent! Saya bertaruh bahwa para ulama ini tinggal dalam jangka waktu yang lama di tanah British -aksen Inggris mereka memang terkesan British-.
Saat saya membaca serial Komik Nabi Muhammad SAW, saya semakin menemukan data dan hipotesa dalam dada saya semakin menghujam bahwa bahasa adalah hal yang amat penting dan super genting untuk dikuasai.
Saat lahir ke dunia dan menjadi seorang balita, seperti kita tau bahwa Rasulullah diserahkan kepada Halimah As-sakdiyah, seorang wanita Bani Saad yang berprofesi sebagai ibu susu. Rasulullah disusui oleh Halimah As-sakdiyah dan pula selama masa kecilnya diasuh juga oleh Halimah. Sampai usia lima tahun Rasulullah tinggal dalam lingkungan Bani Saad yang menurut para ahli adalah sebuah kaum yang tinggal di pegunungan, lingkungannya masih asri, dan salah satu kaum penutur bahasa Arab yang asli, pure, dan belum terkontaminasi. Maka tak heran Rasulullah adalah orang Arab dengan penutur bahasa Arab asli dan fasih sekali. Ini lah salah satu cara Allah dalam mempersiapkan orang besar, ya. Allah memulainya dengan bahasa.
Kemudian, saat saya membaca kisah seorang Imam terbaik yang dimiliki Islam, yakni Imam Syafii, sang Ibu pun memutuskan agar anaknya tinggal bersama kerabatnya di Mekkah. Tak heran jika Imam Syafii pun punya kemampuan bahasa Arab yang fasih.
Kembali ke para ulama dari Arab yang begitu fasih berbahasa Inggris, kedua ulama itu adalah Mufti Ismail Menk dan Ustad Wahaj Tarin. Mungkin masih banyak lagi ulama Arab yang spesial. Saya yakin orang tua mereka mendidik mereka persis seperti didikan Rasulullah dan para ulama besar lainnya. Mendidik kemampuan berbahasa mereka sedari kecil. Agar kelak dapat menyampaikan kebaikan kepada beragam etnis manusia yang ada di bumi dengan menggunakan beragam bahasa. Subhanallah!
Punya kemampuan bahasa asing emang amajing. Kita bisa tukar pikiran dengan mereka. Kita bisa tau bagaimana jalan pikiran mereka dan cara pandang mereka terhadap sesuatu, salah satunya terhadap Islam, hehe. Lalu pertanyaannya adalah sejauh ini sampai di mana kita mempelajari bahasa?
Saya sebagai anak lulusan bahasa merasa tertampar banget saat mengetahui hal ini. Betapa bahasa sangat genting, penting, dan amajing untuk dikuasai. Kelak dengan keimanan yang benar, tauhid yang mantap, wawasan yang seluas semesta, dan kemampuan bahasa yang mumpuni, rasanya bumi sudah ada dalam genggaman, ya.
Baik lah. Rasanya memang saya sudah menemukan apa yang selama ini saya cari. Wah, memang apa yang saya cari?
Semenjak saya menyabet gelar S.Pd dari Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, saya mikir apa rencana Allah atas takdir ini? Saya yakin setiap takdir yang Allah berikan merupakan suatu kabel yang dapat menghubungkan saya pada takdir yang super amajing lainnya. Tapi, saya masih belum menemukan jawaban atas pertanyaan saya kenapa Allah mendamparkan saya di jurusan bahasa orang super workhard ini? Apa kelak nanti saya akan menjadi jalan bagi orang Jepang untuk mengenal Islam? Saya rasa udah banyak, tuh. Teman-teman saya jago bahasa Jepang, "fluent" bangettt, juga wawasannya luas, apalagi wawasan keislamannya. Saya mah kalah.
"Kayaknya bukan untuk misi itu, deh", begitu pikir saya. Lalu apa, yaaa?
Akhirnya, setelah beberapa waktu lamanya, saya menemukan juga jawaban atas pertanyaan tersebut. Tentu jawabannya adalah saya harus banyak bersyukur sudah Allah takdirkan jadi anak bahasa dan tentu punya sedikitnya kemampuan bahasa asing. Liat Rasulullah, para imam, para ulama, mereka orang besar yang menggenggam dunia dengan bahasa, Mel! Jadi, apakah sebenarnya Allah tengah mempersiapkan aku jadi orang besar? dengan kemampuan bahasa Jepangku? Oh, ya tentu saja bisa! Kalau bahasa Jepang itu diaplikasikan dalam kebaikan dan tentunya dilatih agar bisa "fluent" kayak penutur aslinya.
Weleh, begitu kah? 😍 Aku siap melatihnya, Qaqa. Mudah-mudahan dengan begitu dunia dapat kugenggam lewat bahasa. Tentu, akan lebih jika bahasa yang kukuasai lebih dari satu atau dua. Semakin banyak bahasa yang kita kuasai maka akan semakin luas juga jangkauan kita pada dunia. Subhanallah.
Betapa pentingnya mempelajari bahasa. Mudah-mudahan kita diberi kemudahan sama Allah ya untuk belajar bahasa. Siapa pun yang punya kemampuan bagus dalam berbahasa bersyukur lah. Gunakan bahasa tersebut untuk kebaikan saja, ya. Gaya-gayaan dikit juga boleh, asal siap nerima konsekuensinya aja. Hehe.
Ok, cukup sekian banyolan subuh ini. Semoga tiap helai katanya dilihat Allah sebagai kebaikan, amin ya Rabb!
Salah satu hal paling penting untuk dipelajar dan dikuasai adalah bahasa. Bahasa adalah salah satu cara kita bisa berkomunikasi dengan orang lain. Salah satu bentuk berekspresi salah satunya dengan menggunakan bahasa. Saya gak akan bahas sejarahnya, di wikipedia banyak. Cari aja, ya.
Hal yang menarik yang ingin saya bahas adalah saat saya menonton beberapa video ceramah para ulama besar Arab. Saya tercengang dengan kefasihan lafal Inggris mereka. It was so fluent! Saya bertaruh bahwa para ulama ini tinggal dalam jangka waktu yang lama di tanah British -aksen Inggris mereka memang terkesan British-.
Saat saya membaca serial Komik Nabi Muhammad SAW, saya semakin menemukan data dan hipotesa dalam dada saya semakin menghujam bahwa bahasa adalah hal yang amat penting dan super genting untuk dikuasai.
Saat lahir ke dunia dan menjadi seorang balita, seperti kita tau bahwa Rasulullah diserahkan kepada Halimah As-sakdiyah, seorang wanita Bani Saad yang berprofesi sebagai ibu susu. Rasulullah disusui oleh Halimah As-sakdiyah dan pula selama masa kecilnya diasuh juga oleh Halimah. Sampai usia lima tahun Rasulullah tinggal dalam lingkungan Bani Saad yang menurut para ahli adalah sebuah kaum yang tinggal di pegunungan, lingkungannya masih asri, dan salah satu kaum penutur bahasa Arab yang asli, pure, dan belum terkontaminasi. Maka tak heran Rasulullah adalah orang Arab dengan penutur bahasa Arab asli dan fasih sekali. Ini lah salah satu cara Allah dalam mempersiapkan orang besar, ya. Allah memulainya dengan bahasa.
Kemudian, saat saya membaca kisah seorang Imam terbaik yang dimiliki Islam, yakni Imam Syafii, sang Ibu pun memutuskan agar anaknya tinggal bersama kerabatnya di Mekkah. Tak heran jika Imam Syafii pun punya kemampuan bahasa Arab yang fasih.
Kembali ke para ulama dari Arab yang begitu fasih berbahasa Inggris, kedua ulama itu adalah Mufti Ismail Menk dan Ustad Wahaj Tarin. Mungkin masih banyak lagi ulama Arab yang spesial. Saya yakin orang tua mereka mendidik mereka persis seperti didikan Rasulullah dan para ulama besar lainnya. Mendidik kemampuan berbahasa mereka sedari kecil. Agar kelak dapat menyampaikan kebaikan kepada beragam etnis manusia yang ada di bumi dengan menggunakan beragam bahasa. Subhanallah!
Punya kemampuan bahasa asing emang amajing. Kita bisa tukar pikiran dengan mereka. Kita bisa tau bagaimana jalan pikiran mereka dan cara pandang mereka terhadap sesuatu, salah satunya terhadap Islam, hehe. Lalu pertanyaannya adalah sejauh ini sampai di mana kita mempelajari bahasa?
Saya sebagai anak lulusan bahasa merasa tertampar banget saat mengetahui hal ini. Betapa bahasa sangat genting, penting, dan amajing untuk dikuasai. Kelak dengan keimanan yang benar, tauhid yang mantap, wawasan yang seluas semesta, dan kemampuan bahasa yang mumpuni, rasanya bumi sudah ada dalam genggaman, ya.
Baik lah. Rasanya memang saya sudah menemukan apa yang selama ini saya cari. Wah, memang apa yang saya cari?
Semenjak saya menyabet gelar S.Pd dari Jurusan Pendidikan Bahasa Jepang, saya mikir apa rencana Allah atas takdir ini? Saya yakin setiap takdir yang Allah berikan merupakan suatu kabel yang dapat menghubungkan saya pada takdir yang super amajing lainnya. Tapi, saya masih belum menemukan jawaban atas pertanyaan saya kenapa Allah mendamparkan saya di jurusan bahasa orang super workhard ini? Apa kelak nanti saya akan menjadi jalan bagi orang Jepang untuk mengenal Islam? Saya rasa udah banyak, tuh. Teman-teman saya jago bahasa Jepang, "fluent" bangettt, juga wawasannya luas, apalagi wawasan keislamannya. Saya mah kalah.
"Kayaknya bukan untuk misi itu, deh", begitu pikir saya. Lalu apa, yaaa?
Akhirnya, setelah beberapa waktu lamanya, saya menemukan juga jawaban atas pertanyaan tersebut. Tentu jawabannya adalah saya harus banyak bersyukur sudah Allah takdirkan jadi anak bahasa dan tentu punya sedikitnya kemampuan bahasa asing. Liat Rasulullah, para imam, para ulama, mereka orang besar yang menggenggam dunia dengan bahasa, Mel! Jadi, apakah sebenarnya Allah tengah mempersiapkan aku jadi orang besar? dengan kemampuan bahasa Jepangku? Oh, ya tentu saja bisa! Kalau bahasa Jepang itu diaplikasikan dalam kebaikan dan tentunya dilatih agar bisa "fluent" kayak penutur aslinya.
Weleh, begitu kah? 😍 Aku siap melatihnya, Qaqa. Mudah-mudahan dengan begitu dunia dapat kugenggam lewat bahasa. Tentu, akan lebih jika bahasa yang kukuasai lebih dari satu atau dua. Semakin banyak bahasa yang kita kuasai maka akan semakin luas juga jangkauan kita pada dunia. Subhanallah.
Betapa pentingnya mempelajari bahasa. Mudah-mudahan kita diberi kemudahan sama Allah ya untuk belajar bahasa. Siapa pun yang punya kemampuan bagus dalam berbahasa bersyukur lah. Gunakan bahasa tersebut untuk kebaikan saja, ya. Gaya-gayaan dikit juga boleh, asal siap nerima konsekuensinya aja. Hehe.
Ok, cukup sekian banyolan subuh ini. Semoga tiap helai katanya dilihat Allah sebagai kebaikan, amin ya Rabb!
Comments
Post a Comment