Saat ini lagi nge-trend banget gamis panjang plus kerudungnya juga yang panjang. Kalau kata temen kecil aku mah itu tuh pakaian yang guguyubutan alias pakaian yang bikin ribet.
Semakin beragamnya para desainer membuat gamis panjang, semakin banyak pula orang yang tertarik untuk memakainya. Dan, yang paling parahnya adalah dengan banyaknya pengguna gamis dan kerudungnya yang gubar geber, timbul pula masalah baru (apa ini pantas disebut masalah, ya? Hmmm).
Saya temukan kabar demi kabar terkait kecelakaan yang disebabkan oleh terlilitnya gamis dan atau kerudung oleh kendaraan roda dua (sebut saja dia motor). Tidak sedikit pula yang merenggut nyawa sebab insiden kelilit kerudung dan gamis sendiri ini. Haduh, fenomena gamis yang lagi nge-hits malah jadi serem, deh. Apa kabar sama mereka yang anti sama pakaian kayak begini, ya?
Ibu saya juga di rumah menasehati agar saat naik motor saya berhati-hati dengan gamis atau pun kerudung saya. Saya hanya mengiyakan sambil mengangguk.
Terjadinya fenomena memakai gamis dan kerudung panjang di kalangan Ibu-ibu (tua dan muda) adalah sebuah prestasi yang membanggakan bagi saya di dunia fesyen muslimah. Itu artinya, kini para muslimah sudah sadar akan kewajiban sebagai seorang muslimah, tho. Yang dulu pakai jilbabnya kurang lebar, kini subhanallah banget, jadi lebar.
Hanya saja sebagian dari kita belum terlalu "aware" sama keselamatan diri kita. Saat naik kendaraan masih terkesan terburu-buru. Belum siap tapi udah bilang siap, dst yang jadi penyebab beberapa insiden, wallahua'lam.
Gamis dan kerudung yang gubar geber adalah pakaian Islam untuk muslimah yang sebenarnya. Namun, memakai pakaian ini harus pula jadi perhatian kita. Sebab gak jarang gamis yang panjang sering buat kita tisarimpeud alias tersandung kalau lagi jalan. Ada juga yang malah jadi "lap" buat jalan. Saya juga sering banget nemuin gamis saya yang gubar geber itu terkena oli motor setelah turun dari motor.
Ya, memang pakai pakaian kayak gini, tuh super duper ribet, pasti banyak yang trauma dan gak mau nyoba lagi make pakaian beginian. Pakaian yang kalau kata orang tea mah, "Jubah", hihi. Tapi, kalau kita memakainya karena komitmen ke Allah #cie, seribet apa pun saya yakin akan tetap dipakai.
Begitu pun dengan fenomena gamis dan kerudung gubar geber yang sekarang jadi perbincangan. Mungkin sebagian dari kita ada yang trauma dan kembali memakai pakaian biasa. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Ada kah yang berpikiran seperti itu? Saya berdoa mudah-mudahan akhwat fillah yang tengah berhijrah menjadi muslimah terbuaik dapat istiqomah mengenakannya dan tidak terpengaruh oleh hal apa pun. Amin.
Saya yakin, semua insiden kecelakaan yang terjadi pada para muslimah pengguna gamis dan kerudung lebar bukan tanpa sebab. Pasti ada sebabnya. Untuk itu, tugas kita sekarang mustinya mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Walau kita pakai pakaian gubar geber, kita harus tetap keren bahkan di atas motor sekali pun. Keren di sini maksudnya kita "aware" sama hal yang tidak kita bayangkan.
Menurut Imam Ghazali, ilmu yang sebenarnya adalah saat kita dapat memetik hikmah dan makna sejati dari segala hal, baik itu benda, peristiwa, dan apa saja yang kita rasakan dengan panca indera.
Pun dengan fenomena yang tengah terjadi di masyarakat ini, harusnya bisa jadi "warning" buat kita semua. Ke depannya, saat naik kendaraan bermotor, kita harus memastikan dulu semuanya aman, nyaman, berdoa, dan tumakninah. Baru lah bilang, "Cus, Om!" sama driver-nya sebagai bentuk ikhtiar kita menjaga diri #cyailah.
Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, saya juga sering banget ngalamin kejadian yang sama seperti para muslimah yang terkena insiden di atas kendaraan. Padahal saya gak pakai gamis, lho. Saat itu saya hanya memakai sweater rajutan setumit. Saya gak kancingin. Dan, dia melambai-lambai hampir masuk ke gelindingan ban motor yang lagi melaju kencang. Tidak hanya itu, sempat juga dulu tali jaket saya hampir masuk ke ban. Lalu, rok saya, dll. Wah, banyak. Tapi, alhamdulilah masih diprotect sama Allah lewat orang yang treak-treak di belakang, "Neng, awas! Bajunya baju." Alhamdulilah, hehe.
Back to topic!
Saya sedih saat ingat kenangan masa SMA. Dulu, saat zaman SMA itu lagi panas-panasnya isu teroris di Indonesia akibat kejadian BOM Bali I. Alhasil, setiap kali saya melihat orang dengan memakai gamis plus kerudung gede, saya takut dan merengkeud. Tapi, berkat hijrah ke Bandung, saya baru sadar bahwa ilmu saya aja yang cetek, makanya beranggapan begitu.
Dan, saya masih tetap sedih ternyata pikiran saat SMA itu masih dipegang oleh beberapa orang, bahkan orang terdekat saya. Mereka masih sentimentil sama pakaian gamis dan kerudung lebar saya. Walau gak terang-terangan, tapi seakan-akan pakaian ini tuh apa banget, sih. Haha. Saya hanya dapat tersenyum dan memohon dalam hati agar mereka tahu yang sebenarnya, supaya mereka merasakan betapa lezatnya pakai baju dan kerudung gubar gober, hehe.
Apa pun fenomenanya, tetap lah kita harus jadi si persisten pada komitmen awal kita. Dan terus menerus mendoakan mereka yang masih belum tau behind the hijab. Sesungguhnya, menutup aurat dengan sempurna itu memang ribet, tapi ada kenikmatan di dalamnya.
Nikmat, sebab itu artinya kita sudah peduli sama amanat yang Allah kasih yakni menjaga kulit kita. Dan yang paling keren adalah kita udah belajar taatin Rabb kita.
Intinya mah biar lah kita beribet diri di dunia, di akhirat kita tinggal mengetjup hasilnya. Wusss.
Finally, doa terindah untukmu para sahabiyahku, para akhwat fillah yang sedang belajar menjadi lebih baik. 🙆 Mudah-mudahan Allah membimbing kita selalu. Amin.
Semakin beragamnya para desainer membuat gamis panjang, semakin banyak pula orang yang tertarik untuk memakainya. Dan, yang paling parahnya adalah dengan banyaknya pengguna gamis dan kerudungnya yang gubar geber, timbul pula masalah baru (apa ini pantas disebut masalah, ya? Hmmm).
Saya temukan kabar demi kabar terkait kecelakaan yang disebabkan oleh terlilitnya gamis dan atau kerudung oleh kendaraan roda dua (sebut saja dia motor). Tidak sedikit pula yang merenggut nyawa sebab insiden kelilit kerudung dan gamis sendiri ini. Haduh, fenomena gamis yang lagi nge-hits malah jadi serem, deh. Apa kabar sama mereka yang anti sama pakaian kayak begini, ya?
Ibu saya juga di rumah menasehati agar saat naik motor saya berhati-hati dengan gamis atau pun kerudung saya. Saya hanya mengiyakan sambil mengangguk.
Terjadinya fenomena memakai gamis dan kerudung panjang di kalangan Ibu-ibu (tua dan muda) adalah sebuah prestasi yang membanggakan bagi saya di dunia fesyen muslimah. Itu artinya, kini para muslimah sudah sadar akan kewajiban sebagai seorang muslimah, tho. Yang dulu pakai jilbabnya kurang lebar, kini subhanallah banget, jadi lebar.
Hanya saja sebagian dari kita belum terlalu "aware" sama keselamatan diri kita. Saat naik kendaraan masih terkesan terburu-buru. Belum siap tapi udah bilang siap, dst yang jadi penyebab beberapa insiden, wallahua'lam.
Gamis dan kerudung yang gubar geber adalah pakaian Islam untuk muslimah yang sebenarnya. Namun, memakai pakaian ini harus pula jadi perhatian kita. Sebab gak jarang gamis yang panjang sering buat kita tisarimpeud alias tersandung kalau lagi jalan. Ada juga yang malah jadi "lap" buat jalan. Saya juga sering banget nemuin gamis saya yang gubar geber itu terkena oli motor setelah turun dari motor.
Ya, memang pakai pakaian kayak gini, tuh super duper ribet, pasti banyak yang trauma dan gak mau nyoba lagi make pakaian beginian. Pakaian yang kalau kata orang tea mah, "Jubah", hihi. Tapi, kalau kita memakainya karena komitmen ke Allah #cie, seribet apa pun saya yakin akan tetap dipakai.
Begitu pun dengan fenomena gamis dan kerudung gubar geber yang sekarang jadi perbincangan. Mungkin sebagian dari kita ada yang trauma dan kembali memakai pakaian biasa. Mencegah lebih baik dari pada mengobati. Ada kah yang berpikiran seperti itu? Saya berdoa mudah-mudahan akhwat fillah yang tengah berhijrah menjadi muslimah terbuaik dapat istiqomah mengenakannya dan tidak terpengaruh oleh hal apa pun. Amin.
Saya yakin, semua insiden kecelakaan yang terjadi pada para muslimah pengguna gamis dan kerudung lebar bukan tanpa sebab. Pasti ada sebabnya. Untuk itu, tugas kita sekarang mustinya mengambil hikmah dari kejadian tersebut. Walau kita pakai pakaian gubar geber, kita harus tetap keren bahkan di atas motor sekali pun. Keren di sini maksudnya kita "aware" sama hal yang tidak kita bayangkan.
Menurut Imam Ghazali, ilmu yang sebenarnya adalah saat kita dapat memetik hikmah dan makna sejati dari segala hal, baik itu benda, peristiwa, dan apa saja yang kita rasakan dengan panca indera.
Pun dengan fenomena yang tengah terjadi di masyarakat ini, harusnya bisa jadi "warning" buat kita semua. Ke depannya, saat naik kendaraan bermotor, kita harus memastikan dulu semuanya aman, nyaman, berdoa, dan tumakninah. Baru lah bilang, "Cus, Om!" sama driver-nya sebagai bentuk ikhtiar kita menjaga diri #cyailah.
Seperti yang sudah saya jelaskan di atas, saya juga sering banget ngalamin kejadian yang sama seperti para muslimah yang terkena insiden di atas kendaraan. Padahal saya gak pakai gamis, lho. Saat itu saya hanya memakai sweater rajutan setumit. Saya gak kancingin. Dan, dia melambai-lambai hampir masuk ke gelindingan ban motor yang lagi melaju kencang. Tidak hanya itu, sempat juga dulu tali jaket saya hampir masuk ke ban. Lalu, rok saya, dll. Wah, banyak. Tapi, alhamdulilah masih diprotect sama Allah lewat orang yang treak-treak di belakang, "Neng, awas! Bajunya baju." Alhamdulilah, hehe.
Back to topic!
Saya sedih saat ingat kenangan masa SMA. Dulu, saat zaman SMA itu lagi panas-panasnya isu teroris di Indonesia akibat kejadian BOM Bali I. Alhasil, setiap kali saya melihat orang dengan memakai gamis plus kerudung gede, saya takut dan merengkeud. Tapi, berkat hijrah ke Bandung, saya baru sadar bahwa ilmu saya aja yang cetek, makanya beranggapan begitu.
Dan, saya masih tetap sedih ternyata pikiran saat SMA itu masih dipegang oleh beberapa orang, bahkan orang terdekat saya. Mereka masih sentimentil sama pakaian gamis dan kerudung lebar saya. Walau gak terang-terangan, tapi seakan-akan pakaian ini tuh apa banget, sih. Haha. Saya hanya dapat tersenyum dan memohon dalam hati agar mereka tahu yang sebenarnya, supaya mereka merasakan betapa lezatnya pakai baju dan kerudung gubar gober, hehe.
Apa pun fenomenanya, tetap lah kita harus jadi si persisten pada komitmen awal kita. Dan terus menerus mendoakan mereka yang masih belum tau behind the hijab. Sesungguhnya, menutup aurat dengan sempurna itu memang ribet, tapi ada kenikmatan di dalamnya.
Nikmat, sebab itu artinya kita sudah peduli sama amanat yang Allah kasih yakni menjaga kulit kita. Dan yang paling keren adalah kita udah belajar taatin Rabb kita.
Intinya mah biar lah kita beribet diri di dunia, di akhirat kita tinggal mengetjup hasilnya. Wusss.
Finally, doa terindah untukmu para sahabiyahku, para akhwat fillah yang sedang belajar menjadi lebih baik. 🙆 Mudah-mudahan Allah membimbing kita selalu. Amin.
Comments
Post a Comment