![]() |
| Taken by Google |
Angin berhembus sangat lembut saat lantunan salawat kerinduan terhembus. Daun-daun Cherry yang indah bergerak-gerak terhempas angin rindu. Purnama telah membulat sempurna di ujung pandangan. Walau ada awan hitam sedikit menghalangi sisi kirinya. Lantunan salawat kerinduan itu memuai ke angkasa dari lidah seorang perempuan yang baru menginjak seperempat abad. Air matanya mengalir tak terkendali. Hatinya remuk redam menahan kerinduan kepada sang matahari yang telah membawa dunia ini menjadi benderang dengan cahaya Islam.
Malam semakin larut, kegelapan telah benar-benar melahap sinar yang berasal dari cahaya-cahaya lampu perumahan. Keheningan semakin merambat menyusup ke dalam sukma. Kerinduan yang semakin tajam, seakan menyayat-nyayat saraf air mata untuk menangis.
Duhai sang purnama, walau kau telah tiada, rindu kami tak terhenti memuai ke angkasa. Membentuk tumpukan awan-awan rindu yang berat. Butiran airnya mungkin akan membasuhi bumi yang gersang.
Duhai sang matahari yang membawa benderang kepada bumi dengan akhlakul karimahmu, kau beribu taun berpisah dengan kami, ragamu tak pernah kami jamah, senyummu tak pernah kami lihat dengan mata bulat kami, suara indahmu tidak pernah pula kami dengar, kami hanya melihat betapa indahnya dirimu dari kisah demi kisah yang menjelaskanmu. Betapa orang-orang merindu setiap harinya jika mereka tidak melihatr wajah syahdumu. Betapa banyak perumpaan-perumpaan yang sahabatmu sebutkan untuk menggambarkan keindahanmu. Dan tidak terhitung syair demi syair dari para pujangga Islam yang sama-sama kesakitan menanam kerinduan kepadamu.
Duhai sang purnama, teladanmu menariki jiwa-jiwa yang gulita menjadi jiwa yang cemerlang nan benderang. Oh, wahai sang purnama, betapa kulit kami seakan terkelupas menahan kerinduan ini.
Ya Rabb, pertemukan lah kami dengan kekasih-Mu yang agung.
Jika kami tidak bertemu dengannya, maka kami adalah hamba-Mu dan umat kekasih-Mu yang sangat merugi.
Duhai Rabbi kami, perkenankan kerinduan ini menjadi nyata, pertemukan lah kami dengan orang yang kami rindukan kehadirannya. Betapa namanya telah menghujam di dalam sukma dan membendungnya merupakan sebuah penderitaan yang nyata.
Duhai Allah, Kau yang mampu mempertemukan. Kebaikan demi kebaikan tidak ada yang dapat kudapatkan jika bukan karena kebaikan-Mu, termasuk pertemuan agung kelak di hari spesial yakni hari kiamat, hari di mana semua perbuatanku dihitung dan diadili. Daku sungguh tidak ingin menyaksikannya, sebab daku takut dan malu kepada-Mu. Izin kan daku tidak menyaksikan hari yang berat itu, ada kah tempat untukku duduk menunggunya? Semisal bercengkrama dengan Rasulullah, keluarganya, dan sekaligus sahabat-sahabatnya? Betapa indahnya jika dapat menatapnya, walau daku menatapnya di ujung bukit atau di ujung gunung yang paling tinggi sekali pun. Betapa indahnya, betapa kerinduan selama di dunia itu telah terhempas dan musnah sebab kutelah melihatmu, melihat seseorang yang puluhan tahun dirindu milyaran manusia.
Allahumma shalli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad.

Comments
Post a Comment