Taken by Google |
Belum genap setahun saya menginfakan
tenaga di sekolah alam Bintaro. Baru beberapa bulan saja. Namun, jangan ditanya
soal rasanya. Kalau kata orang Sunda mah “Amajjjing!”
Sebab kalau ditanya soal rasa, sebut lah rasa pertama mengajar, bertemu,
berinteraksi dengan semua penghuni sekolah alam di kota yang namanya diambil
dari nama pohon ini tentu saya akan mengatakan, “Nano-nano rasanya!” Tidak
dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Saya mengajar di kelas yang dihuni
oleh orang-orang terhebat sepanjang masa. Mereka adalah anak-anak yang sangat
memukau jiwa raga. Tidak semua anak dapat seperti mereka. Dan tentu tidak
selamanya saya sebagai “orang tua kedua mereka” mampu memahami sikap dan
tingkah mereka sepenuhnya, kecuali berusaha dengan sabar bersama waktu. Terus
menerus mencoba menceburkan diri ke alam dunia mereka yang penuh imajinasi
setiap saat setiap waktu.
Tentu ketika kita memiliki pohon
jambu yang tengah berbuah, pasti buah jambu itu tidak semuanya sama. Ada yang
manis, sedikit manis, atau bahkan masam. Sama halnya dengan semua karakter anak
yang saya pegang, serba unik dan antik. Saya tidak akan panjang lebar
menyebutkan satu persatu bagaimana keunik dan keantikan karakter mereka, sebab
mungkin akan membutuhkan waktu yang sangat panjang. Hmmm. Saya hanya ingin
mengungkapkan salah satu anak yang paling menyita perhatian saya dengan beragam
keunikannya yang saya yakin, saya tengah berhadapan dengan seorang lelaki yang
kelak akan menjadi orang besar dikemudian hari.
Setiap kali memandang kedua bola
mata anak, saya selalu mengatakan dalam diri bahwa saya tengah berhadapan
dengan seorang calon orang hebat, maka serta merta saya tersenyum dan
menghormatinya. Tak terkecuali pada anak
lelaki kinestetik yang akan saya bahas pula.
Dia adalah seorang anak lelaki yang
sangat luar biasa. Allah menganugerahkan
kecerdasan yang sangat menakjubkan kepadanya. Saking cerdasnya,salah
satu cita-citanya adalah membuat mesin teleportasi. Dia sudah terbayang dengan
semua hal terkait mesin itu. Saya hanya jadi pendengar yang baik saat dia
bersemangat menceritakan tentang penemuan mesin teleportasinya tersebut.
Ah, ya benar. Saya hampir lupa
menyamapaikan. Bahwa level kami baru saja mengadakan Occupation Parade Day. Anak-anak parade dengan membawa properti
tentang pekerjaan yang mereka inginkan. Dan,
anak lelaki salih ini membawah mesin teleportasi di dadanya.
Awal bertemu dengannya, dia bukan
lah tipe anak yang mudah dekat. Terutama dengan perempuan. Dia alergi dekat
perempuan, katanya. Tapi, semua itu berubah semenjak porto tiga. Dia semakin
terbuka bercerita, semakin mudah mengikuti intruksi, dan semakin terbuka
menerima nasehat dengan guru perempuannya. Suatu prestasi yang bagi saya
“Amajjjing!”
Tipe anak sepertinya bagi saya mirip
seperti karakter masa kecil para penemu dan orang-orang hebat yang ada di
dunia. Saya bukan peramal, ya. Ini hanya
pemikiran saya kalau saya hendak tidur, he he he. Sebab, memang anak laki-laki ini sangat berbeda dari temannya yang lain. Oleh karenanya, saya terus memotivasi agar dia konsisten dengan apa yang dicita-citakannya. Mudah-mudahan dengan begitu, dia benar-benar dapat menggapainya dan membawa Islam menuju zaman kecemerlangannya lagi. :D
Comments
Post a Comment