Kematian merupakan suatu hal yang pasti akan kita hadapai, sebab kita menyandang status 'makhluk hidup'. Allah menciptakan semua hal dengan berpasang-pasangan dan pasangan sejati kehidupan adalah kematian.
Mendengar kematian pasti semua jiwa merasa ngeri. Sebab, dengan merasakan kematian itu artinya kita terhenti merasakan semua hal yang berbau dunia. Kenikmatan terhenti, kebahagiaan terhenti, semuanya terhenti.
Terlalu menyakitkan kematian itu jika kita juga terlalu mencintai kehidupan. Nyawa yang sejatinya fitrah itu sejatinya juga menginginkan kembali dengan keadaan yang fitrah. Akan tetapi rentetan hari yang dilalui di bumi seringnya membawa fitrah itu menjadi berwarna, entah semakin putih, abu-abu, atau bahkan hitam legam.
Liang lahat yang ukurannya 2x1 itu pasti gelap gulita, sebab kita berada di perut bumi yang tentu tidak akses listrik ke sana. Hanya ada akses listrik amal baik kita. Jika jiwa itu hitam legam, semakin gulita lah tempat tinggal kita. Tidak, jangan sampai itu terjadi.
Kematian perlu diingat setiap waktu sebab dia menemani setiap waktu. Kematian perlu dipersiapkan sebab dia datang tanpa kita duga. Kematian perlu dipikirkan bahkan Rasulullah menyebut umatnya cerdas bagi mereka yang mempersiapkan kematiannya.
Orang salih zaman dulu membuat kuburannya sendiri di dalam kamarnya. Jika dia melakukan kekhilafan, segera dia masuk ke dalamnya. Setelahnya, hanya ada air mata taubat yang tiada henti.
Betapa menyeramkan jika kematian kita yang pasti itu dihiasi oleh balasan dari amal buruk kita selama di dunia. Sungguh kembali yang sangat menyakitkan. Tidak ada yang bisa membantu sebab semuanya sudah terlambat. Tak ada investasi di bumi membuat kita sekarat berkali-kali di alam kubur.
Kehidupan di dunia yang sepertinya kekal ini hanya lah ilusi. Sungguh, Allah sendiri memandang hina kehidupan dunia, sebab orang kafir saja masih Ia berikan rezeki. Bagi mereka yang beriman pasti merindukan negeri akhirat yang kekal menyejukan.
Pasti diantara kita banyak sekali yang pernah mengingkan kematian. Entah itu karena frustasi, putus asa, dan terlalu banyak dosa. Tetapi Allah masih memberikan sejumput kesempatan kepada kita. Itu tak lain karena Rahman-Nya, agar kita bertaubat dan membersihkan kotoran kita. Kita naif, sebab meminta sesuatu yang sudah pasti terjadi. Meminta sesuatu yang tidak disegerakan atau ditunda. Benar-benar naif.
Begitu banyak tanda-tanda kematian yang Allah berikan kepada seseorang apabila dia akan menghadapi kematian. Saya tidak akan membahas satu persatu sebab di Google banyak. Saya hanya ingin menyampaikan pengalaman saya mengenai tanda kematian.
Suatu hari saya pernah ikut kajian yang rutin diadakan oleh organisasi saya. Hari itu narasumbernya adalah teman saya sendiri. Entah kenapa dia malah nyeletuk sesuatu tentang sesuatu yang saya pakai. Saya gak paham dan tentunya sampai acara itu selesai, saya terus memikirkannya. Dan, sedikit heran.
Waktu berlalu. Namanya sudah tidak ada lagi diingatan. Tetapi sempat tiba-tiba muncul dan menggerayangi pikiran beberapa bulan kemarin. Wajah dan namanya hadir padahal saya tidak ada urusan dengannya. Tidak lama setelah itu saya iseng mencari namanya di facebook, betapa kagetnya saya, berandanya dipenuhi dengan status dukacita. Laa ilaa haillallah. Dia sudah meninggal. Beberapa nada ucapan datang dari teman-temannya. Saya tidak tau kalau dia sudah meninggal. Kemudian alam pikiran saya mikir, "Apa kemarin itu dia muncul gara-gara ini? Ya Allah saya memaafkan apa pun kesalahan yang dia yang mau dan pernah dia lakukan kepada saya -kalau iya ada- Dan lancarkan lah kembalinya dia kepada-Mu." Semenjak itu dia sudah tak pernah datang lagi.
Ini bukan sekali dua kali. Mungkin ini yang ketiga kalinya saya mengalami hal ini. Tapi, yang lainnya saya malas menceritakannya. Sebab saya pengen pulang dan mulai lelah mengetiknya *lhaaaa. Hihi.
Ya Allah, berikan lah aku, keluarga, dan semua umat Islam kematian yang baik. Sehingga kami bisa dengan lancar kembali kepada-Mu. Amin.
Comments
Post a Comment