Rasulullah adalah orang yang paling paham terhadap orang yang berbicara dengannya. Rasulullah paham psikologis orang yang sedang berbicara dengannya. Kemampuan paten seorang utusan Allah, ya. Itu lah mengapa terkadang Rasulullah memberikan penjelasan yang berbeda-beda kepada sahabatnya sesuai dengan kondisi psikologis mereka. Luar biasa! Rasanya ingin sekali dipahami olehmu, Ya Kekasih Allah.
Bicara memahami, dipahami, dan saling memahami, sungguh ini hal yang sulit dicapai kalau kita menutup diri untuk belajar ketiga hal tersebut. Kemampuan memahami sendiri bukan kemampuan sembarangan, dia membutuhkan kedewasaan jiwa, pemikiran yang luas, dan hati yang selalu positif. Apa kriteria saya berlebihan? He, saya rasa memang seperti itu, Gais. Kemudian, dipahami. Sebagai makhluk sosial, kita sangat butuh sekali peran dari sahabat dalam menjalani kehidupan. Salah satu cara agar hubungan sosial itu tetap harmonis dengan keberagaman watak maka kita wajib punya kemampuan memahami, dengan begitu insyaAllah kita akan dipahami. Setelah kita berjuang memahami teman, sahabat, keluarga, maka secara tidak langsung kita memberikan keteladanan kepada mereka. Bukan tidak mungkin dalam hubungan sosial tersebut akan terjalin saling memahami satu sama lain.
Saat kita sedang kecewa, salah satu jalan penyaluran emosi bisa dilakukan dengan menggunakan "Bahasa Ibu" atau bahasa kasih sayang. Luar biasa. Mereka yang sedang kecewa, dipeluk kemudian ditanya, "kamu sedang kecewa, ya?" Mereka akan merasa sangat dipahami. Emosi yang sedang menyala pun bisa redup dan tidak ada yang disimpan.
Kemampuan memahami tidak bisa kita dapatkan dengan instan, perlu berlatih terus menerus dan kontinue. Kemampuan ini tidak diajarkan di sekolah, lo. Kita harus mencarinya sendiri dari universitas kehidupan sebab urgensi dari kemampuan ini sangat lah besar.
Terus lah berdoa agar kita bisa menjadi bagian dari orang-orang yang bisa memahami orang lain dengan baik. Amin.
Comments
Post a Comment