Taken by Google |
Suatu kali, saat saya membuka beranda facebook, ada status teman saya yang tengah marah-marah tidak terima gaya dan style dia dibajak orang. Dia teman saya di kampus. Saya menebak, gaya yang dia maksud adalah gaya fashionnya. Lekas saya berpikir, perlu kah kita marah?
Sebagai orang yang sering sekali bercuap-cuap di dunia maya terutama facebook, saya memang sering sekali mengeluarkan kata-kata dan gaya berbicara yang tidak biasa. Istilahnya trendsetter lah ya. Sengaja saya lakukan, karena saya memang ingin menjadi seorang pembuat trend. Dan tidak jarang pula saya mengikuti trend-trend yang lain juga dalam kehidupan saya. Kemudian, ada seorang teman yang sudah dekat dengan saya, selalu dan selalu mengikuti gaya saya. Mulai dari gaya tulisan, gaya bicara, dan gaya kerudung. Well, saya cuman bisa tersenyum saat suatu kali menstalking facebooknya. Saya tidak bisa marah, karena itu haknya. Ditambah, saya tidak punya hak karya untuk hal semacam itu. Itu menurut pendapat saya. Saat dia dengan gaya yang menurut saya itu mirip sekali dengan gaya saya, saya hanya berpikir, "Apa yang saya katakan itu datangnya dari Allah. Saya bisa apa? Itu hak dia. Tirulah. Selama itu baik."
Saya tidak takut dia jauh lebih disukai banyak orang dengan gayanya itu. Saya tidak takut dia jauh lebih populer dibanding saya. Saya tidak takut dia jauh lebih disukai oleh seseorang dengan gaya dia itu. Saya tidak takut sama sekali. Karena bagi saya, itu bukan masalah. Kalo pun dia memang semakin disukai dan dikagumi banyak orang, itulah bagian dia, bagian saya? Ya, ini. Karena kadang saya juga sering meniru gaya orang lain dalam gaya saya. So, rasanya saya tak perlu marah dan takut jika gaya saya banyak diikuti oleh orang. Toh semua itu punya Allah, bukan punya saya. Saya cuman bagian dari perantara orang untuk tahu gaya itu. Hemmm.
Intinya sekarang adalah tetaplah jadi diri sendiri. Tidak membebek pada orang lain. Kalo pun emang mau membebek, maka inovasikan dengan gaya dan karakter kalian sendiri. Itulah pembebek ulung. Hi...hi. Tidak usah menghabiskan banyak energi untuk marah-marah gara-gara gaya yang kita rasa adalah "ciptaaan" kita, dari kekreatifitasan kita yang sesuatu, yang padahal kita tidak punya sama sekali hak cipta. Hak cipta hanya pure dan mutlak punya Allah. Kita hanya mengolah kata dan dituntun Allah untuk menulis A, B, dan C.
Sekian, thank you.
Comments
Post a Comment