Sabtu yang lumayan cerah. Semilir angin asyik mengayun-ayunkan dedaunan yang ada di pot. Jujur perasaan saya saat ini tengah flat. Tak ada semangat, tak ada kebahagiaan, tak ada motivasi. Yang ada hanya kepikiran satu hal, "I wanna get married!" Tapi alam sadar dan bawah sadar saya dua-duanya paham, itu tidak mudah. Sangat tidak mudah. Memang di usia saya yang menginjak dua puluh lima, topik pernikahan ini sering menjadi tranding topic dalam pembicaraan saya dengan teman-teman saya yang sama-sama masih dalam penantian. Satu sisi saya ingin menikah, satu sisi saya masih di bawah standar untuk dikatakan wanita yang ideal untuk dijadikan seorang istri. Karena saya merasa ilmu saya masih sangat minim, sikap dan perilaku saya belum shalihah, materi tidak ada, hanya sebatas keinginan dan niat yang menggema di hati. Hanya itu. Tidak ada yang lain. Meski sekarang mulai menabung sedikit demi sedikit untuk bekal menikah nanti. Hufff...
Keinginan itu seperti keinginan dalam hati saja bagi diri saya. Pasalnya saya tidak semangat jika memikirkan menikahnya. Dalam pandangan saya, menikah lumayan ribet, gak segampang membalikan telapak tangan. Saat kita berkomitmen untuk menikah dengan teman lelaki kita, kadang kita harus sabar menantikan dia mengumpulkan materi untuk menikah. Dan itu yang membuat saya berpikir, "Beneran, nikah sama lelaki seumuran yang bener-bener pengen segalanya dari uang dia itu lama. Cuman nikah sama om-om yang gak lama dan nikahannya ruame." Hemmm... semangat nikah saya kadang jadi loyo karena lama menunggu kepastian ini. Tapi harusnya tidak boleh begitu, ya. Oleh karena itu, dari pada saya melewati hari ini dengan 5L, gara-gara nunggu nikah, saya menyemangati diri saya sendiri saja dengan menulis. Dan satu hal yang masih bisa membuat denyut semangat saya berdegup keras adalah saat saya membayangkan menjadi seorang ibu.
Saya ingin sekali menjadi seorang ibu. Tidak sabar ingin mendidik seorang makhluk kecil titipan Allah. Tidak sabar mengajarinya banyak hal. Tidak sabar uuuhh tidak sabar. Tapi tidak ada jalan lain kecuali bersabar itu sendiri. Saat ini saya hanya bisa menulis dan menentukan ingin menjadi ibu seperti apa saya nanti. Dan itu malah semakin membuat saya kalang kabut tidak sabaran lagi. Walah, jadi? He...he.
Yups. Kalo ditanya mau jadi ibu seperti apa, satu jawaban simpel saya, saya ingin ketika anak saya ditanya oleh gurunya siapa idolanya, dia jawab dengan bangga, bahwa sayalah idolanya. Ibunya sendiri. Duh, itu sesuatu sekali ya. Betul. Itulah harapan saya kelak. Menjadi sosok ibu idola untuk anak-anak saya. Jelas saya harus memulainya dari sekarang. Jadi sosok idola untuk adik, teman, keluarga, dan kerabat saya. Agar kelak, anak saya pun sama bangganya memiliki saya. So sweet.
Untuk menjadi seorang ibu idola, saya harus punya prestasi. Jika berbicara prestasi, jujur, prestasi saya minus. Bisa dihitung oleh jari. Tapi itu belum terlambat, bukan? Untuk terus mengeksplorasi diri menjadi wanita beprestasi. Agar kelak anak-anak bisa jauh lebih banyak mendulang prestasinya dari pada kita. Prestasi saya tidak banyak selama menjalani peran sebagai mahasiswa. Hanya pernah beberapa kali menjuarai bidang tulis menulis. Dan itu pun menang karena mungkin tidak ada peserta lain. Hiks. Juga tulisan saya pernah dipublikasikan di website salah satu perusahaan. Dan tidak sedikit tulisan saya juga dipajang di Dakwatuna.com. Itu hanya dipajang, ya. Bukan karena lolos seleksi. Untuk yang lain... hemmm, saya pernah dapet juara tweet terbaik di acara seminar yang diselenggarakan salah satu organisasi, ini prestasi, kah? Hi...hi... Lalu apalagi, ya? Aslinya prestasi saya minus banget. Bagaimana ini? Saya mulai panik. Katanya mau jadi ibu idola? Hmmm...
Benar. Waktu sendiri saat ini adalah sebuah karunia dan kesempatan dari Allah untuk saya melengkapi koleksi prestasi saya lebih banyak lagi. Dan itu saya yakini bisa menjadi jalan untuk saya segera menikah. Mudah-mudahan jadi jalan ya Rabb...
Baiklah, sekarang, saya mau mulai untuk mendulang prestasi lebih banyak lagi. Biar nanti saat anak saya ada di dunia, saya bisa berkisah kepadanya, hingga dia bisa termotivasi lebih dari saya. Terimakasih Bloggy sudah setia membaca tulisan saya. Mudah-mudahan ini bisa jadi jalan kita bertemu di akhirat. Aamiin ya Allah ya Rabbal'alamiin.
Akhirul kalam...
Terimakasih dan sekian.
Comments
Post a Comment