Taken by Google |
Bagaimana ya jika kita [tentunya mudah-mudahan tidak terjadi kepada keluarga kita kelak] dihadapkan pada kedua pilihan ini? Untuk kebaikan kita berdua? Mengusir atau memilih pergi?
Selagi mengusir adalah jalan yang dirasa lebih banyak nilai kebaikannya untuk kedua belah pihak, maka lakukanlah! Dan sebaliknya, jika kita yang harus pergi dengan alasan lebih banyak kebaikannya untuk berdua jika kita yang pergi, maka pergilah! Tanpa perlu menengok ke belakang.
Kelak, saat kita berada di atas kapal yang bernama pernikahan, kita tentu akan menghadapi ujian pilihan ini dengan hal yang jauh lebih pelik dan semakin sering. Sehingga akan sangat dibutuhkan sekali kebijaksanaan di waktu yang genting. Kejernihan pikiran dan hati di saat semua urat-urat dan syaraf-syaraf di kepala berembug kompak memanas karena emosi yang tak terkendali. Dan sikap rendah hati yakni mau memaafkan dan mau mendengarkan apa saja keterangan dan alasan pasangan. MasyaAllah. Betapa sungguh besar gelombang ujian di pernikahan nanti. Saat aku membayangkannya, aku merasa aku belum siap. Tapi jika tidak memikirkannya seakan-akan aku ingin sekali menikah.
Ada sebuah pepatah yang mengatakan,
"Pernikahan itu adalah ajang belajar seumur hidup. Tapi tidak ada sekolah khusus untuk pernikahan."
"Pernikahan itu adalah universitas, yakni universitas kehidupan."
Pernikahan. Bagaikan sebuah hutan angker dan horor. Apalagi jika tiada iman dan takwa di dalamnya. Mungkin hutan itu bertambah angker dan horor dengan tambahan gelap dan sepinya. Pernikahan, satu hal yang menjadi keinginanku saat ini. Tapi Allah belum memberikan restu-Nya untuk diriku. Aku kadang menangis jika mengingat ini, tapi kemudian aku tersenyum kuat, bahwa Dia jauh lebih tau aku dan aku yakin Dia punya sesuatu untukku tentag jodoh dan pernikahan.
Mungkin Dia tengah menyiapkan aku, kamu, dia, mereka, dan semua untuk menyongsong hari terbesarku. Aku berharap aku bisa bersabar dan menjadi pribadi yang nerima segala takdir yang akan aku peroleh. Sungguh, aku ingin sekali siap lahir batin menyambutnya. :)
Allah, Engaku tahu aku mampu :). maka aku berdiri tegar di sini, bukan karena hal apapun, tapi karena diri-Mulah aku menjadi setegar ini. Aku tak mampu jika aku sendirian, tapi karena aku punyai-Mu, maka aku mampu semampu mampunya. Betapa indah hidup bersama-Mu. Aku tak punya apapun tapi aku punya Allah. Aku tak bisa melakukan apapun jika Ia tidak membuatku bisa melakukannya.
Sungguh, aku mengharapkan kehidupan keluarga yang Sakinah, Mawaddah, wa Rohmah. Maha Suci Allah yang selalu melihat apa yang dicita-citakan hamba-Nya dan Dialah yang setia megabulkannya. Alhamdulilah haturnuhun ya Allah makasih banyak. I will alwyas love you :)
Comments
Post a Comment