Taken by Google |
Jadi, sebenernya tulisan ini mau ngebahas apa ya? He...he.
Aku jadi ingat zaman dulu, ketika usiaku masih belasan tahun, tepatnya tiga belas tahun. Masa-masa usia SMP adalah masa-masa 'nanggung' menurutku. Pasalnya, mau disebut masih kecil bukan, mau disebut udah gede juga belum. Kelakuan masih SD padahal umur dan badan dah kayak anak SMA #nahloh. Jadi, dimarahin kasar gak bisa, karena dirasa sudah 'paham'. Dibiarin pun gak bener. Dikira sudah paham, eh ternyata masih kayak anak SD. Disitulah letak 'nanggung' nya anak-anak sesusiaku.
Ada kisah menarik untuk disimak. Saat tarawih di majelis sebrang rumah, aku seperti anak-anak yang lain juga ikut sholat tarawih, meski sholat tarawih 'bawang' he...he. Selama tarawih di usia tiga belas dan empat belas, aku selalu saja kena 'damprat' emak-emak barisan depan saat tarawih. Meski dampratan mereka gak pake tangan dan fisik, tapi pake muka-muka asem dan sindiran keras. Padahal kami adalah anak tanggung, yang belom paham sindirannya emak-emak. Keh...keh.
Teman sebayaku, Yuyun memang jagonya berkelakar. Saat ada seorang ibu-ibu yang mengacungkan telunjuknya dalam tahiyat akhir bagaikan kehilangan rem alias sampe ke atas kayak mau nonjok idungnya sendiri, dia [Yuyun] tidak bisa menahan tawanya, padahal dia sedang duduk tahiyat akhir! [sayang nian shalatnya batal di akhir, hu...hu] Aku yang duduk di sebelah Yuyun juga menyadari 'rem blong' telunjuk ibu-ibu tadi. Aku pun tidak kuasa menahan tawa. Dan sekuat tenaga menahan agar tidak keluar suara dan pipis #eh. Alhasil, seperti jargon salah satu iklan, "Semua mata tertuju padamu". Benar. Semua mata [emak-emak yang tajem setajem silet Gill*te] menatap kami dengan wajah manyun sesaat setelah salam dikumandangkan imam. Kami hanya tertunduk dengan wajah watados. Dan 'pura-pura' tidak terjadi apa-apa. Mungkin yang tertawa tadi di belakang adalah anak yang lain, bukan kami, ha...ha. Dasar anak kecil, ya.
Ada kisah menarik untuk disimak. Saat tarawih di majelis sebrang rumah, aku seperti anak-anak yang lain juga ikut sholat tarawih, meski sholat tarawih 'bawang' he...he. Selama tarawih di usia tiga belas dan empat belas, aku selalu saja kena 'damprat' emak-emak barisan depan saat tarawih. Meski dampratan mereka gak pake tangan dan fisik, tapi pake muka-muka asem dan sindiran keras. Padahal kami adalah anak tanggung, yang belom paham sindirannya emak-emak. Keh...keh.
Teman sebayaku, Yuyun memang jagonya berkelakar. Saat ada seorang ibu-ibu yang mengacungkan telunjuknya dalam tahiyat akhir bagaikan kehilangan rem alias sampe ke atas kayak mau nonjok idungnya sendiri, dia [Yuyun] tidak bisa menahan tawanya, padahal dia sedang duduk tahiyat akhir! [sayang nian shalatnya batal di akhir, hu...hu] Aku yang duduk di sebelah Yuyun juga menyadari 'rem blong' telunjuk ibu-ibu tadi. Aku pun tidak kuasa menahan tawa. Dan sekuat tenaga menahan agar tidak keluar suara dan pipis #eh. Alhasil, seperti jargon salah satu iklan, "Semua mata tertuju padamu". Benar. Semua mata [emak-emak yang tajem setajem silet Gill*te] menatap kami dengan wajah manyun sesaat setelah salam dikumandangkan imam. Kami hanya tertunduk dengan wajah watados. Dan 'pura-pura' tidak terjadi apa-apa. Mungkin yang tertawa tadi di belakang adalah anak yang lain, bukan kami, ha...ha. Dasar anak kecil, ya.
Tidak hanya itu, karena di kampungku rakaat tarawihnya berjumlah dua puluh lima, kadang kami melewati beberapa rakaat untuk tidak sholat dan lebih memilih duduk di belakang sambil bersender ke tembok. Lagi-lagi temanku berulah. Dia mengaitkan satu mukena dengan mukena teman yang lainnya. Riuh suara cekikikan dari arah belakang pun tidak bisa dielakan. Tapi untunglah itu masih rakaat awal. Jadi kami bisa selamat dari mata emak-emak. Lalu saat musim hujan tiba, memang kita tidak bisa menolak kedatangan 'tamu' di musim hujan, yaitu Kekeper. Kalian tau kekeper? Hewan itu sangat suka cahaya. Dia selalu datang kalau hujan mengguyur setelah kemarau lama. Mereka akan mendatangi sumber cahaya apapun itu. Mereka tentunya akan sangat banyak berkumpul di lampu-lampu yang memancarkan cahaya.
Saat itu, salah satu jamaah tepat sekali sholatnya di bawah lampu, alhasil kepalanya dihinggapi beberapa kekeper. Dan lagi-lagi, temanku [Yuyun] menertawakannya. Kami [yang seperti pengikutnya ini pun] tidak kalah melilit perut melihat itu. Tak ayal kami ketawa dengan keras dan dengan tertahan. Lalu tidak bisa dihindari juga kami kena sabetan pedang kata-kata kemarahan emak-emak garda terdepan lagi setelah sholat usai. Tapi kami tetap saja tertawa jika ada hal yang lucu [menurut kami]. Tidak peduli pada semua mata emak-emak yang menatap kami dengan tajam itu. Dasar anak kecil, ya.
Saat itu, salah satu jamaah tepat sekali sholatnya di bawah lampu, alhasil kepalanya dihinggapi beberapa kekeper. Dan lagi-lagi, temanku [Yuyun] menertawakannya. Kami [yang seperti pengikutnya ini pun] tidak kalah melilit perut melihat itu. Tak ayal kami ketawa dengan keras dan dengan tertahan. Lalu tidak bisa dihindari juga kami kena sabetan pedang kata-kata kemarahan emak-emak garda terdepan lagi setelah sholat usai. Tapi kami tetap saja tertawa jika ada hal yang lucu [menurut kami]. Tidak peduli pada semua mata emak-emak yang menatap kami dengan tajam itu. Dasar anak kecil, ya.
Well, itulah beberapa kisahku di masa kecil saat kena damprat emak-emak di majelis, he. Dan aku tidak menyangka mendapatkannya 'lagi' di usiaku yang mau menginjak dua puluh lima tahun ini. Sangat lucu dan membuatku terdampar ke memori sekian tahun silam, hi...hi.
By the way, awalnya aku merasa malu ditegur emak-emak di mesjid. Tapi setelah ngulik dan ngebuat tulisan tentang hal tersebut aku jadi bersyukur, Bloggy. Aku jadi bisa menulis tulisan ini di sini, lalu mengingat kelucuan masa silam, dan membagi hikmahnya kepada kalian semua. Sungguh semua kejadian itu tidak hadir dengan sia-sia, ya. Ia pasti mengandung hikmah. Asalkan kita mau menafakurinya sesaat. Dan menjadikannya pelajaran berharga agar tidak mengulanginya lagi di masa yang akan datang. Karena orang yang bijaksana bukan orang yang tidak pernah melakukan kesalahan. Tapi dia yang selalu belajar dari kesalahannya, he...he. [kata orang]
Finally, pesan buat kalian ni, jagalah mulut kalian di mesjid. Saat adzan diamlah sejenak. Jangan mengobrol tapi dengarkanlah adzan tersebut dengan syahdu. Jangan ngobrol, apalagi ngobrolin orang. Jangan! Ingat, itu tempat ibadah, ya. Dan teruslah mensyukuri semua hal yang didapat sekarang, tafakuri semua kejadian sesepele apapun karena di dalamnya akan selalu ada hikmah terselubung he...he.
Sebelum diakhiri membacanya, ayo senyum dulu dongggg ^_^
Mungkin kita tidak terlalu cantik, tapi kita punya senyuman dari hati yang membuat alam mengatakan bahwa kitalah yang cantik :D [ngibur diri sendiri lebih baik untuk kebaikan diri sendiri, hi...hi]
Mungkin kita tidak terlalu cantik, tapi kita punya senyuman dari hati yang membuat alam mengatakan bahwa kitalah yang cantik :D [ngibur diri sendiri lebih baik untuk kebaikan diri sendiri, hi...hi]
Comments
Post a Comment