Tiba-tiba malam yang sunyi ini menjadi hangat
karena nafas-nafas rindu yang mulai
menyerap pada lapisan dinding hati. Memberikan aroma pada kedua mata
untuk melepaskan bulir-bulir hangatnya.
Kepada malam yang pekat, aku berkata, “Aku rindu!”
tapi dia hanya menjawab dengan kesunyian. Pada rindu aku mengadu, “Aku rindu
kepada rindu!” tapi rindu hanya memberikan seikat lagi rasa yang makin membuat
diriku sesak. Aku kemudian menulis saja. Untuk menyaring rindu yang perlu dan
rindu yang nafsu. Ya, dengan menulis J
Comments
Post a Comment