Salah satu tolak ukur penilaian sebuah amal seorang muslim dilihat dari niatnya. Jika dia berniat baik tetapi tidak dilakukannya, dia tetap
mendapatkan pahala karena niat baiknya itu. Jika niat baiknya terlaksana, maka
pahalanya akan bertambah banyak. Jika kita berniat buruk, kita sudah dapat satu
titik dosa. Tapi jika niat buruk itu tidak terlaksana maka tidak akan menjadi dosa.
Itulah Islam...
Namun, tidak sedikit
juga orang yang berniat baik, tapi melaksanakan niatan baiknya itu
dengan cara yang belum baik. Bagaimana ini? Sesungguhnya, Allah suka sekali pada
hal yang baik-baik, maka akan lebih sempurna –di mataNya- jika niat baik itu
selaras pula dengan caranya.
Misalnya, ada seorang suami yang menginginkan istrinya
menjadi lebih baik. Dia membanding-bandingkan istrinya dengan wanita lain. Bukan
malah menerima saran suaminya, bisa jadi
sang istri malah marah dan sakit hati. Niatan suaminya baik, ingin istrinya menjadi lebih baik, tapi caranya
salah. Tidak akan ada yang masuk ke dalam hati si istri jika niat baik suaminya dilakukan dengan cara yang tidak baik. Lain halnya
jika sang suami yang berubah menjadi lebih baik dulu, santun dan lembut memperlakukan
istrinya, baik dan jujur, maka jangan heran jika nanti istrinya akan berubah menjadi seperti
dirinya. Segala niat baik yang dilakukan dengan cara yang tidak baik tidak akan
menghasilkan sesuatu yang baik. Tapi jika niat baik dilakukan dengan cara yang
baik, maka akan didapatkan hasil yang baik pula. Tidak hanya di mata sang istri tapi
juga di mata Allah SWT.
Bandung, 04 April 2015
Comments
Post a Comment