Hari ini ada pelajaran Dokkai (membaca pemahaman), dengan tema Totto-chan. Salah satu buku fenomenal yang ditullis oleh seorang Tetsuko Kuroyanagi, tentang masa kecilnya sebagai seorang anak kecil yang dianggap aneh oleh orang-orang disekitarnya. Padahal dia hanyalah seorang anak kecil yang sama saja seperti anak-anak lainnya. Penuh dengan keingin tahuan.
Buku Totto-chan ini menjadi buku ajar wajib di sekolah-sekolah dasar di Jepang. Karena sekolah Totto-chan yakni Tomoe Gakuen adalah sekolah dengan sistem yang hebat. Dengan mencontoh sistem yang diterapkan di sekolah Tomoe Gakuen ini, diharapan adanya perubahan dalam proses belajar mengajar dan suasana belajar bisa jauh lebih menyenangkan, terlebih bagi anak-anak.
Nah, dalam pelajaran Dokkai juga ada salah satu bab dari buku Totto-chan yang dijadikan bahan ajar. Yuk, cekidot :D
Totto-chan dan Aku
Ada telepon dari Tetsuko. Dari sekarang, ini adalah kejadian yang terjadi lima, enam tahun yang lalu.
"Mah, aku udah pergi ke Chiba."
Suaranya nampak berbeda sekali dari biasanya, nampak sangat bahagia. Aku berfikir mungkinkah ada sesuatu yang membuatnya senang? Aku menjawab "Sungguh?" dan dia berkata disana sambil tidak sabar menunggu dengan harap-harap cemas.
"Dari jendela, tidak terbayangkan keindahan terbenamnya matahari di penginapan terkenal ini. Lalu untuk melihatnya, kira-kira sepuluh orang dengan penasaran keluar."
Setelah dia menarik nafas sebentar, dia mulai melanjutkan bercerita lagi.
"Disiang hari kami berjalan-jalan, dengan teman-teman bermain dengan asyiknya, hingga waktunya sudah hampir tiba. Karena ada yang bilang, Hei! Sudah waktunya!, teman-teman semua pada duduk di samping jendela, dan menunggu dengan perasaan yang sangat cemas. "Lihat!", "Uwaaaa, kereeen", "Melihat matahari di sore hari seperti ini membuatku tidak bisa berkata apa-apa", entah kenapa sambil ramai berkata, dada ini jadi dag dig dug. Setelah itu lagi-lagi, teman-teman tidak bisa mengungkapkan apa-apa. Saat itu tiba-tiba saja aku berkata."
"Eh! Aku ingin mengatakan sesuatu."
Kalau datang ke sini selalu saja ada rasa penasaran.
"Disini kita tidur sama-sama, besok pagi, maukan melihat lagi matahari terbit? Untuk beberapa waktu, teman-temanku tidak mengerti apa yang aku katakan tadi, setelah itu mereka membalikan badan mereka dengan serempak. Untunglah kamarnya bertikar.
Saya pun bertanya-tanya, kenapa mereka membalikan badan dan tidak faham?
"Heeee, itu alasan yang sangat aneh. Kamu kan tidak mengatakan yang salah?"
"Huh, sudah ku duga, mama juga tidak mengerti. Kalau menunggu matahari terbit di tempat matahari terbenam itu salah. Mamah, ngerti?"
"Ohhh begitu. Matahari itu terbit dari timur dan terbenam dari barat kan yaaaa."
Akhirnya saya pun sepakat dengannya. :D
Hehe. Sekian. "Saya" dalam cerita ini adalah mamah dari Totto-chan itu sendiri :)
Buku Totto-chan ini menjadi buku ajar wajib di sekolah-sekolah dasar di Jepang. Karena sekolah Totto-chan yakni Tomoe Gakuen adalah sekolah dengan sistem yang hebat. Dengan mencontoh sistem yang diterapkan di sekolah Tomoe Gakuen ini, diharapan adanya perubahan dalam proses belajar mengajar dan suasana belajar bisa jauh lebih menyenangkan, terlebih bagi anak-anak.
Nah, dalam pelajaran Dokkai juga ada salah satu bab dari buku Totto-chan yang dijadikan bahan ajar. Yuk, cekidot :D
Totto-chan dan Aku
Ada telepon dari Tetsuko. Dari sekarang, ini adalah kejadian yang terjadi lima, enam tahun yang lalu.
"Mah, aku udah pergi ke Chiba."
Suaranya nampak berbeda sekali dari biasanya, nampak sangat bahagia. Aku berfikir mungkinkah ada sesuatu yang membuatnya senang? Aku menjawab "Sungguh?" dan dia berkata disana sambil tidak sabar menunggu dengan harap-harap cemas.
"Dari jendela, tidak terbayangkan keindahan terbenamnya matahari di penginapan terkenal ini. Lalu untuk melihatnya, kira-kira sepuluh orang dengan penasaran keluar."
Setelah dia menarik nafas sebentar, dia mulai melanjutkan bercerita lagi.
"Disiang hari kami berjalan-jalan, dengan teman-teman bermain dengan asyiknya, hingga waktunya sudah hampir tiba. Karena ada yang bilang, Hei! Sudah waktunya!, teman-teman semua pada duduk di samping jendela, dan menunggu dengan perasaan yang sangat cemas. "Lihat!", "Uwaaaa, kereeen", "Melihat matahari di sore hari seperti ini membuatku tidak bisa berkata apa-apa", entah kenapa sambil ramai berkata, dada ini jadi dag dig dug. Setelah itu lagi-lagi, teman-teman tidak bisa mengungkapkan apa-apa. Saat itu tiba-tiba saja aku berkata."
"Eh! Aku ingin mengatakan sesuatu."
Kalau datang ke sini selalu saja ada rasa penasaran.
"Disini kita tidur sama-sama, besok pagi, maukan melihat lagi matahari terbit? Untuk beberapa waktu, teman-temanku tidak mengerti apa yang aku katakan tadi, setelah itu mereka membalikan badan mereka dengan serempak. Untunglah kamarnya bertikar.
Saya pun bertanya-tanya, kenapa mereka membalikan badan dan tidak faham?
"Heeee, itu alasan yang sangat aneh. Kamu kan tidak mengatakan yang salah?"
"Huh, sudah ku duga, mama juga tidak mengerti. Kalau menunggu matahari terbit di tempat matahari terbenam itu salah. Mamah, ngerti?"
"Ohhh begitu. Matahari itu terbit dari timur dan terbenam dari barat kan yaaaa."
Akhirnya saya pun sepakat dengannya. :D
Hehe. Sekian. "Saya" dalam cerita ini adalah mamah dari Totto-chan itu sendiri :)
Comments
Post a Comment