Aku adalah salah satu orang yang sangat menjaga jarak dengan orang. Itu ku lakukan karena sebuah alasan. Kadang aku tidak merasa PeDe dengan keadaan diriku. Kadang juga karena aku takut ketika aku sudah akrab aku menyakiti mereka. Hingga sampai detik ini bila ditanya tentang,"Siapa sahabat dekatmu?" maka aku akan kebingungan. Aku tidak punya sahabat dekat. Di SMA, maupun saat di bangku kuliah. Aku terus menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dan tidak pula terlalu jauh. Aku masih menyimpan pola fikirku di masa lalu. Huft.
Lalu waktu mempertemukan aku dengan gadis pemalu, bernama Desi. Kami adalah dua wanita yang sama-sama pemalu. Dipertemukan Allah dengan pertautan rasa di hati. Ia pun gadis yang punya pola fikir tersendiri mengenai orang lain maupun dirinya. Jadilah kedekatan kami terhalang, karena dia memiliki pola fikir,"Lebih baik Desi menjauh." Aku hanya menghela nafas berat mendengar hal tersebut dari bibir kakak tercintanya. Namun aku terus optimis, bahwa semua itu tidak akan pernah terjadi bila Allah sudah berkehendak.
Aku memang bukan manusia yang paling mencintainya. Aku bahkan kadang suka membencinya. Ia selalu membuat hatiku merindu sih. Hehe. Tapi tak bertemu dengannya dalam jangka waktu yang lama adalah sebuah kesedihan bagiku. Aku sangat berharap Allah tidak akan menjauhkan aku, Anti, dengan Desi. Karena mereka adalah bagian dari titik-titik kebahagiaan dalam hidupku. Maka jika hal itu terjadi maka kebahagiaanku takkan pernah sempurna.
Dia selalu berbaik budi. Selalu bersabar meski gusar. Aku banyak belajar dari sosoknya yang menawan. Ia bukanlah wanita biasa. Aku melihatnya dari tingkah dan pola sikapnya. Dia kuat dalam menjalani hidupnya. Aku bahkan kalah kuat bila disandingkan dengannya.
Aku sangat rindu masa-masa aku naik motor dengannya menuju ke kosannya suatu malam. Bertemu dengan Anti disana dan saat itulah untuk pertama kalinya kami bertiga bertemu, juga untuk pertama kalinya aku main ke kosan orang yang jauh dari tempat kosku di Gerlong. Malam itu aku bertemu dengan bibi Anti yang berkuliah di UIN sana. Malam itu keinginanku dikabulkan kakak tercintanya, yakni pengen buah lengkeng. Malam itu aku senang, namun pada malam itu juga aku kesal. Sungguh campur sari dan campur aduk perasaanku malam itu. Hingga pagi menjelang aku amsih saja bertambah kusam. Suasana hati yang kacau membuatku tak pandai memantau dan mengontrol keadaan wajahku. Cemberut wajahku menjadi hiasan sepanjang perjalananku ke UIN SGD Bandung bersama mereka. Waktu yang ku jalani terasa sulit. Memang aku malu melakukan hal tersebut, tapi hatiku sudah tak kuasa tuk diajak berdiskusi. Sesampainya di rumah, aku menyesal luar baisaaaaaaaa! Sesampainya di rumah aku bersedih kenapa harus aku bersikap seperti itu? Memang aku masih belum bisa mengontrol rasa. Huduh. Sungguh itu adalah momment yang sangat luar biasa, yang entah kapan akan terulang kembali dalam memori. Aku sangat mencintai mereka. Mereka bak pelangi penghias hidupku. Canda tawa telah kami arungi. Semoga waktu yang diberi kuasa Tuhan menjadi perekat kedekatan kami kembali sautu saat nanti.
Hadirnya menyadarkanku akan arti sebuah rasa. Rasa yang harus terkontrol. Rasa yang harus selalu terkendalikan. Rasa yang tidak boleh merusak suasana. Aku ingin mengulang masa itu lagi ~_____~
Lalu waktu mempertemukan aku dengan gadis pemalu, bernama Desi. Kami adalah dua wanita yang sama-sama pemalu. Dipertemukan Allah dengan pertautan rasa di hati. Ia pun gadis yang punya pola fikir tersendiri mengenai orang lain maupun dirinya. Jadilah kedekatan kami terhalang, karena dia memiliki pola fikir,"Lebih baik Desi menjauh." Aku hanya menghela nafas berat mendengar hal tersebut dari bibir kakak tercintanya. Namun aku terus optimis, bahwa semua itu tidak akan pernah terjadi bila Allah sudah berkehendak.
Aku memang bukan manusia yang paling mencintainya. Aku bahkan kadang suka membencinya. Ia selalu membuat hatiku merindu sih. Hehe. Tapi tak bertemu dengannya dalam jangka waktu yang lama adalah sebuah kesedihan bagiku. Aku sangat berharap Allah tidak akan menjauhkan aku, Anti, dengan Desi. Karena mereka adalah bagian dari titik-titik kebahagiaan dalam hidupku. Maka jika hal itu terjadi maka kebahagiaanku takkan pernah sempurna.
Dia selalu berbaik budi. Selalu bersabar meski gusar. Aku banyak belajar dari sosoknya yang menawan. Ia bukanlah wanita biasa. Aku melihatnya dari tingkah dan pola sikapnya. Dia kuat dalam menjalani hidupnya. Aku bahkan kalah kuat bila disandingkan dengannya.
Aku sangat rindu masa-masa aku naik motor dengannya menuju ke kosannya suatu malam. Bertemu dengan Anti disana dan saat itulah untuk pertama kalinya kami bertiga bertemu, juga untuk pertama kalinya aku main ke kosan orang yang jauh dari tempat kosku di Gerlong. Malam itu aku bertemu dengan bibi Anti yang berkuliah di UIN sana. Malam itu keinginanku dikabulkan kakak tercintanya, yakni pengen buah lengkeng. Malam itu aku senang, namun pada malam itu juga aku kesal. Sungguh campur sari dan campur aduk perasaanku malam itu. Hingga pagi menjelang aku amsih saja bertambah kusam. Suasana hati yang kacau membuatku tak pandai memantau dan mengontrol keadaan wajahku. Cemberut wajahku menjadi hiasan sepanjang perjalananku ke UIN SGD Bandung bersama mereka. Waktu yang ku jalani terasa sulit. Memang aku malu melakukan hal tersebut, tapi hatiku sudah tak kuasa tuk diajak berdiskusi. Sesampainya di rumah, aku menyesal luar baisaaaaaaaa! Sesampainya di rumah aku bersedih kenapa harus aku bersikap seperti itu? Memang aku masih belum bisa mengontrol rasa. Huduh. Sungguh itu adalah momment yang sangat luar biasa, yang entah kapan akan terulang kembali dalam memori. Aku sangat mencintai mereka. Mereka bak pelangi penghias hidupku. Canda tawa telah kami arungi. Semoga waktu yang diberi kuasa Tuhan menjadi perekat kedekatan kami kembali sautu saat nanti.
Hadirnya menyadarkanku akan arti sebuah rasa. Rasa yang harus terkontrol. Rasa yang harus selalu terkendalikan. Rasa yang tidak boleh merusak suasana. Aku ingin mengulang masa itu lagi ~_____~
Comments
Post a Comment