Skip to main content

Posts

Showing posts from 2018

Rumah Mertua Vs Mengontrak Sendiri

Teman-teman, siapa di sini yang sudah menyandang sebagai istri atau suami? Acungkan tangannya! Apakah kalian salah satu pasangan yang masih tinggal di rumah mertua? Atau sudah mandiri dengan mengontrak sendiri?  Teman, saya enam bulan di rumah mertua dan sudah dua bulan mengontrak sendiri. Ada banyak keseruan di antara keduanya. Saya kupas satu-satu ya kelebihan dan kekurangan tinggal di kedua tempat tersebut. Yuk, kita mulai! Tinggal di Rumah Mertua Tidak ada yang salah kalau sepasang suami istri yang baru saja menikah untuk tinggal di rumah mertua. Pernikahan butuh proses bukan? Karena di luar sana banyak lelaki yang  belum punya rumah sendiri memutuskan untuk menikah. Mereka yakin akan janji Allah SWT dalam Alquran bahwa siapapun yang menikah akan Allah mampukan. Tinggal di rumah mertua, apalagi mertua dan jajarannya sangat baik tentu adalah sebuah anugerah terindah. Rezeki tak kasat mata dari Allah. Walau itu anugerah kalau lama-lama bisa jadi malapetaka bagi pasangan jika tidak p

Apa yang Allah Suka?

Bismillah Setelah salat asar tadi, saya termenung beberapa saat. Merenungi salat saya yang rasanya sangat biasa saja tanpa ruh. Merenungi kemenangan teman saya lolos tes CPNS Jatim. Merenungi kesuksesan teman saya mampu menaklukan dunia perkuliahan. Merenungi kelahiran anak saya beberapa bulan ke depan. Merenungi kisah Qabil & Habil yang saya baca di buku cerita anak-anak. Kira-kira, apa yang Allah inginkan dan sukai dari hamba-Nya? Saya merenung untuk beberapa saat. Kemudian saya dapatkan jawabannya. Allah menerima qurban Habil karena dia mengurbankan dombanya yang paling baik, paling gemuk, yang belum digunakan membajak, dan dipekerjakan. Sedangkan Allah tidak menerima qurbannya Qabil karena dia mempersembahkan sayuran yang jelek, biasa saja, dan bukan yang terbaik. Teman saya - qodarullah- lolos passing grade ujian CPNS di Jatim karena sebelum tes dia rajin latihan soal. Dia juga mengikuti tes ini yang kedua kalinya. Kemudian dia juga mumpuni dalam penguasaan materi bahasa Jepa

Ini Tentang Ponsel Pintarmu Itu

Ini tentang ponsel pintarmu. Kau bisa melakukan apa saja dengan menggunakan ponsel itu. Membaca koran, menonton televisi, berbelanja, narsis, menghujat, mengkomentari, dll; sungguh kau bisa melakukan segalanya hanya lewat jemari lentikmu.  Ini tentang ponsel pintarmu. Bahkan bayi kecil dan anakmu yang masih belum banyak mengenal nama-nama benda di dunia ini, sudah kau kenalkan ponsel pintarmu. Dia tampak nyaman bermain dengan ponselmu. Tanpa tertawa, tanpa berkedip menatap layar ponsel yang menampilkan beragam warna dan suara menarik. Kau bahagia melihat dia diam dan asyik dengan ponselmu. Kau rasa salah satunya jalan tepat memang memberikannya ponsel pintarmu. Ini tentang ponsel pintarmu. Anak-anak merengek kepadamu meminta izin ingin meminjam ponsel untuk main instagram, untuk membuat video boomerang, untuk memotret diri dengan beragam fitur bingkai. Kau memberikannya. Dia pun terus menerus merengek setiap hari meminta izinmu karena kecanduan bermain medsos. Bisa melihat segalanya d

Sabtu

Kala itu, saya masih duduk di bangku kelas tiga sekolah dasar. Rambut hitam saya terurai panjang sampai ke pantat. Kemeja putih dan rok merah yang saya kenakan siang itu benar-benar membuat saya bangga menjadi seorang anak dengan menyandang status "siswa" SD Alaswangi 03. Bu Amsah namanya. Beliau adalah guru Bahasa Indonesia yang memiliki sifat keibuan dan penuh kelembutan. Kami menghormati kewibaannya. Hari Kamis waktunya belajar bahasa! Semua anak diberikan tugas menulis nama-nama hari di kertas kemudian yang sudah selesai bisa langsung dipeunteun ke Ibu guru. Waktu mengerjakan habis. Semua anak berebut ingin diperiksa terlebih dahulu oleh si Ibu agar bisa istirahat dan jajan duluan. Hasilnya? Semua anak salah kecuali kertas nama-nama hari miliki seorang gadis kecil berambut hitam lebat yang terurai ke pantat itu.  Semua wajah keheranan dan bertanya-tanya.  "Apa yang salah dari hasil kerjaku, Bu? Rasanya betul semua. Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat, Saptu, Minggu. K

Money

Kala pagi sudah tersingkap, deru motor menyala, mesin mobil mengepul, gerobak-gerobak bergerak. Semua memulai penghidupan. Pagi telah tersingkap maka rezeki siap terjemput. Ya, begitu. Rutinitas yang kudengar setiap pagi. Orang-orang terbangun dan mulai bergerak menjemput rezekinya di hari yang baru. Ada yang menjemput sejak subuh ada pula yang memulainya di waktu siang bolong sampai malam yang buta. Perut yang kosong sudah terisi demi menjemput rezeki. Kantong uang yang sepi kelak jam demi jam akan terisi oleh gelundungan receh dan uang kertas yang kucel.  Badan yang sudah harum tersiram sabun kelak akan meleleh kemudian luruh tergantikan peluh keringat yang menyengat. Tak mengapa semua demi keberlangsungan hidup.  Jemari-jemari kekar, terbakar, legam, kadang-kadang kutemui menjulurkan uang recehan yang masih "hangat" itu untuk menebus pulsa yang kukirimkan.  Ya, serpihan-serpihan receh dan uang kertas lusuh yang dicari sedari subuh tadi nyatanya harus kembali ditukar denga

Amazing Mom

Dalam gelap ibu bangun saat anak di sampingnya menangis lapar. Dalam kesulitan ibu tidak sama sekali menampakan wajah khawatir di depan anak-anaknya. Entah belajar dari mana ibu perkara macam itu semua yang jelas setara dengan sepuluh orang pria di dunia kekuatannya. Sob, saya tidak habis pikir dengan kekuatan seorang ibu juga tentunya seorang bapak. Seorang ibu bisa melakukan apa saja demi kelangsungan hidup anak-anaknya. Dia rela bekerja banting tulang mengganti atau membantu kepala keluarga. Dia juga rela meminjam, menghutang ke tetangga seliter beras saat kesulitan melanda rumah tangga. Berharap anak-anaknya tak menangis menganga karena kelaparan. Sob, saya saat ini tengah mengandung buah cinta. Perdetiknya saya dibuat kagum pada keajaiban seorang ibu mengandung, melahirkan, menyusui, merawat, membesarkan anaknya. Tidak hanya itu, seorang ibu juga masih memiliki peran lain yakni sebagai istri yang harus merawat, melayani, dan menjadi kepala rumah tangga di rumah suaminya. Kondisi

TIPS CANTIK: MUDAH & HEMAT

Jika kita berbicara cantik, mungkin yang terbayang dalam imajinasi kita seorang wanita putih tinggi bersih wajahnya tak bernoda. Berhidung mancung, berbulu mata lentik dan berbibir tipis. Jika, ya seperti itu maka betapa standarnya cantik di otak kita. Banyak orang yang terdoktrin gambar dan tontonan terkait makna cantik. Selain itu juga kontes-kontes yang mengusung tema kecantikan menjadi sebuah hiburan besar di mana-mana. Kecantikan banyak dijual dalam berbagai iklan. Bahkan iklan motor pun dihiasi wanita yang "cantik". Rasanya tidak ada hubungannya sama sekali. Sehingga mind set yang tertanam dalam benak masyarakat terbentuk bahwa cantik itu seperti mereka yang di iklan, di sinetron, di kontes-kontes kecantikan, yang dipertontonkan, dikonsumsi semua mata, mata para ajnabi. Laa hawlaa walaa kuwwata illa billah!!! Tetapi, Islam memandang cantik dengan versi yang berbeda dari apa yang orang kebanyakan pandang. Islam selalu memandang sesuatu dari sudut pandang yan

I Love What I Have Today

What a cute baby girl!!! Alea! Guys, semakin majunya perkembangan teknologi baik itu dari segi elektronik sampai pada kecantikan membuat seseorang banyak memanfaatkan kecanggihan teknologi tersebut dalam kehidupan. Sebut saja misalnya terkait make up. Semenjak bertaburannya pengguna instagram di dunia maka sejak itu pula informasi apa pun mudah ditemukan. Tidak terkecuali tutorial make up yang benar-benar eduuun! Sekarang banyak MUA (akronim dari make up artist ) bermunculan. Ada yang benar-benar merubah wajah seseorang menjadi seperti boneka ada pula yang memang mengusung riasan alami dan natural.  Salah satu MUA terkenal di jagat Instagram yaitu adalah Fatimah Azzhara (maaf kalau salah). Beliau seorang akhwat muslimah yang masih muda namun kemampuan meriasnya sangat layak diperhitungkan. Bahkan dia sudah sering mengisi pelatihan-pelatihan terkait merias ke luar negeri. Dia terkenal karena mampu menghasilkan riasan mirip Barbie. Wajah yang kucel, kumel, dan kudel (halah!) sebelum diri

Jadi lah Diri Sendiri

Saat mengunggah sebuah foto di media sosial sebagian kita kadang hanya ingin foto-foto dengan latar belakang yang bagus, ciamik, top of the top pokoknya yang terunggah. Atau bela-belain memoles dulu wajah dengan bedak dan blash on agar wajah berminyak tidak tampak di layar ponsel dan bermedsos pun jadi seru karena banyak notifikasi masuk dari yang menekan tombol hati pertanda disukai dan berkomentar. Pokoknya, segala cara dilakukan demi mendapatkan hasil gambar yang memuaskan. Entah memuaskan siapa sebenarnya. Padahal saat kita unggah foto dengan menyebutkan lokasi atau posisi kita tidak semua khalayak suka dengan apa yang kita unggah. Jika tujuan utamanya agar dianggap keren, beken, gaul, dan seambreg harapan dipuji lainnya, uhhh betapa capeknya kita berurusan dengan media sosial? Harus begini begitu dahulu. Kenapa tidak apa adanya saja, sih? Gambar apa adanya tanpa memaksa harus keren dan beken. Foto yang biasa dan sederhana juga sebenarnya tidak masalah, asal dia bermanfaat, WHY

Terimakasih, Sayaaang

Dalam kegelapan yang digemuruhi oleh dentingan hujan yang syahdu, daku hendak mengungkapkan kebahagiaan kecil yang menggunung di dalam sukma.  Cinta yang didapat setelah pernikahan memang amat lah jauh berbeda dengan cinta yang didapatkan dari hubungan sebelum akad alias pacaran. Saya sungguh tidak layak menyamakannya sebab samasekali jauh jaraknya bak langit dan bumi. Tidak untuk disamakan. Cinta yang didapat dari pernikahan amat berharga dan suci. Dihiasi rida Ilahi dan dikalungi kasih Ilahi dalam setiap gerak-geriknya. Berbeda sekali dengan cinta yang didapat dari pacaran malah setiap gerak-geriknya dihitung sebagai dosa berzina. Naudzubillah! Cinta dalam pernikahan muncul dari langit sebab keridaan Ilahi atas bersatunya dua insan yang takut akan melakukan dosa jika tidak berstatus halal. Sungguh indah dan tak mampu dilukiskan dengan kata-kata keindahan cinta yang diraup dari pernikahan yang suci. Dia laksana sumber mata air yang mengalir deras. Bersih, bening, suci, mensucikan, se

Babak Baru Kehidupan

Taken by Google Setiap episode kehidupan akan beranjak setiap waktu. Entah itu mereka menemukan episode awal, klimaks, atau pun akhir. Tidak ada yang tahu kapan episode seseorang akan berakhir, itu merupakan poin penting dari akhir sebuah kehidupan, biar  surprise!   Setiap orang selalu menemukan babak baru dalam kehidupannya. Entah itu kehidupan baru sebagai seorang istri, mahasiswa, ibu, atau bahkan seorang anak. Setiap saat setiap waktu kadang seseorang harus berganti peran dengan tiba-tiba untuk menyesuaikan demi kehidupan babak barunya. Tentu banyak pula kumpulan rasa yang tercipta dari setiap episode kehidupan di setiap babaknya. Entah itu haru, bahagia, sedih, kecewa, atau merana. Semua episode yang terbingkai dalam babak baru akan selalu memberikan warna dan hikmah untuk kehidupan itu sendiri. Menjadi khazanah dan ensiklopedi ilmu kehidupan yang tidak diajarkan di instansi pendidikan formal. Kita membutuhkan banyak ilmu demi menghadapi setiap babak baru kehidupan,

KAJIAN SUBUH BERSAMA UAH

Semalam adalah jadwal menginap di rumah Mamah (mertua). Ya, setiap malam Ahad, kami akan berkunjung setelah selesai berdagang di rumah kontrakan. Menginap kemudian subuh kembali lagi ke kontrakan karena harus buka lapak. Namun, semalam kami bangun dengan berat pada pukul setengah empat, ya dipaksa bangun walau masih berat demi mengikuti kajian Ustadz Adi Hidayat atau biasa orang mengakronimkan dengan "UAH". Singkat cerita, setelah menyikat gigi dan berwudu kami segera berangkat. Waktu menunjukan pukul empat subuh hari. Ya, jujur ini pengajian subuh pertama yang saya alakoni selama tinggal di Bandung dan berstatus istri. Kalau suami sudah sering ikut diajak tetangganya. Wajar baru kali ini bisa ikut, sebab kondisi badan dan kejiwaan (halah! maksudnya kondisi keimanan) sedang terhangatkan oleh kehadiran si kecil di perut.  Pagi masih buta, jalanan juga masih sepi, orang-orang sedang lelapnya tertidur di kasur, kami berangkat. Kupikir jam segini pasti masih sepi seb

Memburu Cacing Merah

Taken by Google Cacing? Wadaw. Geli!  Mendengarnya saja bulu kuduk sudah berdiri dan tiba-tiba menjadi parno, khawatir merayap di kaki. Wah, wah, wah. Apa hanya saya saja di sini yang merasakan kegelian itu? Apa kalian juga? Semoga iya, biar ada teman, hehe. Ya, sejak menempati rumah kontrakan di pinggir jalan Ciampel, aku dan suami dibuat sibuk "membersihkan" ruangan yang dulu dipakai oleh pedagang fried chicken . Terutama kamar mandi! Perjuangan membersihkan kamar mandi cukup membuat jiwa dan raga terkuras. Bagaimana tidak, kamar mandi yang akan dipakai setiap hari ini tampak kotor, bau, dan sangat menjijikan karena dihuni juga oleh makhluk lain yakni ... cacing merah! Ew! Aku, sih, cukup stress menghadapi cacing manakala akan masuk ke kamar mandi. Suami? Adem ayem. Prok prok banget untuknya. Antara malas dan butuh. Malas ke kamar mandi karena jijik melihat makhluk Allah yang panjang berair itu. Tapi, aku butuh kamar mandi untuk keperluan sehari-hari.