Skip to main content

KULWAP Membangun Peradaban di Rumah Bersama Ustaz Harry Santosa Part 1

الحمد لله رب العالمين والصلاه والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلم
Saat menulis ini, Zidan sedang tidur dan suami Jumatan. Tinggal lah Mamak sendiri menjaga rumah. Hehe. Mau masak belum semangat karena masih kepikiran sesuatu. Kepikiran mau mengawetkan ilmu di sini bekas kulwap kemarin.
Jadi, aku gabung di WAG (WhatsApp Grup) Ummahat Mengaji. Di sana kumpulan Emak-emak yang rindu dan haus ilmu, Gaes. Buktinya, ada info challenge, diembat. Ada info kulwap diembat. Beuh, pokoknya. Emak-emak militan masalah ilmu. Keren benerrr.
Nah, mengambil istilah salah satu member di WAG tersebut yang mengatakan bahwa setiap perkataannya adalah daging alias bermakna semua, maka saya tidak ingin membiarkan ilmu tersebut tercecer di WAG saja atau di "Pesan Berbintang" yang kalau ganti WA baru pasti bakalan hilang.
Saya abadikan di sini, ya, Mak. Buat kita kelak. Buat siapa saja silahkan. Asal harus bertanggung jawab ya menyatakan sumbernya. Siappp? OK kita mulai.
Jadi, Kulwap tempo hari itu dimoderatori oleh seorang ibu dua anak yang aktif di Kuttab (tahukan Kuttab?), he. Namanya Mbak Lelly (Ig @lelly.ha). Beliau pandai sekali membawa Kulwap malam itu menjadi kulwap yang hidup dan bergairah. Baru kali itu sih saya ikutin Kulwap dan ketagihan. Hehe.
OK. Sebagai prolog, kami diberikan artikel tentang Peradaban di Rumah. Apa itu peradaban? Berasal dari manakah kata peradaban? Bagaimana agar bisa menciptakan Peradaban di Rumah? dll yang dengan modal prolog itu, moderator membuka untuk penanya. Dan wow penanya dapat hadiah buku Ustadz tersebut! Nyesel gak nanya. Hehe.
Baik, langsung saja ya aku share prolognya di sini. Tanpa aku tambah dan kurangi.
Selamat membaca بسم الله الرحمن الرحيم
*Membangun Peradaban dari Rumah*
Rumah adalah satuan kelompok terkecil di dalam masyarakat. Jika rumah rumah melahirkan orang orang baik  maka secara kolektif menjadi baiklah sebuah peradaban. Jika rumah rumah melahirkan orang orang buruk, maka menjadi buruklah peradaban.
Sebagaimana pendapat seorang Ulama, *"kaifa takuunu yuwalla ilaikum"* ,
Artinya, seperti apa kondisi kalian, maka seperti itulah masalah kalian atau pemimpin kalian.

Jadi masalah atau pemimpin suatu bangsa ada di sekitar karakter atau akhlak kolektifnya. Maka apabila masalah atau pemimpin suatu bangsa atau suatu peradaban buruk, itu bukan diakibatkan di luar sana tapi diakibatkan rumah rumah kita gagal melahirkan manusia yang beradab.
Karenanya, rumah harus menjadi *the center of excellent*, menjadi pusat kehebatan dalam melahirkan orang orang berkarakter atau beradab (memiliki adab) terbaik, dengan peran peran peradaban terbaik dengan karya karya peradaban terbaik sehingga menjadi peradaban yang cemerlang, menebar rahmat bagi semesta.
*Adab dan Peradaban*
Peradaban berasal dari kata Adab. Maka hebatnya peradaban bukan diukur dari dari banyaknya orang pandai dan bergelar tinggi, tetapi diukur dan diukir dari lahirnya banyak peran peran peradaban dan karya karya peradaban dengan semulia mulia adab.
Kata kuncinya 2 yaitu peran peradaban dan adab. Maka agar mencapai peradaban seperri di atas diperlukan sebuah model pendidikan peradaban, yang membawa dan mengantarkan generasi peradaban kepada dua hal tadi yaitu peran peradaban yang beradab.
Tahun 1977 pernah ada konferensi pendidikan Islam di Mekah. Dalam konferensi itu disimpulkan bahwa kwmunduran peradaban Islam hari ini bukan disebabkan masalah ekonomi, sumberdaya alam dll tetapi disebabkan oleh *the lost of adab* atau hilangnya Adab. Kemudian setelah digali lebih jauh, penyebabnya adalah karena para orangtua masa kini umumnya meninggalkan pos mendidik anak anaknya di rumah.
*Rumah Garis Belakang yang Rapuh*
Ibarat Perang Uhud, semua usaha perjuangan dakwah hari ini banyak terkuras ke pusat kekuasaan, semua turun ke gelanggang politik, bukan tidak boleh, namun garis belakang yaitu rumah rumah kaum Muslimin luput dari penjagaan.
Akibatnya, seperti di Indonesia, kasus perceraian mencapai angka 50 keluarga per jam, belum kasus kekerasan di dalam rumah tangga baik verbal dan non verbal. Anak anak jika sudah disekolahkan di sekolah Islam atau di Boarding School kan seolah selesai pendidikannya, padahal kita semua tahu bahwa wellSchooled (tersekolahkan dengan baik) belum tentu wellEducated (terdidik dengan baik).
Rumah rumah kita diserbu tanpa ampun oleh pornografi, LGBT, Narkoba, Depresi, Kecanduan Game, Bully dll. Hari ini banyak anak anak gagal didik dikarenakan para orangtua hanya pandai menitipkan anak dan menekan anak.
*Lalu Bagaimana Pendidikan yang melahirkan Peran Peradaban dan Adab?*
Dalam Islam, istilah pendidikan mencakup 3 hal, yaitu Tarbiyah, Ta'dib dan Ta'lim. Ketiganya jika diterjemahkan bisa diartikan sebagai pendidikan. Namun jika dibreakdown, memiliki dimensi yang berbeda.
*Tarbiyah* berarti merawat, menumbuhkan, membangkitkan dstnya. Apa yang dirawat? Fitrah. Gurunya disebut Murobby. Fitrah tidak diajarkan atau dibentuk tetapi dibangkitkan dari dalam (inside out) karena fitrah sudah Allah instal dalam jiwa manusia, hanya memerlukan aktifasi karena ada di alam tak sadar. 
Tarbiyah ini kelak mengantarkan ananda dari fitrahnya kepada Peran Peradaban (Daurul Hadhoriyah)*

*Ta'dib* berarti memuliakan, mengadabkan, memartabatkan dstnya. Apa yang dimuliakan? Adab. Gurunya disebut Mu'adib. Adab adalah nilai nilai atau value yang diambil dari Kitabullah. Adab sering dimaknakan dengan etika, disiplin dll, padahal lebih dari itu, adab adalah perbuatan yang bermartabat, berderajat, mulia sesuai dengan konteks intelektualias, kondisi dsbnya. 
*Fitrah dan Adab ibarat benih dan buah*, Kitabullah adalah panduan atau juga pupuknya agar benih menjadi buah yang indah. Ibnu Taimiyah rahimahullah menyebut bahwa fitrah yang diinstal dalam diri manusia disebut fitrah alGharizah, sementara Kitabullah disebut Fitrah alMunazalah. Itu artinya bahwa Fitrah dan Kitabullah kompatibel, atau maknanya, apabila fitrah anak anak kita tumbuh paripurna maka ia akan mudah menerima Kitabullah sebagai panduannya.
*Ta'lim* berarti mengilmui atau mengajarkan Ilmu. Gurunya disebut Mu'alim. Ini jelas *outside in* atau pemberian pengetahuan atau keilmuan.Ta'lim akan mudah apabila fitrah tumbuh baik dan adab mulai terlihat. Karenanya ada istilah Adab sebelum Ilmu.
Tarbiyah, Ta'dib dan Ta'lim ini kewajiban orangtua, kecuali ta'lim apabila tidak memiliki ilmunya. Misalnya ananda ingin menjadi ahli hadits, secara keilmuwan orangtua tidak berlisensi atau tidak punya kemampuan dalam bidang ilmu hadits, maka boleh dioutsourcing ke Ulama Hadits. Namun membuat anak jatuh cinta dan beradab pada Rasulullah SAW dan para Sahabat radhiallahu anhum adalah kewajiban para orangtua.
*Peran Rumah dalam Mendidik untuk Melahirkan Peran Peradaban dan Adab*
Sepanjang sejarah, peran mendidik ada di rumah, lalu bergerak ke jama'ah atau komunitas. Mendidik berbeda dengan Menyekolahkan, karena mendidik meliputi aspek Tarbiyah, Ta'dib dan Ta'lim, yang ketiganya memerlukan peran Ayah dan Ibu, yang tak bisa didelegasikan kepada siapapun.
Ada 8 Fitrah yang harus ditumbuhkan sehingga melahirkan Peran dan Adab
1. *Fitrah Keimanan*, jika ditumbuhkan dengan sungguh sungguh sesuai tahapannya, maka akan melahirkan peran *change maker* alias peran penyeru kebenaran untuk perubahan. Makna perubahan adalah mengembalikan segala sesuatu kepada yang Allah ridhai. Ini adalah *Adab kepada Allah, RasulNya dan kaum Mukminin* sebagai rahmatan lil alamin
2. *Fitrah Bakat*, jika ditumbuhkan dengan sungguh sungguh sesuai tahapannya, maka akan melahirkan peran *solution maker* alias peran memberikan solusi untuk perubahan dalam rangka menolong agama Allah dengan memberikan karya solutif. Ini menjadi Adab pada Ummat dengan memberi sebesar manfaat atas solusi tsb
3. *Fitrah Belajar dan Bernalar*, jika ditumbuhkan dengan sungguh sungguh sesuai tahapannya, maka akan melahirkan peran *innovation maker* alias peran untuk senantiasa melakukan inovasi kepada solusi untuk perubahan. Ini menjadi Adab pada Ulama, Ilmu dan Alam.
4. *Fitrah Seksualitas*, jika ditumbuhkan dengan sungguh sungguh sesuai tahapannya, maka akan melahirkan peran *regeneration maker* alias peran mendidik generasi atau anak & keturunan untuk melanjutkan perjuangan perubahan di atas. Ini menjadi Adab pada Keluarga, Pasangan, Anak dan Keturunan.
Masih ada 4 peran lagi dari 8 aspek fitrah, insyaAllah kita bahas kemudian.
Demikian, diharapkan dengan dimulai dari tarbiyah yang baik, maka fitrah akan tumbuh indah menjadi aktifitas yang baik dan peran yang baik. Kemudian dilanjutkan dengan ta'dib yaitu panduan nilai nilai Kitabullah sehingga aktifitas dan peran atas fitrah menjadi beradab. Maka ilmu akan jauh lebih mudah diajarkan sehebat apapun.
Salam Pendidikan Peradaban dari Rumah
#fitrahbasededucation
Nah, sudah dibaca? Cukup panjang, ya. Gak masalah. Resapi saja, ya. Setelah itu kelas dimulai dengan diawali moderator mengundang pemateri ke grup. Setelah masuk, beliau menyapa kami kemudian moderator langsung mengajukan pertanyaan yang sebelumnya sudah tertampung.
Berikut Mamak tampilkan. Selamat membaca. 
Minta ke Allah dimampukan paham ya.

بسم لله الرحمن الرحيم الحمد لله رب العالمين والصلاه والسلام على رسول الله صلى الله عليه وسلم
Maaf, sebelum ke tanya jawab, sang pemateri menanggapi prolog terlebih dahulu. Berikut petikannya.
Baik, semoga teman teman sudah membaca materi pengantar dari saya.

Intinya adalah bahwa peradaban akan tegak apabila pendidikan peradaban (tarbiyah hadhoriyah) mampu mengintegrasikan ke 4 elemen peradaban (manusia, tanah, waktu, sistem hidup) untuk mengantarkan generasi peradaban (jailul hadhoriyah) mencapai peran peradaban (daurul hadhoriyah) terbaik dengan semulia mulia adab.
Dan satu satunya tempat pendidikan peradaban terbaik adalah rumah, kemudian secara kolektif membangun jaringan komunitas rumah (jama'ah) sehingga tercapailah peradaban terbaik yang dimaksud.
Tentunya mensyaratkan peran KeayahBundaan yang sesuai fitrah, merdeka (independen) dan berani sebagai bagian dari Aqidah yang kuat.
Demikian ✅
Nah, baru ini pertanyaan. Check it out!!!
*Pertanyaan 1*
Nama : Carina
Asal : Medan
Pertanyaan: 
Bagaimana cara mengatur waktu untuk mendidik anak di rumah sedangkan saya adalah working mom? Ketika sudah sampai rumah, saya harus dihadapi dgn pekerjaan rumah dan barulah malamnya mempunyai waktu sedangkan saya sudah terlalu lelah dan anak-anak juga sudah mengantuk.

Jawaban beliau.
1⃣bunda Carina yang baik,
Memang kendala ummat Islam hari ini adalah sistem ekonomi yang menjebak, sehingga suami istri harus bekerja meninggalkan rumah. Suami Istri hasil sistem persekolahan, umumnya urban ke kota besar, dan jelas tanpa warisan yang memadai mereka akan tinggal jauh di pinggiran dan harus bekerja ke tengah kota. Parahnya berangkat sebelum anak bangun dan pulang setelah anak tidur. Worklife yang seharusnya 1/8 dari waktu manusia, menghabiskan 5 hari dalam sepekan, sehingga kehidupan lainnya (7/8) seperti family life, social life, spiritual life, learning life, healrh life, aesthetic life, growth life ditumpuk di hari Sabtu dan Ahad. Akibatnya anak sdh menjadi yatim sebelum waktunya, kehidupan menjadi tak bahagia dan tak seimbang sehingga banyak terjadi perceraian, anak gagal didik dsbnya. 
Orangtua yang demikian, maka anaknya akan lebih banyak dititipkan lagi di sekolah, dan kabar buruknya adalah anak2 mereka akan menjalani kembali kehidupan seperti orangtuanya, karena mereka tak punya role model yang baik dalam mendidik dstnya. Ini yang disebut siklus kezhaliman yang terus menerus antar generasi.
Maka, jika kita menginginkan peradaban anak anak kita cemerlang di masa depan, maka siklus kezhaliman ini harus diputus dari sekarang. Ini harus menjadi keyakinannya, tapi tentu harus punya strategi yang matang.
Saran saya
1. Rancanglah kegiatan untuk Sabtu Ahad untuk menumbuhkan semua fitrah ananda
2. Eksekusi kegiatan bermakna sesuai rancangan pada weekend atau hari libur. Jangan egois ketika weekend. Banyak juga kegiatan weekend hanya jalan jalan mengentaskan stress orangtuanya bekerja bukan dirancang serius untuk menumbuhkan fitrah anak 
3. Manfaatkan teknologi informasi utk video call setiap saat dengan ananda, jadikan tempat curhat terbaik selama meninggalkan ananda. Bisa dischedule di waktu istirahat atau break
4. Jika sepasang suami istri bekerja, perlu dipersiapkan setahun sampai dua tahun ke depan agar, mencari nafkah lebih smart, yang waktunya lebih banyak utk keluarga namun penghasilannya lebih besar dan berkah 
5. Berkomunitaslah sehingga bisa saling bergantian merawat ananda dan tidak merasa sendiri mendidik anak. Sekolah atau tidak 
Sekolah, tidak mengurangi sedikitpun kewajiban mendidik fitrah dan adab ananda.

*Pertanyaan 2*
Nama: Litha
Asal: Jakarta
Pertanyaan: bagaimana cara untuk menguatkan prinsip dasar atau akar keluarga inti, saat berada di rumah saudara yang terkadang beda prinsip dasar dengan kita, tanpa menyinggung perasaan orang lain?

Jawaban beliau.
bunda Litha yang baik,
Dalam Islam ada yang namanya Kebenaran dan ada yang namanya Kebaikan. Prinsip Hidup bicara Kebenaran, namun di ruang publik Kebenaran harus ditampilkan dalam Kebaikan. Makin kita bisa menunjukkan bahwa Kebenaran yang kita yakini bisa berwujud menjadi Kebaikan yang besar dengan banyak manfaat, maka orang makin respek dengan keyakinan kita. Itulah mengapa Rasulullah SAW walaupun dimusuhi secara prinsip keyakinannya, namun diakui sebagai orang yang baik. Bahkan ketika hijrahpun, sebelum hijrah Beliau SAW mengembalikan barang2 yg dipercaya dititipi kepada Beliau.
Apabila yang dimaksud dengan pendidikan anak, maka dimanapun kita berada, sebagai orangtuanya, otoritas pendidikan ada di tangan kita. Apabila terjadi benturan, maka sebaiknya berpisah atau menyampaikan prinsip kita. ✅

Lanjut pertanyaan 3
Nama: Windi Rayina Rosa
Asal: Klaten
Pertanyaan: Bagaimana mengajak/menyadarkan ayah, yang notabene mereka adalah pemimpin keluarga, bahwa mendidik anak itu juga membutuhkan peran beliau? Ini biasanya terjadi pada ayah2 yang terlampau cuek, jarang bermain dan berkomunikasi dengan anak2nya, sibuk dengan urusannya sendiri, tapi galak kalo anaknya berbuat salah sedikit.
Apakah kalau hanya peran ibu saja sudah cukup untuk membangun peradaban yang baik di dalam rumah?

Jawaban beliau.
3⃣bunda Windi Rayina Rosa yang baik,
Peran Ayah dan Ibu harus berjalan seiring karena keduanya penting, tidak bisa sendirian. Namun seringnya kondisi tidak ideal, para Ayah hari ini, mohon maaf, umumnya malas terlibat mendidik anak, membatasi perannya hanya cari nafkah itupun kadang kurang tangguh dstnya. 
Maka saran saya
1. Jangan menunggu suami sadar, Bunda, bahagiakan dir bunda dengan membersamai ananda dengan seru, semoga Ayah cemburu dengan kebahagiaan bunda dan anak anak. 
2. Sementara melakukan hal no 1. coba sadarkan suami lewat orang lain yang dihormati suami. Banyak suami tak mau mendengar nasehat istrinya, karena ego dsbnya. Bisa juga ajak kunjungan ke keluarga yang sukses mendidik anak. Bisa juga libatkan ke komunitas agar terinspirasi. 
3. Sementara melakukan no 1 dan 2, bunda coba gali penyebab mengapa suami demikian. Jika kita sibuk dengan "bagaimana" maka solusinya hanya temporer, tetapi sibuklah dengan menggali mengapa suami demikian. Umumnya suami yang cuek dengan anak biasanya suami yang tak bahagia dan tak selesai dengan dirinya, penyebabnya beragam, bisa karena masalah aqidah, ia tak merasa mendidik anak bagian dari aqidah. Bisa juga karena salah karir atau salah bisnis atau overload pekerjaan sehingga tak fokus dengan anak. Bisa juga karena masa kecilnya tak punya sosok ayah yang baik, sehingga tak punya idea menjadi ayah yg baik. Bisa juga karena, egonya cidera, banyak dimarahi dan dikendalikan ketika masa anak, shg egois atau peragu. dsbnya. Setelah ketemu penyebabnya, silahkan digali lebih dalam akar penyebabnya. Semakin dalam mengetahui akibatnya, semakin tajam solusinya. 
4. Banyaklah mendoakannya, jangan memusuhinya, banyaklah bangun malam utk meminta kepada Allah dengan rewel agar Allah intervensi menyadarkannya. Allahlah yang membolak balikan hati manusia bukan? ✅

*Pertanyaan 4*
Nama: Septiana
Asal: Purwokerto
Pertanyaan:
Terkait kewajiban orang tua di bagian Tarbiyah dan Ta'dib,,sesuai ajaran islam kah bilamana peran tersebut digantikan semuanya di pesantren (misalkan anak kita memilih mondok saat usia 7th)?

Jawaban beliau.
4⃣bunda Septiana yang baik
Silahkan saja dipondokkan, sepanjang ada pengganti sosok ayah dan sosok bunda di pondok, sampai usia 15 tahun. Seorang anak membutuhkan sosok ayah dan sosok ibu yang tentu bisa menjadi murobby dan muadibnya yang telaten dan penuh cinta, sampai usia 15 tahun.
Saya selama 5 tahun mempelajari berbagai konsep pondok pesantren, termasuk pesantren leluhur saya di Ciamis, ternyata di masa lalu ponpes hanya menerima anak yang sudah usia aqilbaligh sekitar usia 14-15. Jika di bawah usia itu biasanya anak yatim, dan mereka tidurnya di rumah Kyai dan Nyai bukan di asrama.
Sebagai contoh di Jogjakarta, ada ponpes Muhammadiyah pertama, Mualimin Mualimat. Dulu ini adalah semacam pendidikan untuk Guru yang dipersiapkan sebagai kader Muhammadiyah untuk dikirim ke daerah2 pelosok di Indonesia. Sekarang menjadi tsanawiyah dan aliyah, dan yang menarik adalah utk tingkat tsanawiyah tidak diboarding atau diasramakan tetapi dihomestay kan. Homestay maksudnya, ada rumah dengan sosok ayah dan sosok ibu dengan maksimal 10 anak untuk setiap rumah. 
Nah saran saya sebaiknya dipondokkan paling cepat usia tsanawiyah namun dengan sosok ayahibu yang lengkap, karena ananda butuh sosok ayah dan sosok ibu sampai usia 15 tahun.
Saya mempelajari kasus2 anak yang diboarding terlalu cepat, ketika dewasa mengalami berbagai hal seperti kecemasan, membenci perempuan, menolak hubungan dekat dsbnya. 
Lagipula buat apa dalil2 alQuran dan alHadits tentang pentingnya mendidik orangtua, jika semuanya dititipkan? Lalu apa yang kita jawab di akhirat kelak? Karena kitalah yang akan dimintai pertanggungjawaban tentang anak kita bukan siapa siapa ✅

Moderator: Kitalah yang akan dimintai pertanggungjawaban tentang anak kita.
Jadi untuk usia dibawah 15tahun memang sebaiknya lebih banyak bersama dengan orang tuanya? Begitu ya ustadz?
Ustadz: saran saya begitu, sudah banyak kasus, kecuali pondoknya menyediakan Murobby dan Muadib yang sangat baik. Setahu saya jarang ya, karena biasanya hanya ustadz dan ustadzah untuk ta'lim
Lanjut pertanyaan ke 5
*Pertanyaan*
Nama: pupah 
Asal: Pamulang
Pertanyaan:
1. Mengenai beberapa fitrah yg sudah dijabarkan, apakah ada urutan nya dalam hal proses pendidikan nya ? Misal, pertama harus fitrah A ini dulu, kemudian fitrah B. 
Atau semuanya harus sejalan?

2. Apakah membangun peradaban dari rumah ini, murni tugas ibu atau ayah & ibu ? Jika kondisi nya ibu lebih banyak / dominan membersamai anak.
Terimakasih
Jawaban beliau.
5⃣bunda Pupah yang baik,
1. Semua aspek fitrah harus tumbuh bersamaan, namun untuk tiap fitrah ada golden age nya masing masing. Untuk fitrah keimanan dan fitrah estetika bahasa, golden agenya pada usia 0-6 tahun, untuk fitrah belajar dan bernalar pada usia 7-10 tahun, untuk fitrah bakat golden agenya pada usia 11-15 tahun, untuk fitrah seksualitas dan fitrah jasmani golden agenya ada di sepanjang usia anak, untuk fitrah individualitas dan sosialitas maka golden age individualitas di usia 0-6 tahun, dan sosialitas di usia 11 - 15 tahun. 
2. Masing masing ada perannya dan harus sinergi. Jika ibu lebih dominan, maka akan banyak pengaruhnya, buruk untuk ibunya (menjadi keayahan, sumbu pendek, pencemas berat, dll) dan buruk untuk anaknya ✅

*Pertanyaan 6*
Nama: Ina
Asal: Serang
Pertanyaan:
bagaimana kita sbg orang tua menjelaskan pendidikan seksual kepada anak dgn penjelasan yg islami? kadang anak2 mulai bertanya bagaimana aku bisa ada di perut ibu? gimana cara Allah bisa memberi aku adik? kenapa aku dilahirkan sbg perempuan? dll. terima kasih

Jawaban beliau.
6⃣ bunda Ina yang baik,
Pendidikan seksualitas dalam Islam lebih kepada bagaimana seorang anak lelaki menjadi lelaki sejati dan bagaimana seorang anak perempuan menjadi perempuan sejati. 
Proses terkait reproduksi dijelaskan sesuai tahapan usia, jika di bawah usia 7 tahun lebih kepada aqidahnya, misalnya mengapa aku ada di perut ibu, maka jelaskan bahwa Allah yang meletakkan di sana. Jika usia 7 - 10 tahun, maka jelaskan sesuai nalarnya, bahwa ada pernikahan dan pertemuan ayah dan ibu sehingga terjadi pembuahan, cukup sampai di sini. Ketika usia 11 - 15 tahun, ceritakan bahwa terjadi proses pembuahan yang diawali pernikahan yang syar'i dstnya, tanpa dijelaskan detail anak usia di atas 11 insyaAllah akan paham. 
Namun ingat pendidikan fitrah seksualitas bukan itu, tetapi persiapan menjadi ayah dan menjadi ibu yang baik, menjadi suami dan menjadi istri yang baik. Hal ini tak pernah diagendakan serius dalam pendidikan kita, umumnya hanya fokus kepada otak dan bakat semata. ✅

Semoga terjawab ya mbak Ina.
*Pertanyaan 7*

Nama: Neneng Mida
Asal: Bekasi
Pertanyaan:
Bagaimana cara mengenalkan adab tanpa menjadikannya batasan eksplorasi anak yang nantinya malah membuat anak merasa serba tidak boleh..
Misal : anak makan kue yang disajikan tuan rumah ketika bertamu smp habis atau anak berlari2 ketika d dlm kereta.

Jawaban beliau.
7⃣bunda Neneng Mida yang baik,
Mendidik Adab harus memperhatikan tahapan usia
Usia 0 -6 tahun, adab diimajikan positif, bukan perintah dan sempurna, tetapi terpesona dengan kebaikan adab walau tak sempurna. Yang harus beradab di usia ini adalah orangtuanya, agar tidak tergesa mengAdabkan anak, tidak menggunakan ukuran adab utk orang dewasa, menyediakan lingkungan yg positif agar ananda mau beradab tanpa paksaan, memberikan keteladanan yang baik sehingga ananda terpesona dengan adab, adab lebih kepada keindahan bukan ketertiban dstnya. Intinya jangan sampai anak malah membenci adab karena kita tergesa mengAdabkan atau memberi lingkungan yang tak paham.
Usia 7 - 10 tahun, ini tahap adab diperintah atau diorder, semua adab. Tentu bertahap sampai usia 10 tahun. Sholat adalah Adab tertinggi kepada Allah dan baru diperintahkan oleh orangtua untuk menyuruh anaknya pada usia 7 tahun bukan sejak dini. Adab pada usia ini lebih kepada logika dan keseruan aktifitas sehingga muncul kesadaran untuk mengatur diri. Ini bertahap sampai usia 10 tahun, dan jika masih tak beradab boleh "dipukul" (tak menyakitkan, tak membekas dan tak memalukan). Adab juga diperoleh dari keteladanan para tokoh, maka penting utk melakukan napak tilas ke situs2 Islam, homestay di rumah Ulama dll
Usia 11 - 15 tahun, diharapkan Adab sudah menjadi kebutuhan dan diperoleh dari hikmah2 dalam kehidupan. Ini tahap memberi ananda ujian kehidupan sehingga mendapatkan adab dari pengalaman, hikmah kehidupan dll

*Pertanyaan ke 8*
Nama: Hilma Nurul Fitrian
Asal: Garut
Pertanyaan:
Bismillah.. ustadz mau tanya. Apa fitrah anak usia 0-6 tahun? Apakah di usia itu anak boleh dididik menjadi penghafal al Quran? Bagaimana jika kenyataannya pendidikan tersebut tidak sesuai dengan fitrah bakat anak kita? Apa yg harus dilakukan orang tua?
Jazakallah khayran..

Jawaban beliau.
8⃣bunda Hilma Nurul Fitrian yang baik,
Fitrah perkembangan anak usia 0 -6 tahun adalah pusat perasaan bukan pusat kepintaran, puncaknya imajinasi dan abstraksi bukan puncak kognisi. Ada 8 hal yang Rasulullah SAW alami selama masa usia dini di bani Sa;diyah yaitu lingkungan yang hanif, sosok ayah ibu yang dekat, bahasa ibu yang sempurna, keindahan syair dan kisah, fisik yang kuat dengan menaiki bukit, memelihara kambing untuk executive functioning,  rasa dihargai dan dipercaya dstnya. 
Menginginkan ananda hafal alQuran sangat mulia, namun di usia ini sebaiknya disesuaikan metodenya, dan orientasinya bukan target hafalan namun kecintaannya kpd alQuran. Menjadi hafizh memang diperlukan bakat yang kuat dan cepat untuk menghafal, jika ananda nampak tidak kuat dan cepat dalam menghafal maka sesuaikan saja kecepatannya, karenanya saran saya jangan ditarget utk usia di bawah 7 tahun. Metode terbaiknya talaqi, suasananya harus nyaman dan sesuai karakteristik anak, sebaiknya orangtuanya yang mentalaqi karena yang paling paham anaknya ✅

Nama: Eva
Pertanyaan:
1. apakah adakah semacan tabel indikator untuk orang tua mengtahui apakah fitrah anak tumbuj sesuai dengan tahapannya gitu.
jadi case nya begini eva punya anak dua yang pertama usia 6th 11 bulan, dan 3th 7bulan, nah setiap kali berebut maenan selalu adiknya yang mengalah dengan kakak, padahal secara usia bukan kah harusnya kakak yang mengalah untuk adik, nah disini saya berpikir kayaknya ada yang salag nih sama fitrah kakak.

9⃣bunda Eva yang baik, 
Indikatornya tiap fitrah berbeda untuk tiap tahap usia. 
Usia 0 - 6 tahun, untuk kasus di atas adalah fitrah individualitas atau ego.
Secara ego, di bawah 7 tahun, ananda masih mengalami fase yang disebut ego sentris, ananda merasa dirinya pusat semesta dan yang lain harus mengalah dsbnya. Dalam keseharian nampak menjadi perilaku yang membuat orangtua menganggap sebagai perbuatan yang tak beradab sehingga sering membenturkan dengan adab, misalnya tak mau berbagi, tak mau mengalah, berebut mainan, pakai baju tidur ketika mau ke walimah, atau baju walimah saat mau tidur, tidak mau dituntun dll. 
Ini gejala normal sebenarnya, namun banyak orangtua merasa anaknya perlu digembleng adabnya utk berbagi, mengalah dll akibatnya adalah membuat egonya cidera. Ketika di atas 7 tahun nampak menjadi dua hal, menjadi sangat peragu atau menjadi sangat egois.
Tapi bukan berarti tidak dikenalkan adab, namun tidak dibenturkan dengan adab ketika sedang tak mau mengalah, dll, nanti ketika egonya reda, bacakan kisah2 indahnya berbagi, kisah sayang adik dll. 
Saran saya, mainan diberi nama, agar ketika rebutan harus dikembalikan ke pemiliknya. Adik tak harus dibela, kakak tak harus mengalah, kembalikan kpd pemiliknya. 
Penyebab lainnya, ada kemungkinan Sibling Rivalry, ada kecemburuan kakak pada adik, biasanya berlangsung sejak adik lahir, kakak selalu menindas adik dsbnya. Ini juga sama treatmentnya, tidak dimarahi tetapi juga tidak dibiarkan, tetapi dibangun keyakinan dalam dirinya kalau ayahbunda sayang padanya, misalnya dengan jalan berdua saja, memasang fotonya di ruang keluarga, memberinya loker, membacakan kisah pentingnya punya adik dll silahkan direnungkan saja ya ✅

nama : ocha
asal: serang
pertanyaan:
1. Bagaimana cara untuk merawat fitrah keimanan, terlebih saat ini akses hiburan seperti game, acara televisi, dan musik ad mudah djumpai disekitar kita.
Apakah hal ini akan berpengaruh terhadap fitrah keimanan? terutama untuk menumbuhkan kecintaan terhadap agama salah satu nya mendengarkan al quran.
2. apakah ad standar/parameter mengukur setiap fitrah berkembang dgn baik di setiap fase anak mulai dr usia dini-akil baligh?
3. apakah bisa djelaskan contoh stimulasi utk merawat n mengembangkan fitrah keimanan dr usia dini- akil baligh?
jazakillah ahsanal jazaa  

Jawaban beliau.
bunda Ocha yang baik,
1. Usia 0 -6 tahun, ini tahap ananda harus steril karena fitrah masih rentan, ini tahap serius membuat ananda jatuh cinta kpd Allah, Rasulullah SAW, Islam dan kebaikan2 lainnya, disamping tahap membangun attahcment atau bonding dengan ayah ibunya. Jika tahap ini sukses dilewati, maka kita tak perlu khawatir untuk tahap 7 - 10 tahun, karena kecintaan yang hebat pada tahap sebelumnya akan membangun kesadaran di tahap ini. Terpapar sedikit di usia ini justru baik sebagai imunitas, dengan syarat kecintaannnya kpd Allah dan kebaikan sangat mendalam, dan yang juga penting kedekatan dengan ayah bundanya, karena mereka akan menjadikan rujukan tertinggi ketika menemui berbagai hal. 
Karenanya saya tak pernah percaya ada anak salah gaul, yang ada adalah salah asuh. Anak yang fitrahnya tumbuh indah seperti ikan hidup di laut, bertahun tahun berenang di samudra yang asin tak membuat asin tubuhnya. Berbeda dengan fitrah yg tak tumbuh, ia bagai ikan mati, hanya butuh beberapa hari di rendam di air garam utk menjadi ikan asin.
2. Ada saya lampirkan dalam gambar di atas
3. Ada dalam lampiran

waiyyakum ✅

Comments

Popular posts from this blog

Housewife Vs Homemaker

Housewife vs Homemaker? Apa ini? Dalam Bahasa Inggris, profesi IRT alias Ibu Rumah Tangga biasa disebut housewife . Karena ilmu bahasa Inggris saya nihil, jadi saya gak tau kenapa orang Inggris menamakan IRT itu dengan sebutan housewife ? Sebuah kata yang terdiri dari dua suku kata, "rumah" dan "istri". Kalau dibolehin untuk ngasih opini dari kelas sudra saya, mungkin maksudnya adalah seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah. Wah, keren. Lebih lengkapnya bisa mungkin cari di kamus EOD, Gais. Daripada penasaran, hehe. Gak salah memang kalau seorang IRT diartikan sebagai seorang istri yang jadi pengendali urusan rumah, sebab memang begitu lah kenyataan yang sering terjadi di masyarakat. Namun, karena bahasa punya sifat inovatif, di mana dia bisa berkembang sesuai dengan perkembangan zaman dan dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan, bisa jadi kosakata housewife  dapat digantikan perannya menjadi homemaker . Wah, apa itu? Istilah homemaker  tercetu

Belajar Bahasa Jepang Sehari-hari

Di Rumah Orang Jepang biasanya sesaat setelah mereka bangun pagi, akan langsung menyapa keluarganya. Dengan ucapan selamat pagi, "Ohayou" . Mereka akan saling mendahului untuk menyapa dengan ucapan ini. Mari kita mulai percakapannya! Sakura : "Ohayou" Okaasan : "Ohayou" Otousan : "Ohayou" Kenta (Imouto) : "Ohayou" Sakura : Hayaku okiru ne, Kenta ha." Okaasan : "Sou ne. Kyou otona ni nattakara ne." Kenta : "Nande sore. Kyou shiken ga attakara." Otousan : " Yoku ganbatte ne . Jaa, ikanakya. Ittekimasu . " Okaasan : "A, itterashai ." Kenta to Sakura : " Itterashai ." Terjemahan Sakura : "Pagi." Ibu : "Pagi." Ayah : "Pagi" Kenta (adik laki-laki) : "Pagi." Sakura : "Kenta bangunnya cepet ya." Ibu : "Iya ya. Karena sekarang ma udah gede." Kenta : "Apaan sih. Aku bangun cepet karena ada ujian hari in

Ingin Seperti Amoeba

Amoeba. Pertama kali mendengar nama makhluk ini yakni ketika duduk di bangku SMA dalam pelajaran Biologi, ah entah SMP, ya, saya lupa, hehe. Guru Bilogi saya berkata bahwa amoeba adalah makhluk kecil yang berkembang biak dengan cara membelah diri. Wow. Menarik. Satu dari sekian makhluk ciptaan Allah SWT yang dahsyat! Taken by Google Saya suka pelajaran biologi, jadi jangan heran kalau masih agak ingat tentang pelajarannya (ah sombong), ups, tentunya ini berkat pertolongan Allah 'Azza wa Jalla. S aya bukan ahli biologi dan tidak akan membahas secara panjang lebar terkait makhluk kecil yang dahsyat ini. Saya ingin memetik hikmah indah dari apa yang sudah Allah SWT limpahkan kepada makhluk kecil tersebut. Sungguh benar bahwa dalam setiap penciptaan langit dan bumi terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi hamba yang mau berfikir dan semua ciptaan-Nya tidak ada yang sia-sia (cek Surat Al Imran ayat 190-191). Membelah diri adalah kemampuan yang dianugerahkan Allah SWT untuk