Skip to main content

Posts

Showing posts from February, 2017

A Little Thing Called ...

Taken by Google Siang tadi aku didatangi anak-anak bongsor dari kelas lima. Seperti biasa, mereka meraih tanganku lalu kemudian bersalaman. Sambil menunggu waktu iqomah tiba, mereka berleha-leha di dekatku sambil berkisah ringan dan menarik. Hmmm. Apa, ya? Apa lagi kalau bukan "suka-sukaan". Emang, ya kalau ngebahas kata yang satu ini gakan ada habisnya. Seruuu aja bawaannya.  Mereka tanpa malu bercerita kalau mereka sudah mulai suka-sukaan sama teman sekelasnya. Yaiyaaaa, sama lawan jenis, masa ... (tanda tanya besar) hehe. Salah satu anak memberikan aku kesempatan buat nebak siapa orang yang disukainya. Aku tebak pasti salah satu anak yang penampilannya keren dan gaul itu, deh. Rambutnya aja pakai minyak rambut, beuuuh. Eh, ternyata dugaanku salah. Ternyata lelaki yang dia suka adalah lelaki yang penampilannya biasa aja, kulitnya sering tersengat matahari, dan penampilanya biasa aja. Aku kaget. Ow. Katanya dia suka pada lelaki itu sebab dia jago ngaji. Beuuuuh. Uda

Transformation

Taken by Google Semakin hari usia kita akan semakin bertambah versi dunia. Tetapi, versi akhirat artinya setiap hari usia kita berkurang. Semakin bertambahnya usia, terkadang seseorang berubah menjadi semakin dewasa dan berwibawa. Begitu pula yang saya amati dari beberapa tokoh yang terkenal seperti Dr. Zakir Naik, Aa Gym, dll. Rasulullah SAW diangkat menjadi Rasul pada usia sekitar empat puluh tahun. Menurut penelitian usia empat puluh tahun memang usia yang sangat pas untuk mencapai sebuah kematangan. Semakin tua seseorang menurut ukuran usia dunia, maka semakin dewasa dan berwibawa lah dia. Pada saat usia sekitar tiga puluhan, mereka tampak biasa. Dari suara, ucapan, dan penampilannya pun dapat kita teliti sendiri. Berbeda dengan sekarang, dengan mendengar suara, melihat penampilannya, sungguh hati siapa pun yang mendengar dan melihatnya seakan-akan merunduk dan menghormatinya.  Sungguh, kewibawaan tidak dapat dimiliki dengan mudah. Semua itu berproses dari wakt

Titip Anak Hebat Itu

Taken by Google             Belum genap setahun saya menginfakan tenaga di sekolah alam Bintaro. Baru beberapa bulan saja. Namun, jangan ditanya soal rasanya. Kalau kata orang Sunda mah “Amajjjing!” Sebab kalau ditanya soal rasa, sebut lah rasa pertama mengajar, bertemu, berinteraksi dengan semua penghuni sekolah alam di kota yang namanya diambil dari nama pohon ini tentu saya akan mengatakan, “Nano-nano rasanya!” Tidak dapat dilukiskan dengan kata-kata.             Saya mengajar di kelas yang dihuni oleh orang-orang terhebat sepanjang masa. Mereka adalah anak-anak yang sangat memukau jiwa raga. Tidak semua anak dapat seperti mereka. Dan tentu tidak selamanya saya sebagai “orang tua kedua mereka” mampu memahami sikap dan tingkah mereka sepenuhnya, kecuali berusaha dengan sabar bersama waktu. Terus menerus mencoba menceburkan diri ke alam dunia mereka yang penuh imajinasi setiap saat setiap waktu.             Tentu ketika kita memiliki pohon jambu yang tengah berbuah, pasti

Sang Penemu Mesin Teleportasi

Taken by Google             Siang itu Sabin tengah diselimuti kegelapan. Mungkin beberapa menit lagi Bintaro akan ditumpahi hujan. Tapi, keceriaan anak-anak kelas tiga tak terbendung saat berlarian menuju aula dengan berbagai properti yang mereka buat. Ya, betul, siang itu anak-anak akan melakukan Occupation Parade Day ! Sebagai puncak dari kegiatan selama porto tiga, anak-anak harus menampilkan properti pekerjaan yang mereka inginkan.             Ada anak yang dengan bangga membawa tembakan sebagai TNI dan polisi, ada pula yang membawa-bawa laptop dan headset menandakan bahwa mereka adalah Youtuber. Ada pula anak yang dengan bangga membawa sebuah kardus yang sudah dibentuk lingkaran dan diikat oleh tali kasur. Dia menyebut dirinya sebagai penemu mesin teleportasi. Wah, keren!             Hanya dia satu-satunya anak yang ingin menjadi seorang penemu yang sudah jelas ingin menemukan apa. Tidak sedikit, sih anak yang juga ingin jadi penemu. Tapi, mereka bingung mau menemuka

Mencintai Takdir

Taken by Google Hampir setiap hari mungkin kita berhadapan dengan suatu kondisi yang terkadang membuat kita mengeluh dan mengutuki kejadian tersebut. Alangkah buruknya jika kita menjadi salah satu dari mereka, yang mengeluh dan mengutuki sesuatu yang telah terjadi. Itu tanda bahwa kita kurang ikhlas pada ketentuan Allah. Padahal, semua ketentuan Allah itu baik, sebab Allah tidak akan menzalimi sedikit pun hamba yang sangat dikasihi-Nya. Lalu, siapa yang perlu disalahkan, dong? Sebenarnya, siapa yang memilih takdir itu? Bukannya kita sendiri, ya?  Dalam hidup ini sesungguhnya kita punya sebuah   pohon yang disebut sebagai pohon takdir. Pohon itu memiliki batang dan dahan yang bisa kita pilih untuk menentukan jalan mana yang akan kita ambil dalam memilih sesuatu (dikutip dari Pohon Takdir). Sesungguhnya, kita lah yang bertanggung jawab pada semua takdir yang kita dapat, sebab kita yang memilihnya. Allah hanya menyediakan choise alias pilihan yang bisa diibaratkan sebagai da

Tanda Kematian

Kematian merupakan suatu hal yang pasti akan kita hadapai, sebab kita menyandang status 'makhluk hidup'. Allah menciptakan semua hal dengan berpasang-pasangan dan pasangan sejati kehidupan adalah kematian. Mendengar kematian pasti semua jiwa merasa ngeri. Sebab, dengan merasakan kematian itu artinya kita terhenti merasakan semua hal yang berbau dunia. Kenikmatan terhenti, kebahagiaan terhenti, semuanya terhenti.  Terlalu menyakitkan kematian itu jika kita juga terlalu mencintai kehidupan. Nyawa yang sejatinya fitrah itu sejatinya juga menginginkan kembali dengan keadaan yang fitrah. Akan tetapi rentetan hari yang dilalui di bumi seringnya membawa fitrah itu menjadi berwarna, entah semakin putih, abu-abu, atau bahkan hitam legam. Liang lahat yang ukurannya 2x1 itu pasti gelap gulita, sebab kita berada di perut bumi yang tentu tidak akses listrik ke sana. Hanya ada akses listrik amal baik kita. Jika jiwa itu hitam legam, semakin gulita lah tempat tinggal kita. Tida

Gebuan Cinta

Sore ini, di luar sedang dihias oleh angin, gelap, dan hujan yang membuat dingin. Kedua mataku menatapnya dari dalam sebuah ruangan yang amat dingin oleh AC. Tetapi, aku rasa jiwaku hangat, sebab aku ditemani oleh sesepuh Sabin, panggil saja dia dengan Bu R dan Bu I. Hmmm. Rupa-rupanya Bu R ini punya sedikit kesamaan denganku dalam masalah lagu. Dia suka lagu-lagu Coldplay dan The Cranberries.Oh, tidak! Hiks. Aku baru saja kemarin menghapus sebungkus folder lagu-lagu The Cranberries. Bukan aku sudah benci dia, bukan, aku serius. Tapi, aku tengah berusaha hijrah *lagi* dari mereka. Alhasil, saat Bu R menawarkan mendengarkan lagu mereka, aku tak bisa menolak :D Baik lah, lupakan hijrah itu untuk beberapa menit selama di ruangan ini. Oleh karenanya aku setujui :P. Tapi, efeknya? Tulisan ini efeknya. Dan beberapa keinginan yang 'bangun' kembali. Wah, keinginan apa, ya? Keinginanku untuk menginjakan kaki ke tanah U.K! Oh, my God! Kumaha ieu ? :D  Bagus. Mungkin. Sebab dengan

Mengolah Kejadian

Siang ini, setelah anak-anak pulang, saya ke perpustakaan sekedar untuk ngadem dan nemenin anak-anak yang belum dijemput. Tidak mau sia-sia, saya akhirnya mengambil sebuah buku di rak. Judul buku tersebut adalah, "Sejarah Penemuan". Isinya tentang penemuan-penemuan yang ada di dunia. Tulisannya dicetak menarik sebab itu bacaan anak. Namun, sebagai orang dewasa saya juga jadi asyik membacanya, he he. Satu hal yang dapat saya petik dari kisah buku tadi adalah bahwa semua penemu besar yang pernah ada di dunia, yang pernah menemukan barang temuan yang dapat digunakan sampai sekarang adalah mereka yang pernah gagal. Tetapi, bedanya mereka dari orang-orang lainnya adalah bahwa kegagalan mereka tidak dijadikan penghalang untuk maju dan untuk mencoba lagi, tetapi kegagalan yang mereka alami dijadikan pelajaran berharga. Mereka mencari kesalahannya di mana kemudian mereka perbaiki, sehingga taraaa, hasilnya penemuan mereka menjadi fenomenal di seluruh dunia hingga mereka mendap

Menyoraki Semangat

Menyoraki semangat? Maksudnya? Hmmm Ternyata salah satu penyorak semangat terdahsyat untuk diri kita adalah dari dalam diri kita, yakni diri kita sendiri. Sebab, kita punya segumpal daging -hati- yang merupakan rajanya tubuh kita. Kalau segumpal daging itu baik -alias semangat- maka jangan ditanya seluruh anggota badan kita juga akan ikut semangat. Bahkan bisa jadi saking semangatnya, orang juga bisa ikut semangat. Luar biasa! Tapi masalahnya terkadang diri kita yang seorang penyorak paling ulung ini pun mengalami kelelahan dalam menyemangati diri. Itu pertanda bahwa segumpal daging yang kita miliki itu sedang 'kurang sehat'. Mungkin hati kita kebanyakan berharap dan terlalu punya banyak keinginan.  Wah, memang bisa mempengaruhi hati, ya? Kalau hati kita punya banyak keinginan, jatuhnya kita suka banyak menghayal dan berandai-andai. Kalau sudah berandai-andai, setan masuk dan membuat hati kita lalai dari mengingat Allah. Lalainya hati ini lah yang menyebabkan