Skip to main content

Posts

Perlombaan 17 Agustus untuk Kelas Kecil

 Horeee.... Sebentar lagi kita akan berjumpa dengan hari bersejarah di Indonesia, yakni tanggal 17 Agustus.  Biasanya, untuk memumpuk persatuan dan kesatuan, banyak dilakukan perlombaan, nih. Baik di sekolah maupun di rumah. Nah, ini dia beberapa permainan yang dirasa pas untuk kelas kecil dalam menyemarakan perlombaan 17 Agustusan.   1.        Estafet Kelereng Estafet kelereng diikuti oleh seluruh siswa kelas 1-3 sesuai jumlah kelas siswa yang paling sedikit (kelas 3 yaitu 15 orang). Cara bermain: masing-masing pemain membawa sendok plastik. Kemudian satu anak mengambil kelereng dan mengestafetkannya kepada temannya samapi selesai. Kelas mana yang dapat kelereng paling banyak itulah pemenangnya.         Taken from Google Permainan ini melatih kesabaran, fokus, kerjasama, motorik halus (keseimbangan / koordinasi mata dan tangan). 2.        Estafet Bola Pingpong Permainan ini hampir sama dengan permainan sebelumnya, estafet. Peserta berj
Recent posts

Lima Aktivitas Melatih Otot Tangan Anak

  Moms, apakah Ananda di rumah (yang sudah sekolah) pernah mengeluh capek saat menulis? Jika, ya, mungkin Ananda harus rajin distimulasi beberapa aktivitas di bawah ini.

Berdaya Menjadi Ibu Rumah Tangga

Taken by Google Entah sudah berapa banyak lamaran yang aku kirimkan pada setiap lowongan mengajar di Bandung. Sejak anak keduaku lahir dan tumbuh, aku mulai gencar mencari lowongan agar bisa mengajar lagi. Entah memang aku sanggup, entah hanya iseng saja? Entahlah.  Kenapa aku berpikir iseng? Setahun lamanya aku membersamai anak dan suami di rumah selama 24 jam non-stop. Tentu bukan hal mudah jika harus meninggalkan dan beradaptasi dengan kebiasaan baru. Kadang saat memasukan lamaran aku bertanya-tanya pada diri sendiri, "Kamu yakin?" "Enggak tahu. Iseng aja lah. Keterima bagus gak keterima gapapa." Posisiku kini seperti tengah berada dalam jembatan. Maju takut tak mampu. Mundur aku ingin masa depan anakku lebih baik. Sungguh dilema sekali. Dari sekian banyak lowongan, memang beberapa saja yang masuk dan diterima. Hanya saja semuanya tidak ada yang pas. Ditambah kondisi pandemik seperti sekarang semua terasa rumit.  Pada akhirnya, aku harus menelan pil pahit bahwa l

Seberat Itukah Menjadi Ibu Rumah Tangga?

Taken by Google Entah bagaimana perasaan seorang istri yang mendedikasikan dirinya 24 jam mengurus rumah beserta isinya namun terkadang masih ada saja mulut yang kurang sopan mengatakan bahwa ibu rumah tangga tidak bekerja. Ini keterlaluan menurut saya. Sudah dari 2018 lalu saya menikah, memang masih sebentar sih dibanding senior-senior di luar sana  yang sudah belasan atau bahkan puluhan tahun berumah tangga dan masih bersama mengarungi masa tua bersama. So sweet . Tiga tahun menikah Allah Subhana Wa Ta'ala karuniakan saya dua anak lelaki. Ketika anak masih satu rasanya memang banyak waktu bagi saya. Setelah mendapatkan titipan dua anak, saya baru sadar betapa nikmatnya menjadi seorang ibu rumah tannga yang 24 jam membersamai dua anak dan suami di rumah. Kehidupan rumah tangga selama kurang lebih tiga tahun ini saya arungi dengan cukup naik turun. Saya baru benar-benar merasakan kesibukan yang luar biasa (sampai membuat kepala berasap) saat dihadapkan dengan dua anak kecil yang pa

Konsisten Itu Berat

  Taken by Google Siang itu, ketika ada waktu untuk rebahan, ku coba melihat status Whatsapp teman-teman. Dari sekian banyak sttatus, aku cukup terpana dengan status teman yang konsisten setiap hari mengajak anak-anaknya bermain. Permainannya sih sederhana banget, cuman ya itu tadi dia konsisten sekali setiap hari selama setahun mengajak anaknya bermain. Cool! Tentu sebagai ibu aku pun terpecut untuk melakukan hal tersebut, namun konsisten bagiku begitu berat. Aku tidak pernah bisa konsisten dalam mlakukan apa pun. Meski sudah kucoba berulang kali tetap saja buyar! Salah satunya mengajak bermain anak. Dulu, aku sempat ikut program bermain dan belajar anak di salah satu media sosial. Kegiatan tersebut berisi tantangan ibu untuk mengajak anak bermain selama 30 hari berturut-turut. Ya, aku sukses melakukannya. Berhasil mengajak anakku 30 hari bermain. Meski kadang ada rasa mager melanda bermain tetap dilakukan karena merasa ada kewajiban. Namun kini kadang saja, jika terlecut saja baru te

Bermain Dengan Tali Sepatu

  Moms, masihkah Anda setia menemani si kecil bermain di rumah? Jika, ya permainan apa saja yang serind dilakukan? Sebagai seorang ibu rumah tangga yang 24 jam membersamai dua anak lelaki berusia 2, 5 tahun dan 9 bulan, saya bisa dibilang masih naik turun dalam membersamai tumbuh kembang anak salah satunya dengan bermain sambil belajar.  Kondisi naik turun ini karena memang saya moody-an orangnya. Konsisten jika sedang semangat bisa juga absen jika sedang tidak semangat.  Anak pertama kian beranjak besar. Kini sudah hampir 2,5 tahun. Entah kenapa malah saya sudah jarang mengajaknya bermain. Padahal usianya sudah semakin "enak" diajak bermain.  Bermain dengan menyediakan media pun kadang saja terwujud. Namun, sepertinya harus semakin digalakan karena si sulung sudah tahu YouTube. Hmmm.  Untuk mengalihkan perhatiannya pada sosok YouTube, saya harus berusaha keras membangkitkan semangat mengajak Zidan bermain. Selain mengalihkan perhatian, saya rasa fokusnya Zidan berkurang kare

Menu MPASI yang Tidak Pernah Gagal

  Taken by Google Sebagai Ibu yang menyaksikan bagaimana stressnya menghadapi anak GTM (Gerakan Tutup Mulut) pada anak pertama, saya pun mulai perhatian pada anak kedua terkait MAPSI.  Pengalaman MPASI anak pertama menurut saya sangat memprihatinkan. Pada saat itu saya bekerja  sehingga tidak mampu untuk membuatkannya menu buatan sendiri dan hanya memberinya makanan siap saji. Tidak masalah memang tapi pada akhirnya saya harus mengakui bahwa anak saya bosan. Kebosanannya berada di fase ingin makan makanan lain (jajanan)! Ketika memasak pun, saya yang minim ilmu ini bingung harus memulai dari mana? Kebingungan itu muncul karena terlalu banyak informasi terkait MPASI yang saya serap sehingga membuat saya tidak bisa menentukan mau masak apa dan memulai dari mana?  Informasi seperti harus membeli peralatannya terlebih dahulu, harus pakai minyak zaitun, keju, mentega, dll. Itu membuat saya stuck karena selain bingung saya pun ragu haruskah saya membeli peralatannya? Tapi begitu banyak! Sela

Review Buku Anak "David Gets in Trouble" by David Shannon

Siapa di sini Mommy yang masih bingung mau memberikan buku luar apa kepada si kecil?  Pernah gak sih Moms merasa bingung memberi buku luar apa kepada anak? yang bagus? aman? netral? Jika pernah, kita samaan dong, Moms! Saya ingin mengenalkan bahasa Inggris kepada anak lewat buku luar, namun bingung buku apa yang harus saya beli? Lalu, untuk beberapa waktu saya masih belum mendapat "wahyu" buku apa yang harus dibeli yang affordable juga di kantong. Selama menunggu "wahyu" tersebut anak saya masih mengkonsumi buku lokal yang sebagian ada pula berbahasa Inggris. Tapi saya tetap ingin mencari buku luar karena lebih natural dan agar koleksi lebih variatif saja.  Anak kedua saya lahir, saya mulai mencari referensi agar tidak salah memilih buku. Saya pernah membaca bahwa buku ibarat guru maka pilihlah buku yang  baik. Sebuah nasehat orang salih yang sangat bermanfaat bagi orang tua seperti saya. Pada proses merawat anak kedua ini, semangat saya bisa dibilang sangat bagus

Raya and The Last Dragon

  Taken by Google Halo, Guys! Kali ini aku mau sedikit bercerita reaksi aku terkait film Raya and The Last Dragon dari Disney. Jujur, pas pertama kali liat posternya dan dijelaskan bahwa film Raya ini berlatar di ASIA. Duh , I am Asian but . .. aku berspekulasi bahwa ahhh, nopeee gitu.  Tapi, saat aku nonton filmnya. Lihat karakternya, lihat ceritanya, kok, suka? Tidak biasa saja. Wah, begini nih kalau di awal sudah sombong. Jadi suka kan? Hayooo, para jomblo hati-hati ya jangan sombong kalau ada orang yang bilang suka dan kamu tidak suka #lohkok? Pertama, karakter Rayanya menarik. Dia energik, cantik, cerdas, dan punya kemampuan. Taken by Google Kedua, karakter Namaari pun unik menurutku karena dari segi penampilan dan kemampuannya (dia dari kaum tulang) sangat unik dan belum pernah aku lihat, wkwk. Namaari Ketiga, Tuktuk, seekor kutu kayu yg keren sekali menemani perjalanan Raya mencari naga. Sigap gitu Tuktuknya. Taken by Google Keempat karakter naganya lucu! Sisu! Dia sungguh lugu

Lika-liku Toilet Training Zidan

  Taken by Google Saat mendengar kata " Toilet Training"  kira-kira apa yang terbesit di benak, Bunda? Hmmm, pasti beragam hal.  Saya memulai Toilet Training pada anak pertama di usia 24 bulan, usia yang saya rasa pas. Namun, saya salah. Sebelum usia 24 bulan, mertua sering membiasakan anak lepas pospak. Bahkan saya diminta untuk membiasakan hal tersebut di rumah agar bisa lepas permanen. Namun, saya tetap pada pendirian bahwa anak saya belum siap untuk lepas pospak karena setiap kali bangun tidur pospaknya masih berat. Meski itu bukan satu-satunya ciri anak siap lepas popok. Suatu hari di usia 24 bulan, saya menemukan popok anak masih kering setelah 2 jam dipakaikan. Akhirnya, saya coba lepas dan memakaikan celana dalam. Selain itu saya juga terus menerus bilang, "Kalau ingin pipis bilang, ya!"  Pengalaman pertama Toilet Training  ini sedikit membuat saya kaget sebab saya dapat jackpot yaitu mendapati pup anak jatuh ke lantai. Saat itu dia tidak pakai celana dalam